"Kenapa nggak mau diajak ke mall!" ucap Ferdi yang menggigit bakso bakar di tangannya.
Alisa menggelengkan kepalanya. "Aku tadi bilang ke rumah sakit," ucapnya yang takut ada yang mengenalinya saat ke mall.
Ferdi hanya tersenyum saat mendengar ucapannya.
"Kamu udah nggak pernah ikut balapan lagi?" tanya Ferdi.
Alisa menggelengkan kepalanya.
"Jangan ikut-ikut balapan lagi," ucapnya yang memandang gadis yang duduk di depannya.
"Iya kamu udah larang nggak boleh ikut balapan, ya aku nggak ikut," ucap Alisa yang kemudian minum jus di tangannya.
Ferdi tersenyum dan mengarahkan bakso ke mulutnya.
Alisa memakan bakso dari sahabatnya itu.
"Kemarin aku menabrak," ucap Alisa yang mengunyah bakso di mulutnya.
Ferdi membuka matanya dengan sangat besar. "Bagaimana keadaa
Alisa memberhentikan motornya di depan teras rumahnya dan langsung turun dari atas motor.Alisa berlari masuk ke dalam kamar mamanya dengan air mata yang membanjiri pipinya.Alisa melihat Ibu Aminah duduk di bibir tempat tidur sambil menangis."Ibu, gimana mama Isa," ucapnya yang menangis dan memeluk mamanya."Mama kamu masih hidup kamu cepat telepon taksi biar bisa dibawa ke rumah sakit," ucap Ibu Aminah."Iya Bu," ucap Alisa yang memasukkan tangannya ke dalam tas kuliahnya dan mencari ponselnya. Alisa memesan taksi online yang ada di aplikasinya saat ponselnya sudah di tangannya."Kenapa taksinya lama kali datangnya," ucap Alisa sudah tidak tahu lagi apa yang akan dilakukannya saat ini. Taksi yang dipesannya terasa begitu sangat lambat sampai di rumahnya."Sabar nak, semoga mama Isa gak apa-apa," ucap Aminah yang berusaha menenangkan Al
Alisa memandang mamanya dipindahkan ke ruangan perawatan. Alisa mengambil kamar kelas 3 untuk mamanya.Perawat tersebut mendorong mamanya masuk ke dalam kamar kelas kelas 3. Di dalam kamar tersebut, tersusun 5 bangsal. Perawat pergi meninggalkan kamar setelah mengecek infus dan memasang selang oksigen di hidungnya."Mama," ucapnya yang menangis memeluk mamanya.Nur tersenyum memandang putrinya.Alisa duduk di samping tempat tidur mamanya dan mencium-cium tangan mamanya tersebut."Gimana ma, apa ada yang sakit? tanyanya"Masih mati rasa, mama haus," jawab Nur."Tunggu buang angin ya ma," ucap Alisa yang memaksa senyum di bibirnya.Nur menatap sendu wajah putrinya. Mata putrinya bengkak karena menangis. Nur mencoba mengangkat tangannya yang terasa berat, ia ingin mengusap air mata putrinya
Alisa datang ke rumah sakit dan melihat kondisi mamanya semakin kritis. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan ginjal. Alisa hanya diam saat mendengar ucapan dokter tersebut. Kakinya terasa sakit lemas. Tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan hingga hampir terjatuh. Dokter itu langsung memegangnya dan menahan tubuhnya.Dokter tersebut membantunya duduk di kursi yang ada di depan ruangan ICU.Alisa menangis tiada sudah tidak tau harus berbuat apa. Pihak rumah sakit sudah memberikan nya surat pemberitahuan tagihan. Bila dalam waktu 3 hari, Alisa tidak bisa melunasi biaya rumah sakit, maka semua alat yang menempel di tubuh mamanya akan dicabut. Alisa memandang kertas kecil yang di tangannya. Di pejamkannya matanya sambil menimbang-nimbang apa yang dikatakan temannya itu memang benar. Apa artinya keperawanan bila itu bisa menyelamatkan nyawa namanya. Namun setelah ini ia akan menyandang status PSK. Walaupun hanya sa
Setelah puas menangis, Alisa keluar dari ruangan ICU. Ia berjalan ke kamar mandi dan mencuci wajahnya.Dengan tubuh yang terasa lemas, Alisa berjalan menuju lift dan kemudian masuk ke dalam lift tersebut. Sesuai instruksi dari perawat rumah sakit Alisa berjalan ke arah pintu yang tertutup rapat. Alisa membaca tulisan yang terpampang di depan pintu tersebut. Setelah yakin bahwa ia tidak salah ruangan Alisa mengetuk pintu itu.Alisa mengusap air matanya sebelum membuka pintu saat mendengar sahutan dari dalam.Alisa masuk ke dalam ruangan dengan menundukkan kepalanya. Orang yang akan ditemuinya saat ini begitu sangat ditakutinya.Attar memandang gadis yang saat ini menundukkan kepalanya. Attar merasa Kasihan saat mengetahui apa yang terjadi terhadap gadis itu.Kaki Alisa gemetar saat berada di dalam ruangan yang tidak bisa diperhatikannya dengan jelas. Alisa berd
"Isa akan cari tahu di google om," jawabnyasambil memandang pria di depannya. Alisa seakan bermimpi saat ini."Bagus," ucap Attar.Alisa diam tanpa berani memandang wajah pria yang saat ini duduk di depannya. Alisa masih tidak mengerti dengan apa yang saat ini terjadi dengannya. Bagaimana mungkin hanya hitungan jam dia akan menikah. Ini semua tidak pernah ada dalam pikirannya. Dadanya berdebar-debar dan merasa grogi saat merasakan tatapan pria yang tertuju padanya. "Apakah orang kaya memang seperti ini, aneh," pikirnya dalam hati."Kamu bilang saya aneh?" tanya Attar.Alisa menelan air ludahnya yang terasa begitu sangat kering. Alisa tidak menduga pria itu mendengar ucapan yang tidak dikeluarkannya. Seingatnya, Ia hanya berbicara di dalam hati. Alisa mengangkat kepalanya dan memandang pria yang duduk di depannya tanpa berbicara.Attar memandang
Alisa memandang pria yang akan menjadi suaminya. Air matanya menetes saat mendengar ucapan calon suaminya. Perkataan pria itu begitu sangat menyentuh hatinya. Bagaimana mungkin pria yang berwajah tampan itu meminta menikah dengannya, bila pria itu tidak mencintainya. Alisa masih belum bisa menjawab pertanyaan dari apa yang ada dipikirannya.Attar memegang tangan Alisa dan meletakkan tangan calon istrinya di tangan calon mertuanya. "Kita akan menikah jadi minta restu sama mama kamu," ucapnya.Alisa menangis dan menganggukkan kepalanya. "Mama restui Isa, doakan Isa bahagia ma," ucapnya dengan terisak."Namanya Attar, Dia pria yang baik. Isa yakin ma, Isa gak akan menyesal menikah dengannya," ucap Alisa di dalam hatinya. Hanya Isak tangisnya yang terdengar di dalam ruangan yang begitu sangat senyap tersebut.Attar mengusap kepala calo
Attar menyandarkan kepala istrinya di dadanya. Tangannya mengusap-usap punggung istrinya. "Berdoa sayang," ucapnya. Alisa mengangkat kepalanya saat mendengar ucapan suaminya. Alisa tahu suaminya pasti hanya berusaha untuk memberikan semangat kepadanya. Alisa menganggukkan kepalanya menyandarkan kepalanya di dada suaminya terasa begitu sangat nyaman baginya. "Apa kamu capek?" Tanya Atar setelah lebih 1 jam mereka duduk di depan ruangan tersebut. Alisa menggelengkan kepalanya. "Isa nggak capek Om, kalau Om capek Om istirahat aja. Isa tunggu mama di sini," ucapnya yang menundukkan kepalanya. Alisa tidak mampu memandang wajah suaminya. Setiap kali memandang wajah Suaminya, detak jantungnya semakin kuat. "Saya akan temani kamu, kita menunggu berdua," ucap Attar yang tidak ingin meninggalkan istrinya. "Terima kasih ya om," ucap Alisa.
Alisa tidak ada henti-hentinya tersenyum memandang mamanya yang sudah berada di atas tempat tidur pasien. Saat ini mamanya masih di dalam ruangan ICU untuk pemantauan Kondisinya lebih lanjut. Bila nanti mamanya sudah sadar dan kondisi detak jantung dan sebagainya sudah baik maka akan dipindahkan ke ruangan pasien. Alisa duduk di kursi yang diseret nya di samping tempat tidur mamanya. Tangannya tidak ada henti-hentinya memegang tangan mamanya dan mencium punggung tangan mamanya tersebut. "Nanti Saat Mama bangun pasti Mama akan merasa ada yang aneh. Tapi nanti Isa bakalan jelaskan semuanya ke mama, biar mama jangan kaget," ucapnya sambil tersenyum. "Sebenarnya ini semua seperti mimpi bagi Isa ma. Kehadirannya seperti seorang malaikat yang menyelamatkan hidup Isa dan juga mama," ucapnya yang menyebut suaminya. "Isa benar-benar nggak nyangka kalau mama masih ada untuk Isa," ucapnya.