Home / Romansa / Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO / Kau Sudah Membohongiku Seumur Hidupku

Share

Kau Sudah Membohongiku Seumur Hidupku

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-05-25 09:34:01

"Boleh aku berteman dengannya?"

"Tentu saja boleh, Patra. Nero temanmu. Nerisa juga. Nerisa kan adik Nero. Aku juga temanmu. Bahkan kau boleh memanggilku Om Hadi saja."

"Eh, tidak, Pak. Aku tidak berani."

"Haha! Kau polos sekali! Sering-seringlah datang ke rumah kami dan bermain bersama Nero dan Nerisa ya! Eh, aku juga sudah bicara pada ayahmu untuk memindahkan sekolahmu dan adikmu ke sekolah yang sama dengan Nero dan Nerisa."

"Eh, tapi, Pak ...."

"Jangan tapi tapi lagi, Patra! Pendidikan sangat penting untuk generasi muda! Seseorang boleh saja terlahir di keluarga yang kurang berada karena mereka memang tidak bisa memilih di keluarga mana mereka akan dilahirkan, tapi bagaimana kau menjalani hidupmu itu tergantung pada dirimu sendiri, Patra. Jangan pernah bosan belajar dan jangan pernah lelah bekerja! Hanya dengan tekad, kepintaran, dan kerja kerasmu, kau bisa menjadi sukses jauh melampaui kondisimu saat dilahirkan. Kau mengerti maksudku kan?"

Patra kecil mengerjapkan matanya mendenga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Target Balas Dendam

    "Apa? Ibuku masuk rumah sakit?" Axel mengangguk. "Itu kabar yang kudengar. Kemarin malam darah tingginya kambuh dan dia sempat pingsan tapi pagi ini dia sudah baik-baik saja dan sudah sadar."Nero pun mengembuskan napas lega mendengarnya. "Dan bukan hanya sudah sehat, tapi dia bahkan sudah bisa melakukan serangan pada Brata, si pengkhianat itu," imbuh Axel. Nero langsung mengernyit mendengarnya. "Serangan pada Brata?""Benar, Kak. Pengacara Tante Cintya datang ke kantor polisi untuk melimpahkan semua kesalahan pada Brata, bahkan dia membawa bukti video dan bukti kejahatan Brata yang lain."Nero terdiam sejenak mendengarnya. "Bukti kejahatan Brata yang lain? Bukankah itu berarti bukti kejahatannya juga?"Axel mengangkat bahunya ringan. "Entahlah! Hanya itu yang kudengar dari sopirku tapi aku sudah memintanya untuk terus menantau perkembangan beritanya dan melaporkan padaku."Nero pun mengangguk dan mengembuskan napas panjang. "Terima kasih atas bantuanmu, Axel!"Axel hanya menganggu

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Mencari Masalah dengan Orang yang Salah

    "Bagaimana keadaan di sana, Ibu?" tanya Axel di telepon malam itu. "Semuanya baik-baik saja. Kania pun sudah bisa tersenyum walaupun Ibu tahu hatinya masih bersedih. Tapi setidaknya di sini dia bertemu dengan banyak orang dan dia begitu sibuk. Ibu berharap dia bisa segera menetralkan perasaannya karena kegagalan pernikahan kemarin."Axel mengembuskan napas panjang mendengarnya. "Semoga saja, Ibu! Aku berharap Kak Kania segera pulih seperti semula.""Tentu saja, Axel! Oh ya, bagaimana di sana? Ibu mendengar desas-desus yang mengerikan tentang Bu Cintya. Apa benar dia juga dituduh membunuh suaminya sendiri? Oh, dia psikopat, Axel! Dia mengerikan sekali! Untung saja keluarga kita sudah terbebas dari iblis seperti itu!" seru Esty sambil bergidik. "Ck, banyak hal yang terjadi di sini, Ibu! Tapi tidak usah bergosip tentang apapun, urus Kak Kania saja! Untuk sementara juga Tante Cintya tidak akan mengusik kita karena masalahnya sendiri juga sudah sangat berat.""Jangan sampai dia berani me

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Menghukum Pengkhianat

    "Arrggh!"Teriakan Cintya terdengar begitu kencang dan Cintya pun langsung memejamkan matanya sambil menutup kedua telinga dengan tangannya."Pergi! Pergi!" Cintya pun mengusir Zen dan tangannya mulai memukuli semua yang bisa ia raih sampai akhirnya terdengar suara gelas pecah. Pyar!"Pergi!" teriak Cintya lagi. "Kau sudah mati! Membusuk saja di neraka! Pergi!" Cintya berteriak sekuat tenaga sampai beberapa pelayan dan anak buah mengira ada bahaya dan langsung mengintip ke kamar Cintya. Namun tidak ada apa-apa dan semua orang pun terdiam di sana. "Cepat bersihkan pecahan gelasnya!" perintah Zen pada salah satu pelayan yang langsung mengangguk dan bergerak. Suasana yang mendadak tenang itu pun membuat Cintya ikut tenang dan perlahan membuka matanya. Namun alih-alih makin tenang, mendadak Cintya malah melihat wajah-wajah yang tidak asing di sana. Ada wajah suami dan anak Bik Asih di sana berdiri di dekat pintu masuk kamarnya, ada wajah rekan bisnisnya yang memilih gantung diri sa

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Dihantui Dosa Masa Lalu

    "Kau baik-baik saja, Nero?" Patra terus membelai lengan Nero saat akhirnya mereka sudah berada di satu mobil yang sama. "Aku baik-baik saja, Patra. Aku pikir aku akan menggila tapi nyatanya aku lebih baik daripada dugaanku," sahut Nero dengan tatapan yang masih menerawang tajam.Axel dan Juan pun saling menatap mendengarnya. "Hmm, aku tidak tahu harus bilang apa sekarang tapi aku berharap semuanya bisa selesai dengan adil," kata Juan canggung. Mendoakan Cintya terkena karma akan membuat Juan sungkan pada Nero, namun mendoakan Cintya bebas juga tidak masuk akal karena kesalahan wanita itu sudah terlalu besar. "Kesalahannya tidak bisa dimaafkan! Yang kita tahu saja sudah besar, entah yang kita belum tahu. Aku juga tidak mengharapkan Ibuku bebas. Setelah semua yang dia lakukan, aku berharap dia mendapatkan karma yang setimpal," geram Nero. "Apalagi ditambah dengan ekspresi tidak bersalah yang dia tunjukkan tadi. Aku benar-benar berharap akan ada suatu hal yang membuatnya menyesal se

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kejahatan Akan Dibalas dengan Kejahatan

    "Patra, hati-hati!" pekik Axel sambil berlari menyusul Patra masuk ke dalam rumah. "Ada banyak polisi di sini. Bu Cintya tidak akan berbuat apa-apa, Axel." "Semoga saja begitu, Patra." Axel melirik Juan, sebelum mereka pun masuk bersama ke dalam rumah Cintya. Axel sempat melirik para anak buah yang masih berjaga seperti biasa walaupun di luar juga dijaga oleh polisi. Mereka pun melangkah menuju ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari ruang keluarga. Di ruang keluarga sendiri, Nero dan Cintya masih saling menatap. Nero dengan tatapan penuh kebencian sambil berlinang air mata, sedangkan Cintya dengan tatapan dinginnya yang tajam."Kau pembohong! Kau penjahat! Kau harus dihukum atas semua perbuatanmu, Ibu! Kau harus dihukum! Dan sekarang saat kau masih punya kesempatan, sudah sepantasnya kau berlutut di depan semua orang yang sudah kau sakiti, Ibu!" teriak Nero lagi."Kau ini bicara apa, Nero? Berlutut? Dihukum? Ibu tidak bersalah jadi Ibu tidak akan melakukan apa pun! Just

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kau Sudah Membohongiku Seumur Hidupku

    "Boleh aku berteman dengannya?""Tentu saja boleh, Patra. Nero temanmu. Nerisa juga. Nerisa kan adik Nero. Aku juga temanmu. Bahkan kau boleh memanggilku Om Hadi saja.""Eh, tidak, Pak. Aku tidak berani.""Haha! Kau polos sekali! Sering-seringlah datang ke rumah kami dan bermain bersama Nero dan Nerisa ya! Eh, aku juga sudah bicara pada ayahmu untuk memindahkan sekolahmu dan adikmu ke sekolah yang sama dengan Nero dan Nerisa.""Eh, tapi, Pak ....""Jangan tapi tapi lagi, Patra! Pendidikan sangat penting untuk generasi muda! Seseorang boleh saja terlahir di keluarga yang kurang berada karena mereka memang tidak bisa memilih di keluarga mana mereka akan dilahirkan, tapi bagaimana kau menjalani hidupmu itu tergantung pada dirimu sendiri, Patra. Jangan pernah bosan belajar dan jangan pernah lelah bekerja! Hanya dengan tekad, kepintaran, dan kerja kerasmu, kau bisa menjadi sukses jauh melampaui kondisimu saat dilahirkan. Kau mengerti maksudku kan?"Patra kecil mengerjapkan matanya mendenga

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Sebuah Pengakuan

    Patra berlari kecil mengikuti Nero yang sudah melangkah seperti kesetanan di koridor hotel. "Nero, tunggu, Nero! Jangan seperti ini, Nero! Jangan seperti ini!" Patra pun akhirnya berhasil meraih Nero dan memeluknya erat-erat di depan lift. "Aku tahu kau terkejut, kau terluka, dan hancur, tapi tenangkan dirimu dulu, Nero! Tenangkan dirimu!" Patra terus menangis sambil mencoba menenangkan Nero. Dan pelukan Patra itu membuat Nero pun meredam amarahnya. Setelah mendengar ucapan Juan tadi, Nero benar-benar tidak bisa menahan dirinya dan langsung melompat bangkit dari ranjangnya. Nero mengganti bajunya dan meminta Patra menunggunya di kamar saja lalu Nero pun langsung melangkah cepat keluar dari kamar karena Nero bermaksud menemui ibunya untuk menanyakan kebenarannya. Namun, ekspresi wajah Nero yang begitu geram membuat Patra benar-benar ketakutan sampai Patra tidak bisa hanya diam saja dan menunggu Nero. "Tenanglah dulu, Nero! Kumohon! Saat kau sedang dibakar emosi seperti sekarang,

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Saat Idolanya Tidur dan Tidak Bangun Lagi

    Mendadak jantung Nero berdebar begitu kencang dan seketika tubuhnya pun menggigil karena kaget. Pembunuhan? Ibunya melakukan pembunuhan? Nero pun langsung terdiam dengan kedua mata yang sudah membelalak begitu lebar. Patra yang sejak tadi sudah tegang mendengar percakapan Nero pun akhirnya ikut duduk di ranjang dan mulai menyentuh lengan Nero, menyadarkan Nero dari kekagetannya. Nero pun menoleh ke arah Patra dengan mata yang tetap membelalak. Cukup lama Nero terdiam untuk menenangkan debaran jantungnya sebelum akhirnya ia bisa bicara lagi pada Juan. "Kau ... kau tidak bercanda kan, Juan? Bik Asih melaporkan ibuku karena kasus pembunuhan?" ulang Nero tidak percaya. Juan yang sudah menyalakan speakernya pun saling bertatapan dengan Axel sejenak. "Aku ... sudah memastikannya, Kak Nero!" jawab Axel mengambil alih. "Aku meminta sopirku memeriksanya, memang dia tidak bisa mengetahui detailnya karena interogasi di kantor polisi bersifat tertutup tapi ... dia bisa memastikan kalau Ta

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenyataan yang Mengejutkan

    Patra keluar dari kamar mandi setelah rambutnya kering dan gantian Nero yang mandi. Bertepatan dengan itu, baju yang dipesan Nero pun datang dan dengan cepat Patra memakai bajunya. "Ah, lega sekali rasanya memakai baju bersih lagi!" gumam Patra sambil langsung meraih ponselnya. Patra pun langsung melihat banyak pesan dari Patrick dan missed calls dari Axel. Patra langsung menelepon Axel balik."Axel, maaf, tadi aku sedang mandi saat kau menelepon. Kami baik-baik saja! Nero juga sudah diobati di rumah sakit tadi. Aku senang mengetahui kau baik-baik saja, Axel. Maafkan aku yang meninggalkanmu begitu saja tadi.""Tidak apa, Patra. Aku dan Kak Juan juga baik-baik saja. Kami hanya luka ringan dan polisi juga datang tadi, hanya saja Brata brengsek itu berhasil lolos!" seru Axel dengan geram. Tatapan Patra goyah. "Dia ... lolos?""Iya, tapi jangan takut! Kami tidak akan membiarkan Brata mencari kalian! Tolong beritahu kabar ini pada Kak Nero juga agar dia lebih berhati-hati!""Aku tahu,

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status