Leeray membeli sebuah gedung perkantoran di CBD (Central Business District) di kota Perth, Australia. Gedung itu berlantai 8 dan ruang kerjanya terletak di lantai 8. Dia tidak pernah mau menempati lantai selain lantai tertinggi di setiap gedung kantornya dari dulu.
Suatu sifat egosentrik yang mendarah daging untuk selalu berada di puncak kekuasaan, doktrin papinya sejak Leeray kecil.
Sore ini, dia memimpin meeting kantor cabang klan Indrajaya di kota Perth. Mereka akan memutuskan pilihan desain untuk superblock yang akan dibangun di tengah kota Perth.
Ada banyak desain bangunan yang menarik yang ditampilkan di layar LCD di ruang meeting.
Sekretaris pribadinya, Andy mengoperasikan LCD dengan laptopnya menampilkan desain bangunan yang telah dikirim oleh para desainer ke surel kantor.
"No. No. Yes. No. Yes. No. Yes. No. No ...," ucap Leeray ketika melihat tampilan desain yang muncul bergantian di layar LCD.
Andy pun berkata, "Ini 3 desain yang mendapat 'YES' dari Pak Leeray tadi." Dia menampilkan 3 desain gambaran tangan itu dalam 1 slide berjejer.
"Aku suka ide bangunan piramide itu, Andy. Bagaimana dengan yang lain?" Leeray mengedarkan pandangannya ke peserta meeting pagi itu.
Leeray memuji sang desainer bangunan piramide itu dalam hatinya. Kantor CEO berada di puncak piramide raksasa di tengah kota Perth, ide itu menembak ego Leeray dengan tepat sasaran.
Salah satu pimpinan tim proyek berbicara, "Saya rasa desain piramide itu iconic sekali, Pak. Akan sangat menarik bila sudah jadi bangunannya. Kontras dengan bentuk bangunan di sekitarnya."
Leeray pun mengangguk-anggukkan kepalanya setuju dengan pendapat anak buahnya. "Andy, hubungi pemilik desain itu secepatnya. Aku ingin dia segera mengerjakan detail desain bagian dalam bangunan per lantai. Kita butuh gambaran utuh dari bangunan piramide itu dari sisi dalam gedung," ujar Leeray dengan praktis.
"Siap, Pak. Saya hubungi desainer ini seusai meeting," jawab Andy menatap bosnya. Pria itu memiliki aura yang mendominasi.
*****
"Baik, Pak. Besok pagi saya akan datang ke kantor Bapak. Terimakasih atas informasinya," ucap Deasy di telepon lalu mematikan panggilan itu.
"YESS! Yuhuuuu ...," seru Deasy dengan gembira. Dia mendapat sebuah proyek besar.
Beberapa hari yang lalu dia melihat pengumuman di website kampusnya tentang open recruitment desainer bangunan superblock di kota Perth. Dia mencoba mengirimkan satu desainnya ke alamat surel perusahaan itu. Sebenarnya dia tidak banyak berharap desainnya akan terpilih karena sebelumnya dia belum pernah membuat desain untuk proyek sebesar itu.
Deasy melihat-lihat baju di lemarinya untuk dia kenakan besok ke kantor perusahaan properti itu. Sebuah setelan blazer biru tua dan celana panjang senada dengan dalaman ruffle blouse warna putih sepertinya cukup trendy dan memiliki kesan profesional. Dia akan memakai setelan ini besok pagi.
Setelah memilih baju, Deasy pun berbaring di ranjangnya menunggu kantuk datang, dia harus bangun pagi besok.
Akhirnya pagi pun merekah, Deasy segera mandi lalu berdandan sedikit, dia memakai foundation dan bedak lalu memoleskan lipstik berwarna red natural di bibirnya. Setelah itu dia menyemprotkan parfum ke tubuhnya sebelum memakai setelan baju yang dia pilih semalam.
Setelah sarapan sandwich buatannya sendiri, Deasy pun turun ke basement untuk naik mobil Mazda 3 hijaunya. Biasanya dia lebih memilih naik transportasi publik, tapi berhubung hari ini adalah hari yang spesial, dia pun menggunakan mobil pribadinya.
Jalanan kota Perth pagi ini masih lengang, Deasy berpikir janji temunya di kantor ini pagi sekali. Mungkin CEO perusahaan itu orang yang rajin dan bisa jadi workaholic. Jam 8 pagi sudah mulai bekerja? Bahkan kota ini belum terbangun!
Akhirnya dia sampai di gedung bertingkat 8 itu. Resepsionis di lantai 1 memintanya untuk langsung naik ke lantai 8, tempat di mana kantor CEO berada.
Jantung Deasy berdebar kencang, bagaimana pun ini pengalamannya bekerja di sebuah perusahaan besar.
Ting. Lift berhenti di lantai 8. Hanya ada 1 pintu di hadapannya ketika keluar dari lift. Besar sekali kantor CEO ini, batin Deasy.
Deasy merapikan penampilannya di kaca pintu lift lalu mengetuk pintu kantor CEO itu.
Tok tok tok.
"Ya. Masuk!" ucap suara pria dari dalam ruang CEO.
Sosok gadis muda yang masuk ke dalam ruang kantornya nyaris membuat jantung Leeray melompat dari tempatnya. Mulutnya menganga karena terkejut dan kehilangan kata-katanya.
Deasy pun menyapa terlebih dahulu, dia terkejut tapi tidak se-syok Leeray. "Lee, apakah kau CEO perusahaan ini?" tanya Deasy penasaran.
Pria itu segera berdiri lalu bergegas mendekati Deasy yang berdiri di dekat pintu. Aroma dedaunan hutan itu menyerbu indera penciumannya. Sebenarnya dia ingin merengkuh gadis itu dalam pelukannya, dia sangat merindukannya. Tapi mereka tak ada hubungan apa pun, belum ....
Leeray pun mengulurkan tangannya pada Deasy yang kemudian dijabat dengan erat. "Apa kabar, Deasy?" ucap Leeray berbasa-basi dengan salah tingkah.
Wow. Gadis ini bisa membuatnya salah tingkah! Belum pernah ada siapa pun yang sanggup membuatnya kehilangan ketenangan.
"Baik, Lee. Ehmmm ... aku diminta ke sini pagi ini pukul 08.00. Pak Andy meneleponku kemarin, dia mengatakan CEO perusahaan ini ingin bertemu langsung denganku," ujar Deasy menatap Leeray dengan tenang. Pria itu seperti salah tingkah, batin Deasy dengan geli.
Leeray pun lebih terkejut lagi. "Kau pemilik desain piramide itu?" tebak Leeray bersedekap seraya menggosok bulu-bulu halus yang mulai tumbuh di pipi dan dagunya.
Gadis itu tersenyum seraya mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan pertanyaan Leeray.
Kini Leeray mengalami pusaran emosi yang begitu membingungkan antara ingin bersorak gembira dan bimbang harus memposisikan dirinya sebagai bos baru Deasy, dia perfeksionis dan demanding dalam pekerjaannya.
Apa gadis ini sanggup menyesuaikan diri dengan sifatnya itu atau malah kabur lagi tanpa pesan seperti beberapa waktu lalu?
"Ohh oke, kau harus mulai bekerja hari ini, Deasy. Kita punya deadline dengan jadwal yang ketat untuk proyek superblock ini. Duduklah dulu di sofa. Aku harus mengurus sesuatu ...," ujar Leeray menunjuk sofa di tengah ruangan kerjanya yang super luas itu.
Leeray menekan interkomnya. "Andy, ke ruanganku sekarang."
Tak lama kemudian sekretaris pribadi Leeray masuk ke ruangan CEO. "Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
Leeray duduk bersandar di kursi singgasana CEO nya seraya berkata, "Aku mau kau minta ke bagian perlengkapan gedung, sebuah meja kerja untuk desainer proyek superblock kita. Taruh di dekat meja kerjaku di sebelah situ." Tunjuk Leeray ke posisi yang dia inginkan untuk meja kerja Deasy.
Dia ingin memandangi gadis itu sepanjang hari. Tentu saja sembari dia bekerja. Suatu pengaturan yang menyenangkan baginya. Leeray tersenyum sekilas melirik ke Deasy yang sedang duduk di sofa memandangi sekeliling ruang kerja Leeray.
"Baik, Pak. Segera saya siapkan meja kerjanya. Apa ada lagi tugas yang lain?" balas Andy dengan sopan.
"Tidak. Kau boleh keluar sekarang," ucap Leeray menatap Andy dengan ekspresi datar.
Ahh ... kontrak kerja, Leeray teringat hal penting itu. Dia harus mengikat gadis itu agar tidak kabur darinya lagi. Dia pun mengambil map kontrak kerja yang sudah disiapkan sekretarisnya di meja.
"Deasy ... kemarilah! Kau harus menandatangani perjanjian kontrak kerja di perusahaan ini terlebih dahulu," panggil Leeray dari meja kerjanya.
Deasy pun bergegas menuju ke meja Leeray lalu duduk di hadapan pria itu. Dia menekuri map berisi berkas perjanjian kontrak kerja dalam bahasa Inggris itu.
Dia paham inti dari perjanjian kontrak kerja itu, dia harus menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak yang diterimanya dan mematuhi semua perintah atasannya. Kontrak itu dibuat dengan penalti yang besar untuknya bila sampai dilanggar.
Akhirnya Deasy pun membubuhkan paraf di setiap lembar kontrak perjanjian kerja itu dan tanda tangan di bagian akhir berkas itu bersebelahan dengan tandatangan Leeray.
Leeray tersenyum puas ketika melihat Deasy menyelesaikan tanda tangannya di surat perjanjian kontrak kerja. Dia akan memastikan gadis itu menjadi miliknya di akhir periode kontrak kerjanya. Sungguh takdir yang tak terduga, gadis yang dia idam-idamkan justru datang sendiri ke hadapannya.
Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu.Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes.Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?"Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini.""Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray."Sebentar ...," tukas Leeray
Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.Deasy pun b
Setelah bekerja beberapa hari di kantor Leeray, Deasy pun mulai terbiasa dengan ritme kerja bosnya itu. Dia harus mengerjakan segalanya dengan cekatan, semua daftar pekerjaan selalu memiliki deadline yang pendek. Dan satu hal yang kadang membuat Deasy merasa kesal, pria itu tidak bisa menerima kata 'tidak' dari mulut karyawannya.Mungkin semalam sudah kelima kalinya dalam 5 hari, tubuhnya kelelahan bekerja hingga tertidur di meja kerjanya lalu digendong oleh pria itu ke ruang tidur CEO. Untungnya pria itu tidak pernah macam-macam padanya. Deasy selalu merasa nyaman ketika berada di dekat Leeray.Leeray sedang memandangi kertas sketsa desain milik Deasy dengan serius.Tok tok tok."Ya, masuk," ucap Leeray.Seorang pria bule masuk ke ruangan CEO kemudian duduk di hadapan Leeray.(Dialog dalam bahasa Inggris yang langsung diterjemahkan oleh author.)"Selamat pagi, Tuan Ferdinand Kinston," sapa Leeray seraya mengulurkan
Sejak kemarin Leeray berusaha melarang Deasy untuk ikut terjun paralayang atau skydive istilah bule-nya. Di Australia memang banyak provider yang menyediakan fasilitas skydiving.Deasy kali ini memesan tempat di Rottness Island yang berada di Perth bersama provider Geronimo Skydive. Dia sudah beberapa kali melakukan skydiving bersama kru Geronimo Skydive dan segalanya berjalan dengan lancar tanpa ada kecelakaan. Bahkan, terakhir kali dia melakukan skydiving sendirian saja tanpa didampingi instruktur. Biasanya pemula terjun secara tandem bersama instruktur untuk mencegah kecelakaan yang tidak diharapkan."Deasy, batalkan saja rencanamu untuk terjun paralayang! Aku akan mengganti uang pemesanannya padamu. Ini sangat berbahaya!" sergah Leeray ketika mereka sampai di Rottness Island, dia mengantar Deasy ke tempat itu karena dia tidak dapat mengubah pendirian Deasy sejak kemarin siang ketika Deasy bercerita kepadanya.Gadis itu cemberut menatap Leeray. "Aku tid
Dengan wajah kebingungan, Deasy termangu-mangu mencerna perkataan bosnya itu. 'Apa aku tidak bermimpi? Leeray menembakku?' ucapnya dalam hati.Leeray menunggu jawaban Deasy dengan tak sabar. Dia kuatir gadis itu akan menolaknya mentah-mentah. Ego-nya tidak dapat dilawan oleh siapa pun selama ini. Tidak ada jawaban 'tidak' di kamusnya."Deasy?""Ehh ohhh iya, Lee? Ada apa?""Jawab pertanyaanku tadi? Apa kau mau jadi pacarku?" ulang Leeray dengan kata-kata yang jelas, dia memastikan Deasy mendengar setiap patah katanya dengan benar.Gadis itu menatap Leeray dengan sepasang bola mata birunya. Dia pun menjawab, "A--aa--aku bingung, Lee. Bolehkah aku memikirkannya dulu?"Leeray melepaskan pegangan tangannya di lengan Deasy lalu menyugar rambutnya. "Bingung kenapa, Deasy?" tanyanya."Kita baru bersama sekitar seminggu. Ini terlalu cepat, bukan?" balas Deasy seraya bersedekap menatap bosnya itu."Tidak, ini tidak cepat. Ak
Setelah insiden di dalam mobil tadi, Deasy dan Leeray menjadi canggung. Mereka berjalan bersisian di taman mansion milik Leeray sore itu. Menikmati pemandangan matahari terbenam dari taman yang penuh tumbuhan bunga yang mekar beraneka ragam.Leeray memetik sekuntum bunga mawar putih dan menyelipkan itu di atas telinga Deasy."Kau cantik sekali seperti ini, Sayangku," ucap Leeray seraya membelai pipi Deasy yang halus.Netra Deasy yang berwarna biru seperti warna langit senja itu selalu berhasil membuat Leeray terpesona ketika menatapnya.Gadis itu melingkarkan lengannya di pinggang Leeray yang ramping dan berotot lalu menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. Entah kenapa rasanya begitu nyaman dan tanpa ada kekuatiran ketika dia bersama Leeray. Deasy membatin dalam hatinya.Leeray membelai kepala Deasy dengan lembut ketika gadis itu bersandar di tubuhnya yang kokoh. Dia pun mengecup kening gadis itu. Rasanya begitu bahagia di dalam hatinya.&nbs
Malam itu sesampainya di apartmentnya St. Catherine's on Park, Deasy mandi lalu membersihkan wajahnya dengan skin care. Dia menatap bayangannya di cermin dan tersenyum."Apa aku cocok menjadi pacar seorang CEO seperti Leeray?" ucapnya pada cermin di hadapannya. "Tapi aku bahagia sekali hari ini, dia begitu tampan dan kaya, aku sangat beruntung ...."Setelah selesai membersihkan wajahnya, Deasy pun berbaring di ranjang queen size-nya. Tak lama kemudian dia terlelap. Sepertinya Leeray terlalu memenuhi pikirannya hingga terbawa ke dalam mimpinya. "Lee ...," bisiknya ketika dia mengigau dalam tidurnya.Hari pun berganti pagi, Deasy terbangun dengan badan yang segar bugar. Dia merenggangkan otot-ototnya dengan mengangkat kedua tangannya ke atas. Aahhh ....Deasy membuka kaca jendela apartmentnya untuk menghirup udara pagi kota Perth yang masih segar belum tercemar polusi asap kemdaraan bermotor. Fajar baru saja merekah, dia menyukai warna langit fajar sa
Seusai kembali dari toilet, Deasy mengerjakan kembali sketsa desainnya sementara Donovan memperhatikannya dalam diam. Pria itu sepertinya memiliki perasaan tertarik pada Deasy.Leeray memandangi Donovan dan Deasy dari kursi CEO. Dia merasa tidak nyaman, tetapi dia masih membiarkan Donovan memandangi kekasih kecilnya itu. Selama pria itu menjauhkan tubuhnya dari Deasy, dia tidak akan marah. Lagipula bila mereka berdua ribut karena wanita, tentunya tidak akan baik bagi hubungan kerjasama kedua grup."Ehmm Donovan, apa kau tidak ada agenda pekerjaan lainnya hari ini?" tanya Leeray mengusir secara halus.Donovan menoleh ke arah Leeray sembari berkata, "Aku ada meeting di gedung Harper group satu jam lagi.""Deasy, apa nanti malam kau sudah ada acara? Aku ingin mengajakmu hang out ke kelab, apa kau mau?" tanya Donovan pada Deasy yang serius menggambar sketsa desain dan mengacuhkannya dari tadi."Maaf, Sir. Aku masih harus lembur mengerjakan sketsa desai