Share

5. Frustasi

"Setelah ini pulanglah! Sopir akan mengantarmu pulang dan jangan lupa nanti malam temui aku di ruanganku!"

Samuel berdiri, dia meninggalkan meja makan serta asistennya mengikutinya.

Alessia mengepalkan tangan, ingin sekali melempar gelas di depannya pada Samuel.

Alessia pun langsung berlari kabur, Samuel yang melihatnya hanya diam.

Alessia terus berlari membelah hutan tanpa henti. Entah apa yang dipikirkan tapi tujuannya hanya ingin pergi dari Samuel. Alessia tiba-tiba saja mendengar sebuah bunyi pistol.

 

DOR!

 

Alessia kaget dan seketika terhenti sampai suatu ketika asisten Samuel menodongkan pistol ke arahnya.

"Ketika Pak Samuel memerintahkanmu untuk pulang maka kamu tidak boleh membantahnya."

Samuel hanya melihat dari kejauhan saja dengan tatapan datar. Sisi manis Samuel sudah hilang karena Alessia terus saja memberontak.

Sebenarnya siapa Samuel dan orang-orang tersebut? Kenapa mereka punya senjata api? Alessia semakin tertekan, dia mendekat ke arah pistol itu berdiri tepat di depannya seolah Alessia sudah pasrah untuk mati saat itu juga.

Samuel mendekat lalu menarik tangan Alessia untuk masuk ke dalam mobil.

Mereka kini satu mobil dengan sang sopir yang menyetir mobil tersebut.

"Kamu sudah aku beri kesempatan tapi selalu menolaknya. Di saat wanita lain ingin sebuah kenyamanan dariku tapi kamu malah menolaknya," ucap Samuel.

Alessia menulis sesuatu pada ponsel barunya : Harga diri, saya punya harga diri! Saya tidak mau menjadi wanita simpanan apalagi pada orang yang sudah beristri apapun kondisi istrinya.

"Baiklah, ayo kita menikah!" ucap Samuel.

Mata Alessia membulat tatkala mendengar Samuel yang mengajaknya menikah. Wajah Samuel masih datar seolah menunggu jawaban dari Alessia.

Alessia menuliskan sesuatu pada ponselnya.

Alessia: Pak Samuel memang keterlaluan!

"Kenapa? Aku tidak pernah mengajak wanita lain menikah selain Kanaya dan kamu"

Alessia: Saya tetap tidak mau.

Alessia memalingkan wajahnya menatap hutan yang dilewati mobil tersebut. Walau bagaimanapun dia harus pergi dari kota ini cepat ataupun lambat.

Sesampainya di rumah Samuel.

Alessia lekas turun dari mobil sedangkan Samuel harus segera ke perusahaan makanannya.

Asistennya yang bernama Richard menyetir mobil dengan hati-hati mengantar sang tuan yang sejak tadi diam.

Richard heran kenapa harus wanita bisu itu yang dijadikan wanita kedua Samuel mengingat di luaran sana banyak wanita cantik dan normal yang mau dengan Samuel.

"Richard, ku peringatkan kamu supaya tidak menodongkan senjata lagi kepada wanitaku," ucap Samuel pada akhirnya bicara.

"Pak Samuel, apa anda tidak salah menjadikan wanita cacat itu sebagai wanita kedua?" tanya Richard sambil menyetir mobil.

"Tutup mulutmu! Kamu tidak berhak melarangku."

Richard terdiam, dia kini fokus membelah jalanan menggunakan mobil mewah hitam keluaran terbaru.

***

Alessia mencuci piring sisa makanan dari Kanaya. Wajahnya murung dan pucat bahkan mengantuk. Semalaman dia was-was takutnya jika kucing besar itu menyerangnya secara tiba-tiba.

"Ale, kamu dari mansionnya Pak Samuel? Membersihkan mansion itu?" tanya Bibi Lashira.

Alessia mengernyitkan dahinya, pantas saja sang bibi tidak mencarinya karena Samuel memberi alasan jika Alessia membersihkan mansion menyeramkan tersebut.

Alessia mengangguk, dia masih belum berani menceritakan kejadian yang menimpanya. Alessia hanya tidak ingin bibinya khawatir.

"Bahkan para pembantu di sini belum pernah tahu mansion rahasia Pak Samuel bentuknya seperti apa. Aneh sekali jika kamu tiba-tiba disuruh membersihkannya," ucap Bibi Lashira.

Alessia menulis pada buku yang menggantung di lehernya : Tidak ada yang aneh, aku juga pembantu di sini. Bibi jangan khawatir! Kemarin aku membersihkan rumah itu sampai malam saja.

"Sungguh?"

Alessia mengangguk.

"Yaudah, Dokter Viktor sudah datang untuk melakukan terapi bersamamu. Untuk Nyonya Kanaya biar Bibi aja yang mengurus. Bibi juga sangat rindu dengan suaramu yang merdu."

Alessia diajak ke salah satu ruangan yang di sana sudah ada dokter tampan dan muda bernama Viktor.

Alessia di suruh duduk di depannya, pria itu mengulurkan tangan seolah mengajaknya untuk berjabat tangan.

"Hallo Alessia, nama saya Dokter Viktor. Saya yang akan menjadi penerapimu sampai bisa bicara kembali."

Alessia mengulurkan tangannya dan menjabat tangan pria tersebut. Dokter Viktor tersenyum manis kepadanya dan kemudian mulai melakukan sesi tanya jawab sebagai permulaan tapi sebelumnya Dokter Viktor ingin melihat kondisi lidah dari Alessia.

Alessia menjulurkan lidahnya lalu Dokter Viktor menganggukkan kepala.

"Baiklah, rileks! Jangan takut! Pertemuan kali ini hanya tanya jawab biasa. Saya akan memberikan lembar pertanyaan dan kamu bisa menulisnya. Saya harap kamu menjawabnya dengan penuh kejujuran."

Alessia mulai membaca satu persatu dan setiap pertanyaan itu sungguh memberatkan dirinya. Pasalnya semua pertanyaan itu adalah rahasianya.

"Ada apa?" tanya Viktor.

Alessia menulis di buku catatannya: Maaf, tapi ini pertanyaan pribadi.

"Maaf juga, ini harus tetap diisi supaya saya bisa tahu penyebab kamu sampai tidak bisa berbicara," jawab Dokter Viktor.

Dokter Viktor bukan orang yang bodoh, dia lalu menyuruh Alessia untuk membuat rangkuman hidupnya  dalam bentuk tulisan. Dokter Viktor berjanji tidak akan membocorkan informasi ini pada orang lain.

Alessia mengangguk paham, dia mulai menulis kata demi kata sesuai apa yang dia ingat. Dokter Viktor melihat tulisannya yang rapi dan sudah bisa menebak karakter dari Alessia.

20 menit kemudian, Alessia sudah menulis rangkuman hidupnya.

Dokter Viktor membacanya secara perlahan dan setelah selesai membaca lalu menatap wajah Alessia yang menunduk.

"Hanya ini saja? Tidak ada kekerasan seksual?" tanya Dokter Viktor.

Alessia terkejut, kekerasan seksual malah didapat dari majikannya sendiri tapi Alessia enggan untuk bercerita karena takut dan juga bukan penyebab dirinya tidak bisa bicara.

Viktor adalah psikolog yang handal, dia bisa membaca mimik muka orang yang sedang menutupi sesuatu.

Dokter Viktor membaca lagi dengan perlahan dan ternyata Alessia mengalami kekerasan dari orang-orang sekitarnya terutama kakeknya.

Bapak dari Bibi Lashira tidak menyukai kehadiran Alessia bahkan beliau juga pernah menyiksa Alessia memakan gabah mentah dengan paksa sampai tenggorokan Alessia terluka.

Sang kakek menganut aliran sesat karena masih tinggal di desa pelosok, beliau percaya Alessia adalah anak yang membawa sial. Saat ini beliau sudah meninggal tapi Alessia tak bisa bersenang hati karena masih ada saudara-saudara  lain yang membencinya.

"Alessia, saya mau bertanya. Apakah kamu ingin bisa bicara lagi? Terapi ini bisa berjalan lancar dan berhasil bila kamu mau mengikutinya dengan baik."

Alessia mengangguk sangat antusias.

***

Malam hari.

Alessia membawakan minuman untuk Kanaya dan saat dia mendekatinya justru Kanaya mengamuk, rambut Alessia dijambak dan dihantamkan ke tembok.

Duaaak...

Bibi Lashira yang melihatnya melerai mereka, Kanaya akhir-akhir ini kambuh karena perasaannya tidak baik-baik saja.

Alessia mendekatinya lagi dan memeluknya dengan erat, Kanaya menangis sedih tatkala kondisinya semakin terpuruk.

"Arrhh... aku ingin mati saja. Aku tidak kuat, seluruh tubuhku sakit dan ngilu," teriak Kanaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status