Share

CCTV

Author: Dita SY
last update Last Updated: 2023-11-20 13:22:17

Harga mobil yang meledak pada malam itu memang tidak seberapa, tetapi bagi Barta Wijaya, mengusik ketenangannya sama saja sudah mengajak perang.

Saat ini di tengah perjalanan menuju markas musuhnya--para preman yang sering kali berbuat ulah. Barta sudah bersiap untuk memberi pelajaran pada mereka semua.

"Mengusik ketenanganku, sama saja mencari mati!" desis Barta seraya memasukan peluru ke dalam Glock kesayangannya.

Anak buah Barta menyadari kemarahan Tuan mereka. Tak ada ampun bagi orang yang sudah berani berurusan dengan rentenir kejam itu. Semua orang yang terjun ke dunia hitam tahu siapa Barta Wijaya, tetapi masih saja ada yang berani mengusiknya.

"Jam berapa kejadian ledakan semalam?" tanya Barta pada anak buahnya.

"Kemungkinan jam dua belas malam, Tuan." Anak buahnya menjawab sambil menundukkan tubuh.

Barta berfikir sejenak lalu kembali mengatakan, "Apa kalian sudah mengecek semua CCTV di rumahku?"

Pertanyaan itu sontak membuat anak buah Barta yang duduk di kursi depan saling tatap.

"Jawab!" bentak Barta pada anak buahnya.

Anak buahnya terkejut kemudian menjawab dengan bibir gemetar, "Ada yang merusak CCTV di rumah, Tuan."

"Apa katamu? Ada yang merusak CCTV di rumah? Artinya orang yang melakukan itu orang dalam? Bukan salah satu dari anak buah Burhan. Tidak mungkin anak buah Burhan bisa masuk ke dalam rumahku," cecar Barta.

"Putar arah, kita kembali ke rumah! Aku tahu siapa yang melakukan itu!" Barta memerintah dengan suara lantang.

Mobil yang dikendarai supir pribadinya melaju cepat melewati jalan tol yang lengang pada jam sepuluh pagi. Berputar arah kembali ke rumah.

"Aku yakin yang meledakkan mobilku adalah Edgar," desis Barta. "Lihat saja, aku akan membuat dia menyesal. Aku akan memberinya pelajaran."

Anak buah Barta menatap Tuanya dari kaca spion. Wajah dingin Barta sudah menjelaskan amarah Lintah Darat itu tengah meluap.

"Sebentar lagi kita sampai Tuan, tapi apa Tuan yakin kalau yang meledakkan mobil Tuan pada malam itu adalah anak laki laki, Tuan? Sejujurnya saya sedikit ragu, karena tidak mungkin Tuan Muda Edgar berani melakukan itu."

"Kalau bukan dia, lalu siapa lagi? Kita semua tahu kalau selama ini anakku membenciku," balas Barta.

Melihat wajah garang Barta anak buahnya tidak berani mengatakan apapun lagi.

Suasana di dalam mobil hening. Sesungguhnya anak buah Barta sudah menutupi permasalahan CCTV di rumah mewah tersebut, mereka takut Edgar menjadi sasaran kemurkaan sang rentenir kejam.

Kekhawatiran itu terjadi, Barta murka. Entah apa yang akan dilakukan oleh Barta pada anak kandungnya sendiri.

***

Di dalam kamar losmen yang tidak terlalu besar, tetapi cukup nyaman untuk beristirahat atau sekedar melepas hasrat bagi pasangan yang tengah di mabuk asmara.

Edgar kembali melampiaskan keinginan yang menggebu setelah tadi pagi dia gagal menyalurkan hasratnya pada Bella.

"Ugh. Ah, Edgar, pelan pelan," rintih Bella yang tengah menyatukan peluh dengan Edgar. "Edgar. Please, pelan pelan."

Mendengar rintihan dan desahan Bella, justru semakin membuat Edgar bersemangat menggerakkan tubuhnya dengan cepat.

"Edgar. Please, pelan pelan. Apa kamu tuli?" Bella sudah kewalahan melayani nafsu liar Edgar.

Edgar menyeringai menatap wanita cantik yang berada di bawah kungkungannya. "Nikmati Bella. Jangan tegang, rileks saja. Rasanya enak, bukan? Permainanku tidak pernah mengecewakan."

"Kenikmatan hanya kamu yang merasakan, tapi aku? Apa kamu melihat kalau aku menikmati permainanmu? Sama sekali tidak. Aku ingin secepatnya menyudahi ini. Aku lelah, aku ingin kuliah." Bella berusaha memberontak dari kungkungan lelaki di atas tubuh sintalnya.

Namun kemarahan Bella justru semakin membuat Edgar hilang akal. Bukannya melepaskan ia justru semakin mencengkram erat lengan Bella.

"Kita akan kuliah setelah aku selesai menghilangkan dahaga ini," ucapnya sambil tersenyum. "Tolong nikmati saja, apa kamu lebih memilih tubuhmu ini dinikmati oleh Papaku? Aku tidak akan membiarkan Papaku menyentuhmu."

Bella tersenyum jengah. "Apa bedanya kamu dengan ayahmu? Hah! Kalian berdua sama sama laki laki bajingan, yang hanya ingin menikmati tubuh wanita. Lagi pula, kalau pun aku melayani Papamu, itu sudah kewajibanku sebagai seorang istri."

Edgar menghela napas panjang kemudian mengurangi ritme gerakan yang semula sangat cepat, menjadi lambat.

Ia menyapu lembut bibir merah Bella, lalu mengatakan, "Maaf, aku sudah keterlaluan. Aku tidak akan kasar lagi. Aku akan melakukannya dengan lembut. Aku terlalu terbawa suasana, tubuhmu sangat nikmat, Honey."

Bulir bening mengalir deras dari sudut mata Bella. "Aku ingin kuliah, cepat sudahi semua ini. Edgar, aku mohon."

Edgar menganggukkan kepala. "Lima menit lagi. Setelah itu kita akan pergi ke kampus, ya." Ia membelai lembut pipi basah Bella, menenangkan wanita pujaan.

Napas Bella tertahan, ia tidak bisa melakukan apapun. Untuk menolak melayani nafsu bejad anak tirinya sendiri saja dia tidak mampu.

Pasrah dengan apa yang dilakukan Edgar padanya. Bukannya melayani suami, dia justru melayani anak tirinya sendiri.

Edgar mulai kembali mempercepat ritme gerakan saat merasakan sesuatu di dalam dirinya mau meledak keluar.

"Aaahh, Bella ...." racau Edgar. Tak lama kemudian tubuhnya ambruk di atas tubuh Bella.

"Sudah selesai?" tanya Bella dengan nada dingin. Ia mencoba mendorong tubuh Edgar agar menjauh dari tubuhnya.

Edgar menyeringai. "Sudah, nanti malam kita ulangi lagi. Ya?"

"Kamu gila Edgar, kamu sudah tidak waras!" sarkas Bella.

"Aku gila karena terlalu mencintaimu, Bel." Edgar turun dari atas tubuh Bella lalu berbaring telentang.

"Cinta? Kamu salah menafsirkan perasaanmu itu. Kamu tidak pernah mencintaiku. Yang kamu rasakan hanya obsesi dan nafsu!" cecar Bella emosi.

"Terserah apa katamu, yang jelas aku sangat mencintaimu," senyum Edgar sambil membelai lembut perut ramping Bella.

Bella mendengus kesal, mengubah posisi menjadi duduk lalu menurunkan kaki ke bawah ranjang.

"Antar aku ke kampus!" pinta Bella masih emosi.

"Okey, kita ke kampus. Terima kasih untuk pagi yang indah ini, Honey," kekeh Edgar.

Bella mendengus kesal sambil memakai pakaiannya satu persatu.

"Hmm, Bel." Edgar menatap wanita cantik itu.

"Apa?" ketus Bella.

"Kapan kamu datang bulan?"

Bella melirik sinis. "Untuk apa kamu bertanya seperti itu?"

Edgar menyeringai. "Aku harus berjaga jaga, untuk menahan diri selama beberapa hari."

"Kamu gila!" sarkas Bella. "Cepat pakai semua pakaianmu!" Bella melempar celana jeans panjang milik anak tirinya.

"Aku tunggu kedatanganmu malam ini. Datanglah ke kamar tamu, ya," kekeh Edgar mengambil celana tersebut lalu memakainya.

Deg!

Mendengar ucapan Edgar, Bella mengingat sesuatu. "Seprai di kamar tamu itu. Apa kamu sudah membuka seprainya?" Bella terlihat panik.

"Memangnya kenapa?"

"Di seprai itu ada darahku."

Edgar menepuk jidatnya. "Aku lupa, mungkin seprai itu sudah dicuci asisten rumah tangga di rumahku."

Wajah Bella semakin panik. "Bagaimana kalau Papamu melihat seprai itu? Dia bisa murka, dia bisa membunuhku Edgar!"

Dengan cepat Edgar mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas. "Kita pulang," ajak Edgar memegang lengan Bella.

"Kalau kita berdua yang pulang, Papamu pasti akan curiga. Lebih baik aku naik taksi ke kampus. Kamu saja yang pulang ke rumah," usul Bella.

Edgar menganggukkan kepala.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 111

    Satu tahun kemudian, memasuki usia Bryan dan Nancy yang ke 6. Tepat hari itu pula, sebuah acara besar-besaran digelar dengan sangat meriah.Hari ini adalah hari dimana Naomi akan melangsungkan pernikahan dengan Galih. Setelah sebelumnya Edgar dan Bella berusaha untuk menjodohkan mereka, akhirnya keduanya kembali dekat dan saling mengungkapkan perasaan.Hingga akhirnya setelah satu tahun menjalin hubungan, kini Naomi dan Galih pun memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan.“Sayang, aku sangat bahagia karena akhirnya Naomi dan Galih benar-benar akan menikah,” kata Bella pada Edgar, sesaat setelah mereka tiba di aula pernikahan tersebut.“Aku juga sangat bahagia, Sayang. Tidak sia-sia kita membuat kedekatan di antara mereka lagi.” Edgar mengangguk setuju.Bella hanya terkekeh mendengar perkataan sang suami. Kini mereka melanjutkan langkah mereka, menjadi saksi pernikahan antara Naomi dan Galih.Tepat di atas pelaminan, keduanya tampak bersanding dengan senyum yan

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 110

    “Rencana kita pagi ini mau kemana?” tanya Edgar pada anak-anak dan istrinya.Mereka telah menyelesaikan acara sarapannya dan kini tengah bersiap untuk berangkat menuju tempat liburan.“Bagaimana kalau ke water park atau ke pantai saja, Pa?” Nancy menawarkan.“Hmm, sepertinya bagus juga. Ya sudah, kalau begitu kita pergi ke water park dulu, setelah itu baru kita pergi ke pantai.” Edgar mengangguk setuju.“Yeeii.” Bryan dan Nancy bersorak kegirangan.Kedua anak kecil itu dengan antusias segera masuk ke dalam mobil, hendak disusul oleh Bella dan Edgar. Namun sebelum mereka masuk mobil, tiba-tiba saja datang sebuah taksi yang berhenti tepat di depan rumah mereka.Tak lama setelah itu, terlihat seorang wanita yang melangkah masuk ke halaman dan berhenti di hadapan Bella.“Bella,” ucapnya menyapa wanita itu.Mendengar suara itu, sontak membuat Bella terkejut dan segera mengangkat wajahnya. Seketika ia tercengang, saat melihat sosok Naomi sedang berdiri di hadapannya.“Naomi!” pekik Bella kag

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 109

    “Papa, ayo kita main!” Suara seorang anak laki-laki memecahkan kesunyian di pagi hari yang cerah.Bersamaan dengan itu, terdengar suara ketukan pintu yang cukup keras dari arah luar kamar.Tak terasa lima tahun kemudian berlalu dengan sangat cepat. Kehidupan Edgar dan Bella semakin bahagia sekarang. Mereka tinggal di rumah utama milik Barta, bersama dengan kedua anaknya dan ditemani oleh kedua asisten rumah tangga yang setia, Bi Marni dan Bi Imah yang merupakan mantan asisten rumah tangga Barta dulu.Tok! Tok! Tok!“Papa, bangun!”Edgar membuka selimutnya dengan cepat. Pria itu tampak menghembuskan nafasnya kasar. Ia memutar bola matanya malas, seraya melirik pada Bella yang sedang tertawa kecil sambil menyandarkan kepala di dadanya.“Astaga, Sayang! Kenapa sepagi ini Bryan sudah mengganggu momen kebersamaan kita?” dengus Edgar pelan.“Karena dia tahu kalau hari ini kamu tidak masuk kantor, Sayang. Jadi dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain denganmu,” jawab Bella sembari

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 108

    Edgar menajamkan pandangannya, untuk memastikan jika pria pengemis yang dilihatnya itu memang benar-benar adalah Barta.“Iya, tidak salah lagi. Itu memang papa.” Ia mengangguk cepat.Setelah memastikan bahwa pria pengemis itu adalah Barta, maka Edgar pun lekas turun dari mobilnya. Ia berniat untuk menemui papanya itu. Dari kejauhan, Edgar sudah mengamati setiap detail penampilan papanya. Barta tampak mengenakan pakaian dan topi compang camping yang seolah menyembunyikan jati dirinya.Tak akan ada satu orang pun yang mengira jika pria itu adalah Barta Wijaya, sosok rentenir kaya raya yang terkenal kejam.Tak butuh waktu lama, kini akhirnya langkah Edgar pun tiba juga di hadapan Barta. Ia melihat pria itu terus saja membungkukkan kepalanya.Namun satu hal yang membuat Edgar merasa kebingungan, karena sejak tadi papanya itu tampak sembunyi-sembunyi memainkan sebuah ponsel mewah dari balik bajunya.“Papa,” panggil Edgar dengan keheranan.Suara panggilan dari Edgar itu pun sontak membuat

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 107

    “Sudah apa, Bi?” desak Edgar merasa penasaran, karena ia merasa jika ART nya itu terlalu berbelit-belit untuk bicara padanya.“Begini, Den. Setahu bibi, Tuan Barta pernah mempunyai seorang nasabah yang tidak sanggup membayar hutangnya. Dia juga tidak punya apa-apa untuk bisa dijadikan sebagai jaminan atau penebus hutang. Jadi Tuan Barta mengirim para debt colector untuk menagih hutang nasabahnya itu. Tapi rupanya tak hanya sekedar menagih hutang saja, para debt colector itu bahkan sampai mencelakai nasabah itu dan membuatnya meninggal dunia,” terang wanita paruh baya itu dengan sedikit takut-takut.“Astaga!” Edgar membeliak, sebab rupanya pernyataan dari asisten rumah tangga di rumah papanya itu cukup membuatnya terkejut bukan main.Edgar meraup wajahnya kasar, merasa frustasi dengan apa yang sudah dilakukan oleh papanya. Pria itu bahkan tampak menghembuskan nafasnya yang terasa berat, seolah menyimpan sebuah beban besar di dadanya.“Bibi serius? Orang itu sampai meninggal dunia?” tan

  • Terjerat Hasrat Anak Suamiku   Bab 106

    Edgar merasa sangat terkejut saat melihat ada foto Brata yang terpampang di dalam sebuah artikel berita. Namun yang lebih membuatnya terkejut, yakni karena artikel itu memuat berita jika Barta masuk dalam DPO atau Daftar Pencarian Orang, alias buronan.“Ini benar papa kan? Lalu kenapa papa bisa jadi DPO?” Edgar bertanya pada dirinya sendiri, dengan kedua mata yang membelalak kaget.Pria itu terus menatap lekat ke arah foto pria yang terpampang di ponselnya tersebut. Ia ingin memastikan sekali lagi, bahwa pria di foto itu bukanlah Barta.Namun, mau sekeras apapun Edgar berusaha untuk meyakinkan dirinya, tetap saja tak bisa memungkiri bahwa pria di berita itu memanglah papanya.“Astaga! Ini memang benar-benar papa. Sebaiknya nanti aku cari dia dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi,” angguk Edgar pada dirinya sendiri.Jam sudah menunjuk ke angka setengah tujuh, membuat Edgar tak punya banyak waktu lagi untuk lebih berlama-lama berada di tempat perbelanjaan tersebut.Pria itu pun denga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status