Share

Bab 5

Sepontan tangannya membalas pelukan Mesi.

"Biasa diam gak? Lihat lah, kamu sudah membangunkan adik saya"  ucapnya lirih di telinga Mesi

Mesi terkejut, tubuhnya serasa kaku, Wajahnya memerah.Saking takutnya ia sampai tak menyadari apa yg telah ia lakukan. Mesi merutuki dirinya sendiri.

"Kalau kamu tidak minum obatnya. Saya pastikan, kamu akan saya terkam" tubuh Mesi menegang. Sepontan, ia kembali duduk di tempat semula. Tanpa basa basi ia langsung meminum obat yg Silvi sodorkan.

Semua kejadian itu tak luput dari pandangan Silvi. Ia tersenyum takjup. Pasalnya Adit dengan mudah membujuk Mesi. Entah apa yg Adit katakan yg jelas ia senang karna tidak harus membujuk Mesi untuk meminumnya.

Setelah memastikan Mesi meminum obatnya. Adit langsung bergegas pulang ke kost nya. "Vie, saya permisi pulang dulu ya?" pamit  Adit. Kemudian pandangannya beralih ke arah Mesi.

"Ingat, apa yg saya katakan tadi. Jangan sampai saya dengar kalau kamu tidak meminum obatnya" ucap Adit dengan sorot mata tajam. Mesi hanya menganggukkan perkataan Adit. 

Setelah mendapatkannya respon dari Mesi. Adit langsung melangkahkan kakinya. Mesi memandang bahu Adit yg mulai menjauh. Entah mengapa ia seakan tidak rela melihat Adit pergi. Padahal  hanya bersebrangan dengan tembok. Dasar Mesi saja yg lebay.

"Mes, itu polisi yg loe maksud tadi?" tanya Silvi yg pura-pura tidak tahu

"Hem"

"Ganteng ya Mes. Kalau kamu gak mau buat aku aja" ujarnya dengan senyum menggoda.

"Ye, songong ni bocah. Deketin aja sono, kalau orangnya mau" sambil menonyor kepala Silvi

"Ye, kebiasaan. Sakit tau " sambil mengelus jidak nya

"Udah yuk kita tidur, udah malam" sambil menarik selimutnya ke atas dada.Silvi mengikuti dan mereka sudah terlelap ke alam mimpi.

Pagi hari Adit sudah bersiap berangkat dinas. Matanya melirik ke pintu kost Mesi. "Sepertinya mereka belum bangun" Gumamnya dalam hati. Setelah itu ia langsung menancap gas nya dan berlalu meninggalkan kost nya.

Mesi terbangun, saat mendengar suara motor Adit. Ia langsung berlari ke arah jendela. Dan benar saja. Adit sudah melaju motornya. Sekilas terukir senyum di bibir Mesi. Hatinya merasakan sesuatu yg berbeda setiap bertemu Adit. Silvi yg melihat sikap temannya hanya geleng-geleng kepala. 

"Ehem. Ngpain loe senyum-senyum sendiri, gak jelas" dengan menyipit sebelah matanya.

"Apaan,si. Kepo amat jadi orang" sambil berlalu meninggalkan Silvi. Silvi hanya geleng-geleng kepala. Ia tidak menyangka, temennya ini jika sudah jatuh cinta, mulai tidak waras.

Mereka berdua langsung bersiap-siap. Hari ini Silvi ada kuliah. Sementara Mesi pergi ke kantor polisi, untuk mengambil sepeda motornya. Belum selesai mereka bersiap-siap. Pintu kost Mesi ada yg mengetuk. Segera Mesi membukakan pintu. Ternyata Nisa sudah datang.

"Ayok, masuk dulu" ajaknya sambil berlalu. Nisa hanya mengikuti langkah kaki sahabatnya itu. Nisa menunggu mereka di depan tv. Pandangannya tak sengaja melihat beberapa obat yg ada di atas meja. Tak berselang lama Silvi menghampiri Nisa.

"Ini, obat siapa?" Sambil mengambil beberapa obat.

"Punya siapa lagi kalau bukan si songong" ucapnya sambil menunjuk Mesi yg sedang berjalan menghampiri mereka.

" loe sakit Mes?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Gak kok. Cuma luka sedikit." Ujarnya santai.

"Luka?" Tanya Nisa yg masih belum paham

Akhirnya Silvi menceritakan kronologi kejadiannya. Nisa mendengar dengan sabar. Tanpa berniat memotong omongan Silvi.

"Loe, gak papa kan Mes? Mana yg sakit?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir.

"Udah, tenang saja. Gue gak papa kok. Lagian udah di obati juga sama pak polisi"ujarnya dengan senyum mengembang.

"Widih, benci jadi cinta ini ceritanya, Vie?" ujar Nisa dengan senyum menggoda.

"Apaan si, loe. Gak jelas banget. Udah ayo berangkat udah siang ni" kilahnya sambil berlalu meninggalkan mereka berdua.Silvi dan Nisa saling pandang mencari jawaban.kemudian mereka mengikuti langkah Mesi.

Sepanjang jalan Mesi hanya diam. Ia kepikiran dengan katak-kata yg Nisa katakan. "Ah, tidak mungkin. Masa semudah itu gue..." Secepat kilat ia menggelengkan kepalanya. Tingkah laku Mesi tak lepas dari sorot mata Nisa.

"Loe, kenap?" tanya Nisa yg penasaran

"Memang gue, kenap?"  tanya balik Mesi.

"Dasar, aneh" cuman Nisa lirih

Sementara Mesi hanya diam. Ia masih tengelam dengan pikirannya. Tak berselang lama akhirnya mereka sampai di  kantor polisi.

Mesi langsung masuk dan menanyakan kepada salah satu polisi. perihal motornya yg kena tilang.

"permisi,pak. Saya ingin mengambil motor saya yg kena tilang kemarin " 

"Maaf, mbak. Kemarin anda di tilang dengan siapa?"tanya polisi tersebut dengan sopan.

"hem, kalau gak salah namanya Ridho aditya"jawabnya sambil mengingat-ingat

"Ooo, kalau begitu mbak langsung masuk aja ke ruangan pak Adit yg ada di sana"jelas polisi tersebut sambil menunjuk ruangan yg di maksud.

"Baik pak terimakasih"ucap Mesi dan Nisa sambil berlalu menuju ruangan tersebut.

tok tok tok.

Ceklek.

"Permisi pak "ucap Nisa lirih.

"Iya, silahkan masuk"mereka berdua masuk ke ruang tersebut.

"Silahkan dudduk. Ada yg bisa saya bantu?"Tanya Adit dengan formal.

"Sebentar. Kayaknya gue kenal. Ini kak Adit kan?"tanya Nisa yg penasaran.

"Iya, Kamu Nisa kan?"tanya balik Adit.

"Iya kak,kakak apa kabar udah lama kita gk bertemu. Eh,pas ketemu tau-tau udah jadi polisi aja" ujar Nisa panjang lebar.

"Maaf, kemaren-kemaren kakak sibuk" ujarnya sambil tersenyum.

"ya deh, yg udah mulai sibuk"ucap Nisa mengejek.

Sedari tadi Mesi hanya mendengarkan pembicaraan mereka. Dada terasa sekak.Saat melihat kedekatan mereka berdua. Akhirnya ia membuka suara.

"Loe kenal sama pak pol, Nis?"tanya Mesi lirih.

"Dia sahabat dekat abang gue Mes,cakep kan?"tanya Nisa

"Apaan si lo Nis gak penting"ucap Mesi jutek.

"Jangan bilang, polisi yg loe ceritain kemaren, kak Adit?"ucap Nisa berbisik. Sontak wajah Mesi berubah merah. Nisa yg melihat semakin yakin kalau pria yg Mesi ceritakan itu Adit.  

"Ada urusan apa kamu kesini Nis?"tanya Adit basa basi.

"Ni kak, nganterin temen saya yg kena tilang kemarin"jelas Nisa

"Iya saya kesini mau ambil motor saya. Dendanya sudah saya bayar"jelas Mesi jutek karena sedari tadi merasa di acuhkan.

'Silahkan,ini kuncinya. Motor kamu ada di parkiran, lain kali kalau naik motor jangan ngebut-ngebut. Terus jangan lupa bawa surat-surat,kalau lupa siap-siap aja saya tilang lagi"jelas Adit panjang lebar

"Iya,iya pak hobi banget si nilang orang"jawab Mesi ketus

"Maaf, ya kak. Temen aku memang gitu agak judes tapi aslinya baik kok"jelas Nisa 

Adit hanya tersenyum mendengar penjelasan Nisa. Tanpa sengaja Mesi melihat adi tersenyum. Ia terpaku melihat senyum Adit.

"Sumpah demi apa, manis banget"gumamnya dalam hati. Sejenak Mesi pun menggeleng-gelengkan  kepalanya

Nisa yg melihat tingkah aneh Mesi langsung menyenggol lengannya.

"Aduh,apaan si nis?"ucap Mesi jutek.

"lagian loe kenapa coba geleng-geleng gak jelas"tukas Nisa lirih.

"Apaan si perasaan gue biasa aja"jelas Mesi yg tak mau disalahkan.

Adit yg melihat tingkah Mesi tanpa sadar tersenyum tipis"dasar gadis aneh"gumamnya dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status