Home / Romansa / Terjerat Kontrak Cassanova / 6. Akal Bulus Javas

Share

6. Akal Bulus Javas

Author: Intans Ranum
last update Last Updated: 2024-03-12 15:44:39

"Masuk!"

"Tuan Javas, saya minta maaf atas kericuhan yang baru saja terjadi, anda tenang saja, Saya sudah menyuruh asisten Saya untuk membuat Lyra kembali meminta maaf dan menemani anda di sisa jam malam, saya mohon pengertiannya Lyra itu memang pertama kali menemani tamu eksklusif seperti anda karena biasanya di bertugas sebagai pelayan paruh waktu jadi sekali lagi saya minta maaf."

"Jadi benar, dia baru pertama kali melakukannya?" tanya Javas setengah memastikan.

"Benar Tuan, mungkin sebentar lagi Lyra akan segera kembali,-"

"Nggak perlu, saya memutuskan memakluminya tapi sebagai gantinya saya punya permintaan."

"Saya usahakan bisa membantu anda, Tuan "

Seringai di sudut bibir Javas semakin tinggi. Jika ciuman wanita itu tidak semanis melebihi yang ia pikirkan, bagaimana mungkin seorang Javas membiarkan pipinya tertampar begitu saja. Tetapi, ia tetap tak bisa membiarkan tamparan itu berlalu begitu saja. Wanita itu harus membayarnya.

***

Akhirnya pagi kembali menyinari langit tempatnya berdiri Zehra tak berhenti bersyukur karena berhasil melewati malam tadi, entah ada angin apa yang membuat bosnya memaklumi bahkan memberinya waktu beristirahat di kamar kecil yang cukup memberinya waktu hingga ia terlelap tanpa dibangunkan kembali untuk bekerja.

Padahal setelah kejadian di ruangan karaoke VVIP, jantungnya tak berhenti berdegup dengan kencang. Menunggu kelanjutan dari aksi impulsif nya tadi ironi memang di tempat ini aksi melindungi harga diri tak sepenuhnya dibenarkan jika berhubungan oleh mereka yang berkuasa ditambah ia telah memilih menjadi wanita penghibur atau yang biasa dikenal sebagai pemandu karaoke.

Zehra berjalan ke pintu keluar dan menuruni anak tangga hingga menemukan Anggito yang bersandar di mobil yang terparkir di halaman samping gedung yang biasa dipakai oleh pejalan kaki yang juga pegawai disini.

"Anggit kenapa belum pulang, lagi nunggu siapa?"

"Hei, belum nih, mau pulang bareng lagi nggak, Ra?"

"Boleh, betapa beruntungnya gue  ketemu sama lo" seru Zehra bercanda setengah menggoda.

Sesaat mobil dijalankan Zehra menyadari jika beberapa kali Anggit curi pandang ke arahnya seolah menahan bicara, "Kenapa, Nggit?"

"Ah, itu gue sebenarnya mau tanya sama lo, hari ini bukannya hari lo off kerja, malah tadi gue sempat melihat lo keluar dari lorong ruang ganti di lantai klub kita, padahal semalaman lo nggak kerja, ngapain disana, Ra?"

"Hah?" Zehra belum siap akan pertanyaan jenis itu. "Ada kerjaan lain yang baru aja gue terima sih,"

Zehra melirik dari ujung matanya mencermati wajah Anggit dari samping. Mencari tahu bagaimana reaksi Anggit yang jelas memahami ucapannya barusan.

Mengenal dan bekerja sama Anggito selama beberapa bulan ia bekerja, membuat Zehra memiliki persepsi sendiri mengenai Anggito seorang pria pekerja keras yang tak banyak bicara namun Anggito memiliki sorot mata dan berpenampilan yang membuat orang lain tak mudah meremehkannya.

Pasalnya walau bekerja sebagai bartender senior di klub ini tapi Anggito memiliki satu unit mobil, satu unit motor ninja dan selalu mengenakan arloji bermerek namun lebih dari itu Anggito selalu baik dan membantu bahkan merasa dilindungi oleh Anggito membuat Zehra nyaman.

"Lo nggak mau nanya lebih jauh, Nggit?"

Anggito menoleh dan menaikkan satu alisnya, "Jawaban lo tadi ambigu dan gue tau lo sempat kaget kan gue nanya itu? Dan gue pikir lo nggak mau menjelaskan lebih,"

Zehra tersenyum tipis ada rasa lega yang membuatkan makin nyaman, "Ya Udah nggak usah dibahas lah, gue boleh memutar musik, Nggit?"

"Boleh, putar aja!"

"Stop disini aja, Nggit gue turun disini."

"Lo yakin? Padahal gue nggak masalah kalau harus masuk gerbang kavling dan nurunin lo di depan rumah lo,"

"Nggak usah, gue khawatir lo lupa sama jalan pulangnya karena banyak belokan lagian kasihan pejalan yang lain ke block sama mobil lo. Turunin gue di depan aja, ya!"

"Ok!"

Tak lama Anggit menghentikan lajunya di samping gerbang komplek membiarkan Zehra turun setelah berterima kasih.

Zehra mengangguk pelan. Berjalan pergi sambil sesekali menengok ke belakang untuk melihat Anggit. Pria itu masih menunggu, melambaikan tangan setiap ia menengok dan melemparkan satu senyum. Zehra membalasnya, mempercepat langkahnya agar segera sampai rumah.

***

"Hallo, iya Bos?"

"Zehra, aku punya kabar buruk untukmu,"

"Kabar buruk? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Zehra khawatir tanpa sadar ia menggigiti kukunya.

"Semacam itu, intinya pelanggan milikmu mengirimkan komplain pada klub kita,"

"Komplain tentang apa,  Bos?"

"Harusnya aku yang bertanya padamu, apa yang semalam kamu lakukan pada pelanggan kita, huh?!"

"Pelanggan semalam?" tanya Zehra menggumam. 

Terdengar suara hela napas dari seberang telepon,  "Ya, Tuan Javas, mengirimkan pengaduan tindakan tak menyenangkan," 

"Apa? Pengaduan tindakan tak menyenangkan, maksudnya gimana, Bos?" tanya Zehra gusar sesaat ia merasa dunianya berputar rasa terkejut, khawatir dan ketakutan merengkuhnya.

"Kamu jelas tahu, Boss. Aku hanya menampar sekali dan menyiram dia dengan segelas whiskey itupun untuk melindungi diri, Bos!"

"..."

Zehra menekan keningnya dengan cara frustasi, "Aku paham, jadi apa yang harus aku lakukan, Bos?"

***

Lift terbuka dan Zehra dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Sekretaris yang berpenampilan cantik dan terlihat profesional, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Zehra dengan skeptis, sepertinya dia sedang bertanya-tanya kenapa perempuan yang berpenampilan biasa jelas bukan salah satu dari pegawai tempatnya bekerja diperbolehkan memasuki gedung hingga berdiri di depan mejanya.

"Bu Dyah, ini yang namanya Bu Zehra, sudah dipersilahkan masuk oleh Pak Javas." jelas security yang mengantar Zehra.

Wanita yang dipanggil Bu Dyah itu hanya mengangguk kecil dan tatapannya langsung fokus pada telepon dan berbicara singkat lalu menutupnya.

"Pak Javas sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan anda langsung masuk!" gumam sekretaris itu dingin.

***

Javas baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dari sambungan telepon Bos Topo yang merupakan bos klub tempat Zehra bekerja sudah memberitahu pesannya kepada Zehra dan mengatakan bahwa Zehra akan segera menemuinya di kantor sesuai instruksinya. Namun Zehra belum juga sampai.

Javas tersenyum sinis memperkirakan seperti apa wajah Zehra yang memelas memohon agar ancaman pelaporan atas tuduhan perbuatan tak menyenangkan itu dicabut, pelaporan yang belum sama sekali ia lakukan. Tentu ia sengaja, untuk terpancing kail tentu ia butuh sebuah umpan, bukan?

Tapi ada alasan apa yang membuat Lyra yang terlihat cuek dan tak tau rasanya bersenang-senang di klub malam malah menjadi layaknya LC yang membantu dan menemani mereka yang butuh hiburan malam.

Padahal Javas bisa merasakan betapa risih nya Zehra saat berada ditengah tengah manusia yang berjoget ria saling bercampur dengan aroma alkohol dimana-mana di bawah lampu gelap, kelap kelip dengan dentuman musik EDM yang memekakkan telinga belum lagi aksi siulan, tawaran sumbang dan rabaan yang merendahkan wanita pasti selalu ia alami.

Javas pun tak bisa melupakan bagaimana Zehra terkejut dan risih saat ia dekap di ruang karaoke, beberapa kali Zehra membuang wajahnya risih saat dihadapkan pemandangan tak senonoh oleh wanita lain pada teman-temannya. Bahkan ia mengaku tak mau meminum alkohol dan diperkuat oleh Topo, owner klub malam itu bahwa malam itu adalah pertama kali Zehra menemani orang minum pada bulan ketiga ia bekerja di klab malam.

Kalau begitu, dia pasti gadis yang suka menghambur-hamburkan uang, Javas menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Javas rela memberikan uang sebanyak yang Zehra mau asal Zehra mau melayaninya.

Javas percaya diri sebagai lelaki lajang yang tampan dan mapan terbukti dengan bisnis startup miliknya yang sudah mampu berjalan selama empat tahun dan memiliki gadis seperti Zehra yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.

Lamunannya terhenti ketika intercom  berbunyi memberitahukan kedatangan Zehra.

Tanpa sadar Javas menunggu berbalut antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya, Dia punya penawaran bagus, dan jika gadis itu seperti yang diduganya, Zehra pasti tak akan mampu menolaknya.

***

"Permisi, Pak Javas maaf mengganggu waktunya, tapi saya datang kesini untuk membicarakan mengenai kabar pelaporan tuduhan perbuatan tak menyenangkan yang dialamatkan pada Saya, boleh kita bicarakan dulu, Pak?" gumam Zehra semakin kecil diujung kalimatnya ketika Javas mengisyaratkannya duduk.

Javas tidak menjawab bahkan ia masih berdiri di dekat meja kerjanya hingga Zehra menatap Javas khawatir, lelaki itu sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi dari raut wajahnya seperti tak cukup mendengarkan.

"Pak Javas?"

Lelaki itu mengerjap. "Ah, soal ancaman itu, aku masih membicarakan hal itu dengan pengacaraku,"

Zehra mencengkram sisi dressnya, gusar, "Saya mohon maaf, atas tindakan gegabah yang saya lakukan malam itu, saya tahu bahwa itu sudah menjadi bagian dari pekerjaan saya tapi seperti yang bos katakan pada anda bahwa itu malam kedua saya bekerja seperti itu jadi saya belum pandai melakukannya, maaf."

"Belum pandai melakukannya?"

"Ah, itu maksud saya... melayani anda sampai puas,"

Javas tak mampu menahan senyum lebarnya, ada hiburan ketika melihat Lyra yang terlihat gelagapan dan menjawab absurd.

"Aku asumsikan kamu terpaksa melakukannya, tapi kenapa Lyra?" nada Javas berubah dalam dan serius

"Karena saya punya motif pribadi, Tuan,"

"Dan apa motivasi kamu itu?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kontrak Cassanova   72. Rencana Zehra

    Zehra merintih kesakitan setiap Ricky menciumnya demi menutupi bekas Javas yang menimbulkan ruam kemerahan di kulinya. Pria itu benar-benar kalap menggerayangi seluruh permukaan tubuh Zehra. Tarikan napas puas Ricky terdengar jelas setelah tarikan dia berhasil menyatukan dirinya dengan Zehra. Bertahun-tahun dia menunggu momen ini, momen dimana Zehra berbaring pasrah di bawahnya dengan kaki terbuka, momen saat dia berada di dalam Zehra, berkeringat bersama, saling bercumbu, saling menggerayangi, dan saling menikmati demi kepuasan bercinta. Ricky diam merasakan sensasi yang lama dirindukannya. Saat ini tidak ada saling, hanya dia seorang yang akan mencapai kepuasan itu. Sesering apa pun dia mencoba dan mengecap wanita lain, ternyata tidak ada yang senikmat Zehra, mungkin karena selama ini Zehra adalah wanita yang ia cintai sekaligus wanita yang menolaknya untuk dibawa ke ranjang, dan sensasi itu luar biasa.Seks itu subjektif. Tergantung bagaimana individu menilai pasangannya. Sensasi

  • Terjerat Kontrak Cassanova   71. Dilecehkan

    Zehra diliputi kecemasan, aura penindasan terlihat jelas dari sorot mata Javas. Zehra memang tidak pernah mengijinkan siapapun masuk ke sana, tempat itu tidak diciptakan untuk kesenangan sesaat para pria mesum sejenis Javas, tempat itu untuk mengeluarkan apa pun yang tidak dibutuhkan tubuh Zehra, bukan untuk dimasuki milik siapa pun. Menyadari dirinya dalam bahaya, Zehra beringsut mundur. Tapi sayang Javas Lebih cekatan memutar tubuhnya tengkurap lalu mengunci kedua tangan Zehra di belakang. "Jangan lakukan itu Javas, kumohon!" isak Zehra tidak bisa bergerak, sebab dia kalah tenaga. "I'll be the first there," ujar Javas mengikat tangan Zehra dengan tali bra-nya. Telinganya menuli, isakan Zehra malah membuatnya semakin bersemangat memberi pelajaran pada wanitanya yang berani mencium pria lain di depannya. Javas menarik pinggul Zehra mendekati miliknya yang sudah keras dan berhasrat. Tarikan kasar Javas otomatis menekuk kaki Zehra dan kepalanya menahan beban tubuh bagian depannya.

  • Terjerat Kontrak Cassanova   70. Hari Terakhir Kesepakatan

    “Kesepakatan sialan itu bisa kita ubah-”“Nggak! Aku nggak mau ada yang berubah!” Zehra menatap Javas dalam dan berani. Kemudian ia mulai menyunggingkan senyuman tipis, “Aku mau kembali hidup normal tanpa ada rasa bersalah, atau khawatir akan menyesal nantinya.”“Menyesal? Setelah banyak hal yang udah aku kasih ke kamu?!”Zehra mengangguk kecil masih tersenyum tipis, “Gimana sama kamu? Memangnya kamu belum mau berpacaran sama orang yang kamu inginkan dan punya hubungan serius sama dia?”“Dia? Siapa yang kamu maksud?”“Wanitamu … yang bernama Leticia?”***40 hari kemudian Zehra terbangun karena suara berisik yang ditimbulkan oleh aktivitas Javas, yang saat ini sedang berjalan mendekatinya. “Selamat datang, Jav. Kamu sampai terlalu pagi, tau!” sambut Zehra dengan suara mengantuk.“Habis dari mana kamu semalam?”“Apa? Aku?.... Kenapa kamu tanyain itu tiba-tiba?”“Dan kemarin malam juga, sama siapa kamu pergi dan apa yang kalian lakukan?”"Nafas kamu bau alkohol! Sebaiknya kamu tidur

  • Terjerat Kontrak Cassanova   69. Sebuah Jawaban

    Beberapa bulan kemudian“Jadi, kenapa kamu masih aja terlambat?”Zehra senyum tertahan atas sambutan Javas padanya yang terkesan sinis. “Aku… itu karena aku agak kesulitan dapat taxi onlinenya.”“Oh, ya? Bukannya karena kamu abis bertemu dengan teman kencanmu itu?”Zehra mengerjapkan matanya dua kali, ingatannya berputar saat ia kepergok sedang makan berdua di restoran mall oleh Elkan, salah satu sahabat Javas, dan tentu saja itu ia ia lakukan saat Javas tengah keluar kota dan menarik napas sebelum bicara. “Teman-temanku adalah teman-teman dia juga, dan jelas aku nggak bisa menghindari dia begitu aja ketika kami nggak sengaja makan siang di tempat yang sama, Jav!” Zehra lekas menjelaskan. Berharap kejujurannya bisa dipercaya oleh pria itu meski dengan kemungkinan yang sangat tipis."Kami… Cuma makan siang, nggak lebih…" Mata Javas menyipit tajam. Geraman terdengar dari dalam dadanya. Pengakuan Zehra membuat kecemburuan di dadanya semakin bergemuruh. Javas bangkit dari singgasananya

  • Terjerat Kontrak Cassanova   68. Ikut Permainan

    “Halo,”“Ra, akhirnya kamu angkat telpon aku juga! Ra, tolong bantu aku bicarakan pada pria itu untuk berhenti mengacaukan pekerjaanku! Aku sudah merelakanmu ‘kan? Jadi seharusnya dia menghentikan semuanya ‘kan?”Zehra menghela napas gusar dan menatap balik Javas yang menyeringai ringan kemudian mengangguk kecil. “Ya, aku akan menolongmu untuk bicara sama dia, ada lagi?”“Apa?... Ah, kamu mengerti ‘kan? Posisi aku? Kamu nggak marah sama aku ‘kan?”Zehra menahan nafasnya saat Javas menyambar ponsel dan mematikannya. ***Javas membuka kancing kemeja nya, melonggarkan ikat pinggangnya. "Apalagi yang bisa kulakukan selain ngobrol dengannya di tempat kerjamu. Kamu melarangku bicara dengan orang lain," balas Zehra berbaring di sofa panjang depan tv. "Entah kenapa aku nggak suka melihatmu bersamanya." Javas tiba-tiba menindih Zehra. Remote tv yang dipegangnya terjatuh karena kaget. Serangan Javas membungkam mulutnya sebelum protes. Awalnya Zehra meronta memukul dada Javas tapi lama-lama b

  • Terjerat Kontrak Cassanova   67. Ketahuan

    “Mau kemana?”refleks “Kenapa kamu harus menyamar jadi orang lain, hah? Apa tujuan kamu sebenarnya?”“Tujuan? Ckk… itu cuma sekedar nama panggung Jav! Lagian kamu tahu dari mana nama asli aku?”Javas memandang Zehra lamat lalu menjawab, “Aku jelas mendengar mantan pacarmu itu yang memanggil kamu Zehra.” “Oh, ya…. Kami saling mengenal sebelum aku bekerja di club malam,”“Lalu?”“Lalu, bukan cuma kamu orang yang memanggil aku dengan panggilan Lyra. Semua orang yang memakai jasaku, jga memanggil nama itu. Jadi apa kamu udah paham? Apa pembahasan kita udah selesai?”“Pergilah, setelah kamu, aku juga harus mandi atau kita bisa mandi berdu-”“Aku duluan!” potong Zehra segera berlalu.***"Iya Mah, aku paham. Tapi untuk kali ini aku lagi fokus membiayai urusan rumah sakit papah yang ternyata cukup banyak dan masih panjang. Tapi aku yakin aku bisa mengatasinya satu persatu." ucap Zehra sebelum ia memutuskan panggilan. Zehra menarik napas lega. Karena masalahnya sudah teratasi satu persatu d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status