Share

3. Hari-Hari Saskia

Author: Tya Priya
last update Last Updated: 2023-09-10 01:44:18

Saskia tersedak lalu terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Kakek Orlando. Alvaro mengulurkan segelas air sambil mengusap punggung istrinya dengan lembut. Saskia meminum air itu hingga habis.

Kakek Orlando masih menatap keduanya, seolah menuntut jawaban.

"Kami akan berusaha, tapi Kakek jangan terlalu memaksa. Aku takut Sasi malah jadi stress," sahut Alvaro. Dia menggenggam tangan Saskia yang berada di atas meja. Saskia merasa hangat.

Kakek Orlando terkekeh.

"Seharusnya kalian pergi berbulan madu. Akan aku belikan tiket ke Swiss. Pergilah dan segera buatkan aku cucu!" ucapnya lantang.

"Aku tak ada waktu saat ini, Kek. Kerjasama dengan Endika memerlukan beberapa tahapan penting yang tidak bisa kuwakilkan. Lagipula, resepsi akan diadakan dua bulan lagi. Aku tak ingin Sasi dalam kondisi hamil muda dan kelelahan mengikuti rangkaian resepsi itu. Kudengar Ibu yang sedang hamil muda masih rentan kandungannya. Iya kan, Ma?" Alvaro bertanya sambil meremas tangan Saskia yang berada dalam genggamannya.

Saskia paham, Alvaro mencari alasan agar Kakek Orlando tidak menanyakan cucu untuk beberapa waktu ke depan.

"I ... iya," jawab Saskia terbata. Gadis itu merasa jantungnya berdebar lebih cepat karena Alvaro masih terus menggenggam tangannya.

Kakek Orlando menghembuskan napas. Dia terlihat kecewa, lalu melanjutkan makannya.

Hari terus berganti. Tak terasa sudah hampir sebulan Saskia menjadi istri Alvaro. Alvaro tak pernah menyentuh Saskia walaupun keduanya sekamar. Alvaro pendiam, namun cukup perhatian. Biasanya di malam hari Saskia berceloteh mengenai apa yang dilakukannya sedangkan Alvaro mendengarkan sambil sesekali menanggapi hingga tertidur. Mungkin dianggapnya Saskia seperti radio.

Saskia tak masalah. Gadis itu pernah membaca lelaki memang begitu. Mereka tidak dirancang untuk mendengarkan cerita panjang.

Hari-hari dilalui Saskia dengan berkunjung ke rumah Ibu atau mengobrol bersama Kakek Orlando. Dari pembicaraan itu Saskia dan Ibu sepakat untuk memulai bisnis setelah acara resepsi terlaksana.

Saskia juga masih melanjutkan pekerjaannya sebagai guru private bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja. Memang uang yang diterimanya tidak seberapa, akan tetapi Saskia menyukai pekerjaan itu.

Malam itu saat bersiap tidur, Alvaro bertanya,

"Besok malam akan ada pesta di rumah kolegaku. Apa kamu bisa mencari baju yang sesuai sendiri?"

Alvaro mengatur beberapa bantal di atas sofa dan menghempaskan diri di atasnya. Dia berbaring menelentang. Wajahnya nampak lelah. Terdengar beberapa kali dia menghela napas.

Saskia yang melihatnya menjadi bersimpati, lalu mendekat.

"Apa kau lelah? Apa mau aku pijat bahumu?" tanya Saskia.

Wajah Alvaro tampak terkejut. Kemudian Alvaro mengangguk dan duduk. Saskia duduk di belakangnya, mulai memijat bahu dan punggung Alvaro.

"Baju seperti apa yang diperlukan untuk pesta itu?" Saskia balas bertanya. Gadis itu tahu butik yang menjual gaun-gaun pesta berkelas. Andry pernah membelikannya gaun di sana untuk menghadiri pernikahan temannya.

"Besok pergi denganku saja saat makan siang. Kita beli beberapa baju sekaligus." Alvaro berkata sambil menguap.

Saskia memijat beberapa menit, lalu Alvaro berkata cukup. Tak lama kemudian dia tertidur. Dengkuran halus terdengar darinya.

Saskia kembali ke atas ranjang lalu membuka galeri ponselnya. Sang gadis mencari seraut wajah tampan yang menghilang darinya bagai ditelan bumi di saat dia sedang sayang-sayangnya.

Andry, kekasih Saskia, adalah rekan kerja Hendra. Bedanya Hendra di bagian keuangan sedangkan Andry yang lulusan Pertambangan di bagian operasional. Saskia selalu merengek agar dia berhenti dari pekerjaannya yang penuh risiko itu.

Andry telah berjanji akan melakukan pekerjaan terakhir lalu berhenti dan memulai bisnis sendiri. Mereka akan menikah setelah Saskia lulus SMA.

Namun sayang takdir berkata lain. Saat rig lepas pantai tempatnya bekerja mengalami kebakaran, banyak pekerja yang menceburkan diri ke laut termasuk Andry. Setelah upaya pencarian selama beberapa minggu, mereka dinyatakan hilang.

Saskia tak ingin percaya kalau Andry sudah meninggal. Dia lelaki yang kuat.

'Andry akan kembali padaku karena cinta kami sangat besar.' Itulah keyakinan Saskia selama bertahun-tahun kemudian.

Namun seiring berjalannya waktu, keyakinan Saskia semakin pupus. Hatinya mulai percaya kalau Andry memang sudah tiada. Andry telah mengingkari janjinya untuk selalu bersama Saskia sampai mereka menjadi kakek nenek.

Saskia tidur dengan mata yang basah. Rasa sakit itu masih sama, menalu-nalu dadanya hingga berlubang.

Alvaro menjemput Saskia jam satu siang. Keduanya pergi ke mall dan makan di restoran steak. Supir dan satu orang pegawai mengikuti mereka.

Di sepanjang jalan, Saskia menyadari mata para wanita tak lepas dari Alvaro. Saskia maklum. Alvaro good looking dan good rekening. Semua wanita yang realistis akan tertarik padanya.

Saskia melirik Alvaro untuk melihat apa dia juga memandangi para wanita itu. Namun Alvaro tidak melakukannya. Lelaki itu berjalan sambil menatap ke deretan toko yang ada di mall, kemudian masuk ke salah satu butik terkenal.

Dia memilihkan beberapa gaun indah untuk Saskia. Tugas Saskia hanya mencobanya, jika Alvaro merasa cocok maka baju-baju itu akan dibelinya tanpa melihat harganya.

Gaya belanja horang kaya memang beda. Saskia sendiri kalau belanja akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk memilih baju dan berakhir dengan satu potong yang dibeli. Biasanya baju yang diskon yang dibawa pulang oleh Saskia.

Alvaro juga memborong beberapa sepatu, tas dan perhiasan. Entah berapa uang yang dikeluarkannya untuk semua itu.

Keduanya pulang dengan setumpuk belanjaan yang dibawakan oleh kedua pegawainya.

"Mm ... apa boleh uang mahar yang kau berikan kugunakan untuk memulai usaha?" tanya Saskia saat sudah berada di mobil. Alvaro sedang menunduk menatap ponselnya.

Alvaro nampak terkejut, perhatiannya teralih kepada istri cantiknya.

"Kamu ingin berbisnis? Kamu tidak ingin membeli sesuatu yang mewah atau jalan-jalan keluar negeri?" tanyanya heran. Mungkin dikiranya itulah yang dilakukan wanita jika mendadak mendapat uang yang banyak.

"Iya, aku ingin menjadi pengusaha agar bisa mandiri. Jika kontrak kita berakhir nanti, aku bisa menghidupi diriku sendiri dan ibuku," jawab Saskia jujur.

"Hmm ... pemikiranmu bagus. Kamu berpandangan ke depan. Bisnis apa yang akan kamu lakukan?" Alvaro menatap Saskia dengan penuh minat.

"Aku ingin bisnis es krim, karena aku suka sekali es krim," sahut Saskia sambil menjilat bibirnya. Otomatis Saskia terbayang pada es krim kesukaannya.

"Kelihatannya kamu sedang ingin es krim. Yang logonya pinguin, ya? Kenapa tidak bilang?" Alvaro tertawa, lalu menyuruh supir untuk mampir ke ruko es krim itu.

Saskia tersipu karena ketahuan ngiler, wajahnya memerah. Sungguh memalukan. Lagipula, dari mana Alvaro tahu kalau Saskia penggemar es krim berlogo pinguin itu?

Mereka membeli dan memakan es krim itu di mobil. Alvaro sempat-sempatnya membersihkan es krim yang berceceran di sekitar bibir Saskia dengan jarinya yang besar dan hangat.

Saskia sedikit baper, namun segera mengingatkan hatinya untuk tidak terjatuh dalam pesona Alvaro. Saskia sadar, mereka akan bersama hanya setahun. Jangan sampai perpisahan mereka nanti menorehkan luka lagi pada hatinya, seperti saat Andry meninggalkannya. Jangan sampai Saskia merasa masuk ke kubangan lumpur lagi dan kesulitan bernapas untuk kedua kali.

Di malam pesta itu Saskia memilih gaun model putri duyung dengan kerah V tanpa lengan berwarna gold yang membentuk tubuhnya dengan sempurna. Dipolesnya make up sedikit bold sesuai dengan pesta yang akan dihadiri. Rambut panjangnya ditata dengan model crown braid.

Saskia mempelajari berbagai gaya rambut dari ibunya yang senang sekali mengepang rambut Saskia sejak kecil. Ibu tak pernah mengijinkan Saskia memotong rambut di atas punggung.

Saskia menuruni tangga menuju Alvaro yang menunggu di sofa ruang keluarga. Alvaro menatap sesaat lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

'Apa penampilanku tak memuaskannya?' pikir Saskia kecewa. 'Lain kali aku akan pergi ke salon saja. Seharusnya aku bisa memposisikan diri sebagai istri seorang pengusaha, walaupun aku cuma istri kontrak.'

Saskia merutuki dirinya sendiri. Wajahnya menjadi murung.

"Nanti jangan jauh-jauh dariku," pesan Alvaro. Kemudian dilihatnya perubahan ekspresi Saskia. 'Kenapa wajahmu?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   111. Bukan Akhir

    Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   110. Pengakuan

    Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   109. Bramantyo?

    Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   108. Pondok

    Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   107. Mengingat

    "Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   106. Ayah

    Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status