Share

Bab 4

Adit belum menjawab permintaan Mesi. Adit bingung. Apa yg harus ia lakukan. Sebenarnya ia kasihan. Tapi itu sudah peraturan.untuk beberapa saat, Adit masih terdiam.

Belum sempat Adit menjawab, datang lah seorang Dokter muda yg tampan. Sebut saja namanya Faris. 

"Pak, dokter. Boleh gak, selama saya di periksa. Saya pegang tangan pak dokter? Saya, takut!" pintanya dengan  wajah memelas.

Adit yg mendengar ucapan Mesi, ia langsung mengiyakan kemauan gadis nakal itu. Entah mengapa hatinya tidak rela. Ia tidak bisa membayangkan. Bagai mana jika Mesi  sampai memeluknya. Hatinya meronta-ronta.

"Baiklah. Saya akan menemanimu"sambil mengengam tangan Mesi.

"Maaf, pak dokter. Boleh kan saya disini?" tanya Adit memastikan.

"Boleh saja pak. Asal yg di priksa, tidak keberatan" jelas Dokter muda tersebut sambil tersenyum.

Ketika dokter meminta izin membuka kancing baju Mesi. Hati Adit mulai tak menentu. Desiran aneh mulai menyelundup masuk kedalam hatinya. Ketika Dokter mulai memeriksa, dan meminta Mesi menarik nafas berulang kali. Disaat itulah terlihat gundukan gunung kembar Mesi yg meyumbul keatas, Adit seakan tidak rela. Rasanya ia ingin membunuh dokter tersebut, dan menenggelamkannya kelaut. Ketika dokter meminta izin untuk membuka bajunya ke atas. Adit dengan gamblang melihat punggung Mesi yg mulus. Namun saat beralih kebagian yg terkena hantama benda tumpul tadi, rasanya ia ingin membunuh preman tersebut. Tanpa Adit sadari benih-benih cinta, mulai tumbuh di hatinya.

"Bagaimana, dokter?"  Tanyanya dengan raut wajah cemas.

"Tidak ada yg fatal, pak. Hanya saja bekas hantaman benda tumpul tadi meninggalkan bekas memar. Sebaiknya setelah pulang dari sini lukanya di kompres. Jangan lupa obat yg saya berikan di minum, supaya rasa sakitnya berkurang." jelas dokter muda tersebut dengan sabar.

"Tukan, saya tidak apa-apa. Bapak aja yg terlalu Khawatir"ujar Mesi sambil tersenyum. Adit tak menghiraukan ocehan Mesi. Ia hanya Diam.

Dokter muda tersebut tersenyum ramah. Sesama seorang pria, dia bisa melihat jika Adit mulai tertarik dengan gadis mungil itu. Hanya saja ia belum menyadarinya.

"Baik, dok. Terimakasih. Kalau begitu kami permisi" sambil membawa Mesi kedalam gendongannya.

"Sama-sama" sambil tersenyum dan memandang punggung Adit yg mulai menjauh

Silvi yg melihat sahabatnya telah keluar. Ia langsung berlari mengikuti Adit. Sebenarnya ia penasaran. Siapa Adit sebenarnya. Dan kenapa Adit begitu perhatian dengan Mesi? Ah, sudahlah.Nanti ia akan menanyakannya.

Tak beeselang lama, mereka  sampai di kost. Adit kembali membopong Mesi. Walau waktu sudah menuju pukul sebilan malam. tapi masih ada ibu yg berkumpul di depan kost. Entah apa yg mereka bicarakan, hingga larut malam. Ibu-ibu itu melihat ke arah mereka berdua. "Pak, Adit. Kenapa mbk Mesi?Apa dia sakit?" Tanya salah satu ibu penghuni kost

"Iya, bu. Kalau begitu saya permisi dulu " sambil berlalu meninggalkan mereka

Terdengar ibu-ibu penghuni kost membicarakan mereka berdua. Namun Adit acuh. Masa bodo, dia tidak perduli dengan tanggapan orang kepadanya.

Silvi yg sudah terlebih dahulu, ia membuka pintu. Dan ketika hendak menutupnya, ia tak sengaja mendengar obrolan ibu-ibu penghuni kost tersebut.

"Wah, gak nyangka saya,bu! Ternyata pak polisi yg terkenal cuek itu, bisa romantis juga!" Ujar salah satu ibu disana

"Bener tu, bu.mereka pasangan yg serasi. Yang satu ganteng, yg satu lagi cantik. Cocok"imbuh ibu di sebelahnya.

Silvi tersenyum, ia sudah menebak. Ternyata dia orangnya. Semoga mereka berjodoh. Sebagai sahabat yg baik. Silvi tau bagai mana kisah percintaan Mesi selama ini. Mesi yg terlihat ceria. Semenjak Toni meninggal 3 tahun yg lalu, ia tidak pernah membuka hati untuk siapa pun.Semoga saja. Setelah menutup pintu ia langsung melangkah menyusul keberadaan mereka berdua. 

Adit meletakkan Mesi di atas ranjang dengan hati-hati. Sesaat pandangan mereka beradu. Mereka saling terpesona. Detak jantung Adit kembali seperti mau lompat. Adit berusaha menetralkan detak jantungnya. Silvi yg melihat pemandangan tersebut, ia tersenyum.

"Ehem, gue Beli makana kedepan dulu ya Mes? Oh ya pak pol. Saya titip Mesi dulu ya? Toling jagain dia. Nanti, kalau dia nakal tembak aja" ujar Silvi sambil tersenyum jahil

"Is, loe apaan si Vie. Memang gue anak kecil apa? Main titip-titip aja"dengusnya dengan nada kesal.Namun, silvi tak menghiraukan ocehan Mesi. Ia kembali kembali berpamitan kepada Adit. Polisi ganteng yg cuek itu.

Pak, pol titip Mesi senebtar, ya? Kalau dia nakal tembak  saja" ujar silvi sambil berlalu meninggalkan mereka berdua. Dan hanya di anggukan oleh Adit.

Sebenarnya Silvi tidak pergi  kemana-mana. Hanya saja ia memberikan waktu untuk mereka berdua. Dan untuk masalah makanan ia memilih memesan go food saja. Karna waktu sudah malam dia engan untuk beranjak.

Untuk beberapa saat mereka hanya diam. Mereka merasa canggung. Hingga beberapa detik kemudia Adit membuka suara.

"Lain kali, kalau mau ke taman jangan malam-malam" ucapannya dengan nada datar

"Cie, yg mulai perhatian" sambil senyum menggoda ke arah Adit.

"Kamu, ya. Di bilangi ngeyel. Coba tadi kalau kamu di bawa sama kedua preman. Mau jadi apa kamu?"ucapnya dengan nada tinggi.

"Hem, iya deh pak pol yg ganteng. Janji gak akan di ulangi lagi. Nanti kalau saya ketaman saya minta tenenin bapak saja, ya? biar gak ada yg berani ganguin saya!" Ujarnya dengan senyum yg dibuat manis mungkin.

"Ya, gak gitu juga kalik. Memangnya saya siapa kamu, harus nemenin kamu ke taman?" Jawab Adit jutek, sambil memandang ke arah Mesi.

"Memang menurut pak pol, saya siapa?" tanya balik Mesi. Adit terdiam. Dia binggung, dasar gadis kecil aneh gumamnya dalam hati.

Mesi yg melihat Adit terdiam, ia menepuk punggung Adit. "Kok bengong. Jawab dong, pak pol ku!" Ujar Mesi sambil senyum-senyum gak jelas.

Belum sempat Adit menjawab, Silvi datang. Ia membawa 3 bungkus nasi. Adit membuang  nafasnya dengan kasar, ia lega. Untunglah Silvi datang. Kalau tidak ia bingung harus menjawab apa. Mereka  langsung menyantap makanan tersebut. Kebetulan Adit juga belum sempat makan tadi. Akhirnya perut mereka sudah terisi. Setelah makan Silvi menyodorkan bungkusan di kantong kresek kepada Mesi.

 "Apa, ini?" Tanya Mesi ragu-ragu sambil melihat ke arah bungkusan.

"Obat" sambil membuka isi di dalam kantong.

"Ah, gak mau. Pasti pahit" ujarnya sambil menutup mulutnya mengunakan tangan.

"Tapi, kamu harus minum." jelas Silvi dengan sedikit paksaan.

"Pak, pol. Saya gak mau. Pasti pahit banget " sambil berlari kearah Adit, lalu duduk di pangkuannya.

Adit terkejut. Bisa-bisanya Mesi melakukan itu? Jujur saja sebenarnya ia senang mendapat pelukan dari Mesi. Namun dia pria normal. Nalurinya meronta-ronta. Sangking paniknya Mesi terus saja bergerak di pangkuanny. Dan tanpa Mesi sadari, ia telah membangunkan sesuatu di bawah sana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status