Share

Terjerat Gairah Tuan Hakim
Terjerat Gairah Tuan Hakim
Penulis: Susi_miu

Tuan Hak!m

“Berhenti!”

Harger baru saja bersiap pergi usai menyelesaikan satu pekerjaan pasti.

Ketika memalingkan separuh wajah. Tiba – tiba dorongan dari sikap defensif membuatnya harus terdesak di tengah kerumunan gedung maskapai, menghadapi sekelompok orang dengan setelan jaket kulit mengincar langkahnya yang menggebu setelah kesengajaan dari aksi menubrukkan diri kepada seorang pria beruban.

Dia tak pernah mengira jika pria sudah berumur masih memiliki kepekaan yang utuh, sehingga semudah itu menyadari sesuatu telah hilang dari saku jas saat Harger mencurinya dengan cepat. Sebuah benda kecil, berbentuk seperti sebuah disk yang kini berada di tangan Harger.

“Berhenti, Nona!”

“Dalam hitungan kesepuluh kau akan dikepung.”

Harger mencoba mengabaikan satu perintah ganjil, terasa seperti sauh yang mencegahnya melangkah pergi. Derap – derap kaki saling mengetuk tak pernah terjeda. Dia menjadi cemas. Memutuskan untuk mencari cara apa pun sampai melihat seorang pria matang—berdiri seorang diri sebagai umpan yang tepat.

“Oh ... maaf.”

Tubuh tersebut sangat padat, imbasnya Harger terdorong beberapa kali sebelum berhenti. Dia sempat melakukan kontak mata bersama pria pemilik sorot kelam, yang diam tidak mengatakan apa pun, bahkan setelah pria itu tertabrak.

“Apa yang kalian mau dariku?”

Harger berbalik badan ketika lengannya disentuh oleh jemari kasar pengawal yang dia ketahui sudah berjarak sangat dekat.

“Kembalikan barang yang kau ambil.”

“Barang yang kuambil?” tanyanya, bersikap seolah dia adalah gadis muda yang hijau terhadap tudingan berdasar itu.

“Geledah!”

Secara naluri Harger mengangkat kedua tangan saat tubuhnya dieksplorasi oleh dua orang bergiliran. Napasnya berembus lega saat tidak ada apa pun yang ditemukan dan mereka mulai berbincang.

“Aku bisa membuat laporan atas tuduhan palsu yang kalian lakukan.”

Harger menantang dengan berani. Mereka mungkin akan meminta maaf sehingga dia menuntut kesendirian yang nyaman lebih dulu. Menyaksikan bahu – bahu besar itu menjauh dengan debaran bertalu – talu hebat di dadanya.

Syukurlah, ada sebuah keuntungan saat dia segera memindahkan hasil curian itu ke saku jas miliki pria ....

“Di mana dia?” Harger bergumam di tengah kehampaan harapan. Benda hasil curian sangat penting untuk segera diserahkan kepada ‘broker’, orang yang bertugas menjadi perantara antara klien dan pemberi jasa.

Dengan kehilangan pria yang mengantongi disk tersebut. Harger akan kehilangan uang dan kepercayaan. Dia harus segera menemukan pria asing itu.

“Kau mencari ini?”

Harger berusaha mengingat sosok tinggi dengan rambut hitam yang gelap, tetapi secara mengejutkan dia didatangi oleh pria yang sekarang memamerkan sesuatu di hadapannya.

Dia menelan ludah kasar. “Kembalikan.” Segera bergerak cepat ingin merenggut benda yang gagal digapai.

“Untuk alasan apa aku harus mengambalikan ini padamu?”

“Karena benda itu milikku.”

“Milikmu?” Tatapan itu datar saat sedang bertanya. “Tapi menurut analisisku, ini milik seseorang yang akan melakukan penerbangan hari ini. Kau mencurinya dan berniat untuk membuatku ikut terjebak.“

Nada arogansi begitu kentara dari aksen pria tersebut. Secara tidak langsung mengundang Harger untuk berpikir lebih dalam.

“Kembalikan saja. Aku akan membayarmu sangat besar.”

“Aku tidak menerima suapan.”

Harger jelas melakukan kesalahan ketika dia tahu ... bahkan bisa menilai dengan baik seperti apa pria yang sedang dia hadapi. Meskipun, menurutnya menawarkan uang tetap menjadi jalan pintas.

“Katakan saja berapa uang yang kau mau!”

“Kau mencuri untuk uang, bukan? Lalu bagaimana mungkin aku percaya jumlah uang yang akan kau bayar.”

“Itu bisa dibicarakan nanti. Sekarang serahkan benda itu padaku.”

“Tidak.”

Sebuah penegasan yang mantap. Harger benar – benar dituntut untuk berpikir keras. Bagaimana dan dimulai dari langkah seperti apa untuk merenggut kembali benda curian itu. Sorot matanya melirik lekat – lekat saku sebelah mana yang kini mengantongi harapan Harger.

Dia sedang memasang siasat. Menunggu pria di hadapannya lengah, lalu bertindak persis keahlian merampas yang baik.

“Tidak semudah itu, Signorina.”

Gerakan lengan berotot dan padat lebih luwes dari bayangan Harger. Disk itu kembali digenggam pria yang dia hadapi. Sangat erat. Dan Harger menyadari ini bukan-lah prospek yang baik. Dia gagal. Sekarang berada dalam cengkeraman berbahaya—terjepit cukup erat di bagian dada untuk kemudian bersikeras menggeliat di tengah dekapan yang sama.

“Lepaskan aku!”

“Siapa namamu?” Suara berat itu berbisik di samping wajah Harger. Wangi memabukkan dari sisi maskulinitas berada di luar kendalinya. Makin berusaha lepas, Harger menerima kurungan yang gila – gilaan mengikat.

“Untuk apa kau tahu namaku?”

Paling tidak, merahasiakan identitas adalah hal terpenting saat ini.

“Kau bukan orang Italia, benar? Di mana kau tinggal, Signorina?”

Selama beberapa hari mengenali situasi di Italia. Harger mengerti bahwa orang – orang di sini akan melakukan sapaan antara satu sama lain dengan khusus. Dia juga memahami beberapa perbedaan dengan mudah.

“Di mana aku tinggal bukan urusanmu, Signore.”

“Luar biasa. Untuk sesaat aku merasa takjub atas sikap keras kepalamu.”

“Bahkan rasa takjubmu tidak membuatmu melepaskanku.”

Harger tidak berusaha melakukan negosiasi, tetapi dia sedang memanfaatkan kesempatan untuk memenangkan perhatian pria asing penuh perhitungan tersebut.

Menemukan sesuatu untuk memerdekakan diri sendiri adalah keberuntungan yang secara ajaib membuat Harger terdorong. Pria itu terlihat meraba saku celana kain—melotot tajam pada dompet dalam genggaman Harger.

“Kembalikan.”

“Kita akan bertukar jika kau mau. Kukembalikan dompetmu, dan kau ... bisa serahkan benda itu padaku.”

Sorot mata di hadapan Harger menajam. “Signorina, kau harus tahu di mana kau berada.”

“Ya. Aku tahu. Tunggu sebentar ....”

Harger mengambil posisi mundur pelan – pelan. Membuka isi dompet itu untuk menemukan kartu identitas pria asing di hadapannya.

“Don Amadeu Halker.”

Mula – mula Harger mengeja nama tersebut menggunakan cara bicara yang santai. Lalu menurun pada tanggal lahir, memastikan sekali lagi bahwa wajah dan tahun kelahiran pria asing ini memang pas. Matang di usia 33.

Namun setelah mengetahui kedua informasi demikian, untuk kali terakhir, Harger telah menemukan hal mengejutkan mengenai profesi.

Pria itu seorang ....

Hakim.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
flontderato
awal yang bagus
goodnovel comment avatar
Susi_miu
Love you, Kak ....
goodnovel comment avatar
Nor
terbaikkkkk thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status