Share

Terjerat Hati Teman Kecil
Terjerat Hati Teman Kecil
Penulis: QM

Prolog.

Prakk

"Aku benci sama kamu, Tian!" pekik Cilla usai memukul pemuda itu dengan sebuah balok kayu.

Cilla sangat marah sebab pemuda itu menekan jerawatnya di dahi hingga luka. Sebelumnya, mereka berdebat seperti hari-hari biasanya. Tian, Bastian si pemuda jangkung dengan rambut lurus itu memegangi telinganya. Tak lama tangan pemuda itu basah oleh darah akibat luka yang timbul dari pukulan Cilla.

Tak hanya hari ini, semenjak mereka masuk di bangku sekolah menengah pertama. Bastian dan Cilla sering terlibat pertengkaran.

Kribo, jerawatan, dan kopi adalah sederet kalimat ejekan Cilla yang dilontarkan oleh Bastian.

"Ahhh..." rintih Bastian masih menekan telinganya yang seakan berdengung.

Sesaat Cilla berubah menjadi khawatir. Apakah dirinya keterlaluan memukul Bastian? Tangan lentik gadis itu menyentuh tangan Bastian yang berlumuran darah. Ia segera menarik pemuda itu untuk ke UKS sekolah.

***

Bastian Hananta, pemuda jangkung dengan mata hitam legam itu memandang lalu lalang motor yang lewat di jalanan dekat rumahnya. Pemuda itu melihatnya dari jendela rumah.

"Tian..." panggil seorang wanita usia lanjut di ruang tamu.

Kaki panjangnya berjalan mendekati sumber suara.

"Iya, Eyang. Ada apa?" tanya Tian.

"Kamu sudah antar kuenya ke Tante Maura?" tanya sang nenek.

"Sudah, Eyang yang nerima si Cilla," jawab Bastian.

Wanita usia lanjut itu tersenyum melihat sang cucu menyebut nama gadis itu. Gadis yang sedari kecil dikenalnya bahkan seperti cucunya sendiri sebab gadis itu dulu diasuh olehnya.

"Ambilkan Eyang obat, Bastian," pinta sang nenek pada cucunya itu.

Bastian segera ke lemari obat di dekat lemari pendingin di dapur. Pemuda itu mengambil air putih ke dalam gelas. Segera ia menghampiri sang nenek.

Wanita berambut putih itu segera minum obat yang diberikan Bastian. Usai menghabiskan satu gelas penuh air untuk mendorong butiran obat yang ia telan, wanita itu tersenyum pada sang cucu.

"Eyang sudah makan, kan?" tanya Bastian.

Sang nenek menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Bastian Hananta. Pemuda yang tidak tahu menahu di mana sang ibu dan ayahnya berasal. Pemuda yang sedari bayi diasuh oleh neneknya, Adjeng. Dia pemuda misterius dengan mata sipitnya dan bibir tipis serta kulit putih langsat yang ia miliki membuat pesonanya dipuja kaum gadis di desanya. Namun, sedari SMP ia hanya terhitung satu kali berpacaran dengan teman sekolahnya, Elka. Lantas, siapa Cilla?

***

"Cilla, ambilkan kue dari eyang ke sini!" titah sang ibu, Maura dari meja makan.

"Iya Bu," jawab Cilla sambil berjalan ke meja dapur.

Gadis itu mengambil kotak berbahan kertas berisi aneka kue basah yang dikirim oleh Nenek Adjeng, nenek dari Bastian. Cilla mengambil piring saji, memindahkan kue tersebut ke piring. Tak lama suara berat mengucap salam di ambang pintu terdengar.

"Assalamualaikum..."

WAALAIKUM SALAM

Suara serempak menjawab ucapan salam pria bernama Ali, tak lain sebagai kepala keluarga yang sangat mereka sayangi.

"Sudah pulang, Pak?" tanya sang istri, Maura sambil mencium punggung tangan pria itu.

"Iya, Bu. Ini kan hari Jumat, jadi Bapak tutupnya lebih awal," kata pria itu.

Cilla datang dengan piring berisi kue di tangannya. Sang ayah tersenyum menatap putrinya yang sudah gadis itu.

"Wah, Cilla belajar masak?" tanya sang ayah dengan senyum lebar.

"Tidak, Pak. Ini kue dari Eyang Adjeng," jawab gadis dengan mata bulat tersebut.

Gadis itu lekas mencium punggung tangan sang ayah, usai meletakan piring di meja.

Mereka pun duduk di meja makan bersama, menyantap kue basah yang diberikan oleh Adjeng, nenek Bastian. Wanita tua itu seringkali mengirim makanan ke rumah keluarga Cilla. Sebab dulu gadis itu sering dititipkan pada Adjeng sewaktu kecil. Selain itu, Eyang Adjeng memiliki toko kue di kecamatan. Di mana setiap hari memproduksi kue dan roti. Maura dulu bekerja di kota. Setiap pagi akan menitipkan Cilla pada Adjeng yang saat itu masih sehat menunggu toko kue miliknya. Sehingga mereka sudah seperti keluarga sendiri. Cilla Adilla, gadis ceria yang pintar dalam hal akademis. Memiliki keluarga bahagia yang selalu ia syukuri. Keluarga yang selalu mendukung dirinya dalam memilih apapun, termasuk jurusan kuliah yang ia jalani.

***

Sore itu, Cilla sedang duduk di kursi lorong kampus yang biasa digunakan mahasiswa kampus bersantai.

Cup

Suara kecupan di puncak rambut hitam legam milik gadis dengan mata bulat tersebut mendarat. Kepala Cilla mendongak terkejut.

"Aku kira siapa!" ujar gadis itu protes.

Pemuda dengan rambut ikal itu tersenyum lebar. Randi Ferdian, pemuda berwajah terkesan selalu tersenyum itu adalah kekasih Cilla Adilla.

"Serius banget baca bukunya," kata Randi pada sang kekasih, sambil menghempaskan bokongnya di samping Cilla.

"Hem, iya. Besok ada kuis jadi aku harus belajar dong," jawab Cilla.

"Dilla..." sapa seorang gadis yang baru datang.

Cilla Adilla, lebih dikenal dengan panggilan Dilla di kampusnya.

"Iya, El?" jawab Cilla pada gadis yang sudah akrab dengannya.

"Kamu dipanggil ke ruang Dekan, Dilla." kata gadis dengan mata sayu bernama Elka.

"Oh, ada apa ya?" tanya Cilla sedikit khawatir.

"Aduh, itu aku gak begitu paham, Dilla." jawab Elka.

Cilla sedikit ragu dan khawatir terlihat dari ekspresi wajahnya yang tak bisa di sembunyikan.

"Udah gak apa-apa, cepet ke sana. Jangan khawatir gitu dong." kata sang kekasih sambil mengusap rambut panjang gadis itu.

Mata Cilla menatap sang kekasih seakan meminta penguatan. Berpacaran dari SMA membuat mereka sama-sama saling memahami satu dengan yang lain.

"Gak apa-apa, mungkin ada hal penting yang akan disampaikan. Bismillah, gak akan ada apa-apa. Aku bakal nungguin kamu," kata Randi menguatkan sang gadis.

Dengan ragu dan hati yang was-was, Cilla berjalan ditemani sang kekasih. Tangan ramping gadis dengan tinggi seratus lima puluh enam sentimeter itu mengetuk pintu. Tak lama suara pria dari dalam menyuruhnya masuk. Cilla menoleh pada sang kekasih.

"Gak apa-apa, semangat!" ujar Randi memberikan afirmasi positif pada sang gadis.

Cilla lantas membuka pintu dan masuk.

Di sana sudah ada seseorang yang duduk di hadapan Dekan. Cilla mengernyitkan dahinya dengan ragu kakinya melangkah masuk. Sesaat sampai di kursi hadap, sang Dekan mempersilakan gadis itu untuk duduk. Ia melihat pemuda berwajah kaku si biang kerok yang ia benci ada di sana. Siapa lagi? Ya, Bastian. Pemuda itu seakan enggan melihat Cilla di sebelahnya. Cilla selalu bersinggungan dengan Bastian. Sedari mereka duduk di bangku sekolah, keduanya dipertemukan bahkan kini mereka satu jurusan arsitektur fakultas teknik di kampus yang sama pula.

"Kalian akan saya tugaskan membuat desain di proyek saya. Saya harap kalian bisa bekerjasama," kata Dekan saat Cilla sudah duduk di samping Bastian.

Meskipun sering bersinggungan mereka masih saja tak sepaham, berakhir bertengkar. Cilla melebarkan matanya, ini bukanlah tugas pertama dirinya bersama Bastian. Bukan tanpa alasan, mereka dipasangkan. Hal itu dikarenakan hasil dari proyek yang mereka kerjakan selalu maksimal. Sehingga mereka sudah dipercaya untuk memegang segala proyek untuk menambah nilai tentunya dari dosen.

Sedang di luar Randi sedang memainkan game di ponselnya. Hal itu ia lakukan untuk membunuh rasa bosan menunggu sang kekasih yang masih berada di ruangan Dekan.

Aku mencintai dalam diam, bukan karena aku pecundang. Aku ingin dia memandangku sebagai perempuan memandang pria. Dia yang terlampau mengabaikan keberadaan diriku yang memiliki perasaan tertarik bahkan sejak kami kecil. Cilla, si gadis ceria. Rambutnya yang ikal terkesan seperti tidak disisir. Wajahnya berjerawat saat masuk SMP. Sebenarnya aku ingin lebih baik padanya, tetapi setiap berhadapan bukannya aku mendapat kesempatan membuatnya nyaman justru bibirku selalu berucap hal yang menyakitinya. Cilla, gadis tomboi yang unik. Dia milikku, sejak kami tumbuh bersama di masa itu. Aku, Bastian pemuda sederhana yang tidak memiliki ayah dan ibu sejak kecil. Hanya eyang, yang menyayangi aku hingga aku dewasa kini.

Bastian Hananta

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Apa ntar Bastian dan Cilla comeback yah .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status