Share

8. Rahasia Ranjang

Penulis: Tya Priya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-02 08:06:03

Alvaro tiba di rumahnya beberapa menit sebelum waktu makan malam. Mereka makan di jam yang sama setiap harinya. Itu merupakan kebiasaan yang telah dipupuk oleh Orlando sejak kecil. Kedisiplinan dan kerja keras yang mengantar Orlando pada kesuksesan, berdampak pula pada hal yang terlihat remeh seperti jam makan.

Alvaro melihat Saskia sedang berbincang dengan Orlando di sofa sambil menonton film di televisi super besar yang ada di ruangan itu. Keduanya menoleh saat Alvaro tiba. Saskia mendekat dan mencium punggung tangan suaminya tanpa berbicara.

"Kamu dari mana?" tanya Orlando.

Alvaro menghembuskan napas lalu duduk di hadapan sang kakek.

Saskia yang merasa tidak enak hati, berdiri untuk menghindar.

"Cucu mantu! Tetaplah di kursimu. Kamu sekarang istrinya Alvaro, tak ada lagi rahasia di antara kalian," titah Orlando tegas.

Saskia mengurungkan langkah, kembali duduk di sebelah Orlando. Di seberang meja, Alvaro meliriknya dengan wajah tenang dan dingin seperti biasanya.

"Aku dari panti asuhan. Kakek masih ingat kan tentang panti asuhan itu?" Alvaro bertanya.

"Aku ingat. Lalu?"

"Aku membawakan mereka makanan seperti biasanya. Ada satu anak dari panti yang membutuhkan pekerjaan, jadi aku akan memberinya pekerjaan di kantor kita. Dia juga kuajak tinggal di rumah ini." Alvaro bercerita apa adanya.

Alvaro tak pernah berbohong pada kakeknya selama ini. Satu-satunya kebohongan yang dibuat Alvaro adalah mengenai pernikahan kontraknya dengan Saskia.

Setelah makan malam, Alvaro pergi ke ruang kerjanya. Sudah beberapa jam dia berkutat di depan laptop ketika pintu ruang kerjanya diketuk.

Saskia masuk dengan membawa segelas susu hangat. Wajah cantik dan mata jernihnya memandang ragu-ragu kepada Alvaro.

"Masuk, Sasi," kata Alvaro datar.

Saskia mendegut ludah. Alvaro menyebut namanya, bukan 'mama' seperti sebelumnya.

Saskia masuk dan meletakkan susu itu di meja kerja Alvaro.

"Apa aku mengganggu? Aku ingin bicara," ucap Saskia. Dia berdiri gamang di seberang meja.

"Tidak. Duduklah," sahut Alvaro, masih datar.

Saskia duduk di hadapannya, jari-jarinya saling meremas di pangkuannya.

"Mengenai apa yang terjadi kemarin malam, aku minta ma..."

"Tidak perlu dibicarakan. Aku mengerti apa yang terjadi," potong Alvaro segera. Membicarakan hal itu membuat Alvaro merasa dibohongi. Alvaro paling benci dibohongi. Pengkhianatan kekasihnya di Paris membuatnya trauma dengan kebohongan.

"Aku minta maaf karena membuatmu kecewa," kata Saskia lirih. Saskia menunduk, bulir bening mulai muncul di kedua sudut matanya.

"Sudahlah. Percuma menangis, air mata tak akan merubah apapun. Sekarang tidurlah dulu. Nanti aku akan menyusul."

Alvaro menatap punggung Saskia sampai menghilang di balik pintu. Dia teringat saat pertama kali melihat Saskia, yaitu di pesta pernikahan salah satu manajernya.

Saskia datang bersama Hendra. Kecantikan Saskia yang bersinar membuat semua lelaki yang melihatnya menjadi juling, termasuk Alvaro yang sudah biasa melihat gadis cantik. Namun saat itu Alvaro hanya menganggapnya tidak lebih dari seorang gadis cantik. Tidak ada hal istimewa yang membuat Alvaro ingin mengenalnya lebih dekat.

Beberapa minggu setelah pertemuan itu, Alvaro kembali melihat Saskia saat dia sedang berolahraga sore di taman kota. Ada seorang nenek berpenampilan lusuh yang terjatuh akibat bersenggolan dengan seorang lelaki. Lelaki itu sedang jogging bersama pasangannya. Pasangan itu berhenti sejenak, menoleh sesaat lalu kembali berlari tanpa menolong nenek yang terduduk di atas paving block taman.

Alvaro melihat Saskia yang berada tidak jauh dari sang nenek menghampiri nenek itu dan membantunya duduk di bangku taman. Dia ikut duduk lalu mengulurkan sebotol air mineral dan sepotong roti. Alvaro melihat mereka berbincang dan tertawa, kemudian Saskia beranjak hendak pergi. Namun sebelum pergi, wanita itu menyelipkan beberapa lembar kertas berwarna biru ke tangan si nenek yang menyambutnya dengan mata berkaca-kaca dan wajah penuh syukur.

Saskia berhati baik. Itulah salah satu alasan Alvaro meminta pertukaran yang terdengar aneh saat Hendra ketahuan korupsi di perusahaannya. Alvaro yakin gadis seperti Saskia bukanlah gold digger yang akan menguras hartanya selama pernikahan kontrak mereka.

Keyakinan Alvaro terbukti sejak awal. Saskia tak meminta apapun untuk maharnya, bahkan kartu debit yang diberinya tidak banyak berkurang sampai saat ini. Saskia hanya membeli barang yang memang dibutuhkan, bukan sekedar diinginkan.

Saskia masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan diri. Setelah bergerak-gerak gelisah akhirnya Saskia bisa tertidur.

Saskia mendengar pintu terbuka. Sesosok bayangan masuk ke dalam kamar dan menyelinap ke belakangnya.

"Apa kamu sudah minum pilmu?" tanya Alvaro di telinganya.

"Sudah," jawab Saskia.

"Sekarang buka bajumu. Aku ingin mencoba sesuatu."

Deg!

'Mencoba sesuatu? Apa maksudnya?' batin Saskia, mulai merasa takut. Nada suara Alvaro datar, berbeda dengan malam pertama mereka.

Saskia melepas pakaiannya satu per satu sedangkan Alvaro menatapnya lekat. Saskia merasa sangat malu diperlakukan seperti itu. Wajahnya sudah merah padam, kontras dengan warna kulitnya yang seputih susu.

Setelah Saskia tak berpakaian, Alvaro mengeluarkan tali dari dalam saku celananya.

"Apa yang Papa lakukan?" tanya Saskia ketakutan.

Alvaro tidak menjawab, melainkan mengikat kedua tangan Saskia menjadi satu lalu mengaitkannya di kepala ranjang.

Keesokan harinya Saskia terbangun dengan seluruh tubuh terasa sakit. Rasa ngilu merata dari leher sampai paha. Tangannya sudah tidak terikat. Dia berada di balik selimut.

Saskia menyingkap selimut dan melihat ke bawah. Seluruh tubuhnya penuh bekas gigitan, meninggalkan biru lebam kemerahan dan rasa sakit yang tak terkatakan.

Saskia menghela napas. Inikah yang harus diterimanya karena dia tak bisa mempersembahkan kesucian pada pria yang menjadi suaminya?

Saskia melihat Alvaro masih terlelap. Wajah tampannya nampak puas dan damai. Satu tangannya ada di atas perut Saskia.

Saskia menyingkirkan tangan kekar itu lalu berusaha turun dari ranjang. Dengan langkah tertatih Saskia berjalan ke kamar mandi.

Hampir setiap malam Alvaro bereksperimen dengan berbagai gaya yang dilihatnya di film. Entah dari mana dia mendapatkan fim-film itu.

Saskia hanya tahu dirinya akan terbangun dengan tubuh luluh lantak setelah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri. Saat Alvaro berangkat kerja, Saskia akan mengobati luka-lukanya sambil menangis.

Hari resepsi sebentat lagi. Alvaro tidak menyentuh Saskia selama dua malam karena tak ingin Saskia kelelahan dan tampak kesakitan saat berdiri berjam-jam menyambut tamu-tamu penting yang hadir.

"Kita akan beristirahat dua malam. Bersantailah agar penampilanmu maksimal. Beberapa hari ini kamu terlihat pucat," kata Alvaro pagi itu sebelum pergi bekerja.

Saskia mengangguk lalu mencium punggung tangan Alvaro. Alvaro balas mengecup dahi Saskia dengan lembut dan membelai rambut panjang sang istri.

Pesta resepsi yang diadakan Alvaro luar biasa mewah. Para tamu undangan terdiri dari pejabat, pengusaha, dan orang-orang penting lainnya yang hanya Saskia lihat di televisi.

Jordan dan Felice juga hadir.

"Saskia, kenapa kamu terlihat lebih kurus dari kemarin?" tanya Jordan. Matanya memindai Saakia yang mengenakan gaun pengantin putih dengan kerudung dan mahkota yang terbuat dari emas putih. Mahkota itu berkilauan memantulkan cahaya lampu.

Alvaro menoleh kepada Saskia, menunggu jawaban. Saskia merasa gugup.

"Tidak ... aku hanya sedang diet," sahut Saskia terbata.

Sebenarnya batin Saskia tersakiti karena harus melayani suaminya dengan cara yang tidak wajar. Saskia bertanya-tanya dalam hati, apakah kelakuan suaminya itu normal atau tidak. Namun Saskia tidak akan menceritakan aib keluarganya kepada orang lain. Ibunya selalu berpesan untuk menjaga kehormatan suami dengan menutup mulut.

Siksa batin Saskia itu berdampak pada selera makannya. Saskia menjadi tidak bernafsu makan.

"Apa kamu sedang hamil? Selamat kalau begitu," kata Felice, tampak gembira karena kalau Saskia hamil anak Alvaro, maka Saskia tak akan menarik perhatian Jordan lagi.

"Tidak, aku hanya sedang diet. Sungguh," ucap Saskia serius.

Acara berjalan lancar dan sukses. Semua tamu berpesta dengan gembira. Makanan berlimpah ruah dan semuanya enak.

Selesai pesta, Saskia langsung masuk ke kamarnya untuk beristirahat sedangkan Alvaro masih mengobrol bersama Kakek Orlando dan Hendra di lantai bawah.

Saskia melepas gaun pengantinnya lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin besar setinggi tubuh manusia di hadapannya.

Warna biru keunguan bercampur kuning menyebar di tubuhnya seperti penyakit kulit. Paling banyak di bagian dada.

Saskia mendesah, lalu mengenakan daster longgar. Setelah membersihkan badan dia naik ke atas ranjangnya. Malam ini pasti Alvaro akan menerkamnya setelah libur dua hari. Entah eksperimen apa lagi yang akan dilakukan pria itu kepadanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   111. Bukan Akhir

    Alvaro berdehem sambil menarik kursi di seberang Andry, lalu duduk."Apa yang kamu lakukan?" tanya Alvaro."Aku menu*uk perut ba*ingan yang mencelakai Saskia. Aku akan bertanggungjawab.""Apa kamu sudah mempertimbangkannya dengan baik? Aku akan mengirim pengacara terhebat di negara ini untuk membebaskanmu.""Aku tak memerlukannya. Pengacaraku akan membereskan semuanya. Kamu tak perlu ikut campur," tolak Andry tanpa ekspresi."Kamu keras kepala," kata Alvaro."Pergi. Jaga Saskia dan keponakanku baik-baik." Kali ini Andry berkata sambil memandang lurus pada manik biru Alvaro.Di bawah lampu ruangan yang tidak terlalu Terang, Alvaro melihat kalau mata Andry memerah dan kedua sudutnya basah. Andry membuang muka, menghindari tatapan Alvaro.Terdengar ketukan di pintu, menadakan waktunya telah habis. Alvaro berdiri, memindai sekali lagi adiknya yang akan mendekam lama di penjara. Andry masih membuang muka ke arah lain."Jaga dirimu baik-baik. Kami akan mengunjungimu," ucap Alvaro.Andry Tak

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   110. Pengakuan

    Alvaro berpikir keras setelah menerima laporan dari Sega. Pria yang mengaku bernama Bramantyo luka parah, apakah karena tertembak olehnya atau anak buahnya? Namun Alvaro tak melihat ceceran darah saat mengejar dua sosok yang melarikan diri ke belakang pondok. Jika Bramantyo tertembak, maka pasti ada jejak darahnya. Hmm ... aneh."Pil, apa kamu melihat orang lain selain kita di sekitar pondok? Drone Sega fokus pada kedatangan polisi dan mencari jalan keluar bagi kita. Dia tidak melihat ada yang lain." Alvaro menegur Pil yang sedang mengemudi."Hanya Tuan dan kedua orang itu yang saya lihat keluar dari pintu belakang. Saya dan anak buah lainnya keluar dari pintu depan. Saya tidak melihat orang lain, Tuan," sahut Pil yakin.Alvaro dan para pengawalnya sampai di rumah menjelang Subuh. Anak buah Pil sudah dilatih untuk tidak membuka mulut jika tertangkap. Mereka akan bilang kalau mereka diajak oleh Ketua geng yang berhasil melarikan diri. Mereka juga tidak membawa identitas diri. Kecuali a

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   109. Bramantyo?

    Sega menerbangkan dronenya di ketinggian, di atas mobil yang hampir sampai di pondok.Seorang pria keluar dari dalam mobil. Sega memperbesar dan mengambil foto wajah pria itu. Seperti yang telah diduga Alvaro, wajah pria bernama Bramantyo lah yang muncul. Jadi benar, Bernard dan Bramantyo adalah orang yang sama. Sega segera mengirimkan hasil fotonya kepada Alvaro.Dua orang lelaki menyambut Bernard. Sega mengenalinya salah satunya. Dia Monte, karyawan yang pergi saat terjadi kebakaran di rumah Alvaro yang lama. Rupanya Monte lah pengkhianat yang membiarkan Bernard masuk ke dalam rumah!Sega kembali mengambil foto dan mengirimkannya pada Alvaro. Sega melihat lelaki yang bersama Bernard dan Monte menatap ke arah dronenya yang terbang di kegelapan malam. Sega segera meninggikan dronenya dan menyembunyikannnya di balik pepohonan sambil berharap agar lelaki yang tampak waspada itu tidak curiga. Jika musuh tahu kedatangan mereka, akan semakin sulit bagi Alvaro untuk meraih kemenangan karena

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   108. Pondok

    Atas permintaan Saskia, Alvaro mengantar Saskia melihat bayi-bayi mereka yang masih berada di inkubator. Alvaro mendorong kursi roda Saskia sampai di depan jendela besar ruang PICU, lalu berdiri di samping sang istri sambil berulang kali meliriknya. Alvaro sangat penasaran dengan reaksi Saskia.Saskia menatap kedua bayinya dengan mimik yang berubah-ubah. Kadang dia mengerutkan kening, kadang wajahnya kosong, kadang pula menggelengkan kepala, di waktu lain dia menggigit bibirnya sendiri.Melihat itu, diam-diam Alvaro menghembuskan napas panjang. Sepertinya Saskia belum mengingat Mimi dan Mimo."Ma, kita kembali ke kamar, yuk. Sebentar lagi jadwal visit dokter." Alvaro mengingatkan."Pa ... aku ... aku ... tak bisa mengingat anak-anak. Kurasa aku gila." Saskia mendongak kepada Alvaro. Air mata menganak sungai di pipinya yang pucat.Alvaro berjongkok di hadapan Saskia, lalu menggenggam kedua tangan istrinya."Mama hanya perlu istirahat. Jangan memaksakan diri, oke?" kata Alvaro lembut. S

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   107. Mengingat

    "Sasi ... Sayang, kembalilah. Aku ingin membesarkan anak-anak kita bersama," ucap Alvaro sambil membelai rambut tebal Saskia. Suaranya serak dan air matanya tak bisa ditahannya lagi. Alvaro membiarkan air mata itu mengalir. Dia sudah tak peduli lagi pada rasa malu karena menangis. Dia tak pernah membiarkan orang lain melihatnya menangis, tetapi saat ini dia tak peduli. Bahkan kehadiran keluarga Saskia di belakangnya pun tak membuatnya berhenti menangisi sang istri.Ibunya Saskia dan Hendra berdiri diam, keduanya juga sibuk dengan air mata masing-masing. Sega dan Miranda sudah pulang karena Sega harus melakukan banyak pekerjaan.Alvaro mengangkat jemari Saskia yang ada dalam genggamannya lalu mengecupnya lama. Mata Alvaro terpejam rapat dan bulir bening terus mengalir di wajah tampannya."Jangan pergi, Sasi. Masih banyak yang ingin aku lakukan bersamamu. Hanya bersamamu aku bisa melakukan banyak hal yang tadinya tidak terpikir olehku. Kamulah Bintang paling terang yang pernah hadir di

  • Terjerat Gairah Suami Kontrak   106. Ayah

    Langkah tiga orang pria berderap ramai, menuju ke sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat. Dua dari mereka berhenti di depan pintu yang menghalangi, sedangkan satu orang yang paling tampan bergegas masuk ke ruang rawat inap."Sasi!" Teriakan pria itu membangunkan Alvaro yang tertidur kelelahan sambil menggenggam tangan istrinya. Belum sempat Alvaro bangkit, Andry sudah berdiri di sebelahnya. Kedua tangan Andry bertumpu pada sisi ranjang Saskia. Dia memperhatikan Saskia dengan seksama, lalu menoleh pada Alvaro. Wajahnya berang."Apa ini? Kenapa kamu tidak bisa melindunginya?!" maki Andry pada sang kakak yang sudah berdiri dari kursinya.Biasanya Alvaro tidak akan menanggapi nada tinggi seperti itu, namun kali ini kelelahan hatinya sudah sampai pada puncaknya."Kamu yang menyebabkan semua ini terjadi! Berkacalah sebelum menyalahkan orang lain!" bentak Alvaro dingin."Aku?! Aku ada di luar negeri, ribuan kilometer jauhnya! Bagaimana bisa semua ini kesalahanku?" sangkal Andry."Jangan b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status