Kali ini Leeray meminta Andy, sekretarisnya untuk menjadi sopir mobil pengantin. Mereka naik Maserati Ghibli hitam milik Leeray. Lambhorgini biru itu tidak boleh dipakai selain oleh Leeray, maka dari itu mereka naik Maserati saja ke biro catatan sipil kota Perth.
Leeray mengambil buket bunga pengantin di mobilnya sebelum Deasy naik ke mobil.
Orang-orang yang ada di lobi apartment Deasy berhenti berjalan sembari memperhatikan mereka berdua.
"Untukmu, Cantik," ucap Leeray seraya menyerahkan buket bunga itu kepada Deasy.
Buket bunga pengantin itu terdiri dari pink orange roses, white roses, white lily, dan baby breath. Deasy tersenyum gembira ketika menerima karangan bunga yang cantik itu. "Oohh Lee, buket bunganya cantik sekali, aku sangat menyukainya," ujar Deasy lalu menghirup aroma bunga itu.
Leeray tersenyum melihat Deasy. Dia pun membantu Deasy naik ke kursi penumpang di belakang, ekor gaun pengantinnya agak terlalu panjang. Leeray m
Seusai mengurus semua surat yang dibutuhkan untuk menikah secara negara, mereka berdua pun meninggalkan biro catatan sipil kota Perth lalu naik ke mobil Maserati milik Leeray.Di dalam mobil, Deasy pun berkata, "Lee, kurasa aku harus ke dokter obsgyn untuk mendapat suntikan hormon kontrasepsi. Aku belum ingin memiliki bayi untuk sementara waktu."Leeray pun agak terkejut, dia berdehem lalu berkata pada Andy, "Andy, tolong antarkan kami ke Rumah Sakit Umum Perth.""Baik, Pak," jawab Andy singkat. Dia pun mengarahkan mobil itu menuju ke Rumah Sakit Umum Perth."Lee, kau tidak keberatan, kan? Aku menanyakan pada Kak Laura tentang hal ini dan dia menyarankanku memakai hormon kontrasepsi untuk menunda kehamilan," ujar Deasy seraya menatap Leeray yang duduk di sampingnya.Leeray menggenggam tangan Deasy lalu mengecupnya. "Aku setuju, kau masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu. Selain itu, aku belum resmi melamarmu ke papa mamamu, Sayang. Itu yang m
Seusai makan malam, mereka berdua pun masuk ke kamar Leeray. Kamar itu ternyata sudah didekorasi dengan bunga-bunga segar di dalam vas-vas yang diletakkan di sekeliling kamar. Lilin-lilin sudah dinyalakan di tempat-tempat kaca berisi air. Cahaya temaram dari lilin-lilin itu menambah suasana menjadi romantis."Wow! Siapa yang mendekorasi kamarmu, Lee?" tanya Deasy seraya memandangi sekeliling kamar. Dia menyukai karangan bunga segar."Bukan aku, Deasy. Sepertinya pelayan-pelayanku yang mengerjakannya. Aku akan memberi mereka bonus besok karena telah begitu perhatian padaku," ujar Leeray berjalan santai ke sofa sembari melepaskan tuxedo-nya."Eehh Deasy, aku ingin mandi dulu. Tubuhku rasanya gerah dan kotor." Dia pun melihat Deasy lalu berkata, "Hmmm sepertinya aku harus membantumu dulu melepaskan gaun pengantin itu." Leeray pun berjalan mendekati Deasy.Deasy berdiri dalam diam memunggungi Leeray yang membuka tali pengikat gaun di punggungnya.
Leonard Indrajaya menuruti keinginan sugar baby-nya untuk pulang ke apartment-nya. Kedua puteranya sudah meninggalkan Jakarta sejak seminggu yang lalu. Ada banyak hal yang terjadi hari-hari terakhir ini dalam kehidupan putera-puteranya, sedikit banyak itu tampak di dalam raut mukanya.Elena merasa kuatir dengan kekasihnya itu, dia berusaha menghibur Leonard, tetapi kepala pria itu terisi penuh dengan masalah putera-puteranya."Leo, apa kau mau menceritakan masalahmu padaku?" tanya Elena sembari meletakkan kepalanya di pangkuan Leonard. Mereka sedang menonton TV di sofa ruang tengah apartment Elena.Leonard mengecup puncak kepala Elena lalu membelai kepala Elena, dia berkata, "El, kau tidak perlu ikut bersusah hati dengan masalah keluargaku. Dengan berada di sisiku saja, itu sudah sangat berarti bagiku." Dia pun menghela napas dalam-dalam."Ohh sepertinya ponselmu berbunyi ...," ujar Elena kemudian mengambilkan ponsel Leonard di meja sofa. Dia membuka pesa
Tubuh Leeray terasa agak kelelahan setelah lembur semalaman. Biasanya dia yang menyuruh Deasy lembur bekerja di kantor. Namun, kini setelah menjadi Nyonya Leeray, Deasy yang memintanya lembur di rumah melayani istrinya itu. Entah sudah berapa kali sejak semalam mereka saling memuaskan satu sama lain.Leeray merasa kurang tidur sekalipun tubuhnya terbiasa bangun pukul 05.00 seperti saat ini, tetapi dia merasa tidak ingin berolahraga pagi. Dia pun memeluk tubuh polos Deasy seraya menutup matanya lagi untuk mencoba tidur.Tangan Deasy mengacak-acak rambut Leeray yang tebal, menarik kepala Leeray ke dalam dekapannya seraya melilitkan betisnya ke tubuh Leeray dengan sembarangan.Gagal sudah rencana Leeray untuk tidur kembali. Dia pun tertawa perlahan karena kelakuan Deasy, istrinya itu memperlakukannya seperti sebuah guling yang tak bernyawa. Astaga!Leeray pun bingung, haruskah dia bertahan dengan posisi janggal seperti ini. Sementara Deasy tertidur pul
Tok tok tok.Pintu kamar Leeray diketuk dari luar oleh pelayannya. Leeray pun membukakan pintu kamarnya."Tuan muda, ada kiriman barang untuk Anda," ucap pelayan itu seraya menyerahkan paper bag bertuliskan Frank & co. kepada Leeray.Leeray pun mengerti kiriman apa itu, dia memang sudah menunggunya dari tadi malam. "Terima kasih, Budi," balas Leeray lalu menutup lagi pintu kamarnya."Ada apa, Lee?" tanya Deasy penasaran sembari mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan handuk."Ini kejutannya, Cantik. Kemarilah ...," ujar Leeray sembari duduk di tepi ranjangnya.Deasy masih memakai bathrobe menghampiri Leeray kemudian duduk di sebelah suaminya itu. "Apa itu, Lee? Kamu membeli perhiasan lagi?" tanya Deasy menatap suaminya yang senyum-senyum sendiri."Aku membeli sebuah cincin pernikahan untukmu. Ini, coba kau lihat dulu, apa kau menyukainya?" ujar Leeray menyerahkan kotak berisi cincin itu kepada Deasy.Deasy mene
Pukul 10.00 Leeray mengajak Deasy berangkat ke mal milik grup Harper untuk berbelanja pakaian. Mereka naik sepeda motor Ducati milik Leeray, sementara beberapa pelayan Leeray naik mobil MPV mengikuti mereka berdua ke mal. Leeray sengaja menyuruh pelayannya mengikuti mereka supaya dia dan Deasy tidak kerepotan membawa barang belanjaannya nanti.Menurut pengalamannya sebelumnya ketika berbelanja dengan wanita, mereka selalu kalap berbelanja sehingga barang bawaannya menumpuk. Dia tidak suka membawa banyak barang sendirian."Lee, aku bingung mau membeli baju apa ... aku masih memiliki banyak baju di apartmentku," ujar Deasy ketika membonceng Leeray. Helm yang mereka pakai memiliki fitur bluetooth sehingga bisa mengobrol tanpa harus saling berteriak melawan suara angin."Belilah apa pun yang kau suka, Sayang. Aku tidak peduli sekalipun kau akan membeli seisi toko pakaian itu," balas Leeray sembari mengendarai Ducati-nya.Sekalipun Leeray mengendarai Duc
Pagi itu Leonard mampir ke florist sebelum pergi menjemput Elena di apartment-nya untuk berangkat bersama ke kantor. Dia membeli sebuah buket mawar merah muda yang berjumlah 28 tangkai sama seperti usia Elena yang bertambah 1 tahun hari ini.Leonard tersenyum sendiri ketika melihat karangan bunga mawar merah muda yang cantik itu di tangannya. Dia berharap Elena akan menyukainya. Namun, apa pun yang dia berikan pada Elena sebelumnya selalu ditanggapi dengan sukacita oleh wanita muda itu.Pria itu naik ke lantai 10 tempat unit apartment Elena berada lalu membunyikan bel.Tak lama berselang pintu itu pun terbuka. Elena muncul dengan penampilannya yang cantik dan rapi, siap untuk berangkat ke kantor bersama Leo-nya."Hai, selamat pagi, Leo Sayang," ucap Elena seraya mengecup bibir pria itu.Leonard pun menyerahkan karangan bunga mawar merah muda itu pada Elena. "Happy birthday, El Manis.""Oohh bunganya cantik sekali, Leo Sayang. Aku
"Apa yang kau pesan, Leo Sayang?" tanya Elena penasaran sembari melihat bungkusan kotak yang agak besar itu di meja makan restoran."Bagaimana kalau kita selesaikan dulu makan siangnya? Kau belum memakan mie panjang umurnya, El ...," ujar Leonard belum mau menjawab rasa penasaran Elena. Dia sengaja melakukannya.Elena menghela napas sembari mencebik karena kecewa. Leo-nya merahasiakan sesuatu darinya. Dia pun diam dan melanjutkan makan siangnya."Sepertinya kekasih kecilku sedang merajuk ...," kata Leonard sembari mengunyah makanannya tanpa melihat ke arah Elena."Iya, sedikit ... karena pacar gantengku main rahasia-rahasiaan denganku," balas Elena tidak mau mengalah dengan mudah.Leonard pun tertawa lalu menaruh mangkuk nasi dan sumpitnya. "Ohh baiklah, coba buka isi kotak ini ...," pinta Leonard sembari meletakkan kotak kue itu di hadapan kekasihnya yang merajuk.Elena melihat label nama bakery favoritnya di atas kotak itu kemudian d