Share

Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak
Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak
Penulis: L Liana

1. Wanita Bayaran

“Ini bayaranmu!" desis seorang pria tampan melemparkan uang ratusan ribu berlembar-lembar ke wajah seorang perempuan yang tengah berlutut di depannya. 

Dara terus menangis sesenggukan, benar-benar Dara merasa harga dirinya hancur karena rela memberikan sesuatu berharga demi uang.  Dara Kirana, seorang perempuan cantik nan manis dengan rambut panjang serta gigi gingsulnya. Sejak dulu Dara mempunyai prinsip untuk bekerja keras yang penting halal, tetapi malam ini semua berubah saat dia rela memberikan mahkota berharganya pada Revan. 

Selama ini Dara berusaha mendapatkan banyak uang dengan susah payah agar hidupnya terjamin. Mulai menjadi tukang bersih-bersih di rumah orang tua Revan, sampai dia bekerja di bar. Akan tetapi saat usianya memasuki dua puluh tiga tahun, kehidupan Dara semakin runyam hingga tiba di malam ini dia pasrah menjadi pelacur satu malam.

"Apa yang harus kamu katakan padaku?" tanya Revan mencengkram dagu Dara dengan kasar sampai membuat Dara meringis kesakitan. 

“Te— terimakasih,” ujar Dara. Revan melepaskan cengkraman dagunya kasar, sedangkan Dara segera memunguti uang yang diberikan oleh Revan. 

“Cepat pergi dari sini!” titah Revan kembali mengambil uang yang lain dan melemparnya tepat ke kepala Dara yang membungkuk memakai baju. Air mata Dara semakin deras, bahkan anjing saja lebih berharga dari Dara saat ini. 

“Semoga kita gak bertemu lagi,” ucap Dara. 

“Aku juga tidak sudi bertemu apalagi memasukimu lagi. Bagiku hanya cukup sekali bersama setiap wanita, tidak ada dua kali karena tidak menarik sama sekali,” jawab Revan.

Dara memunguti lagi uang yang berserakan dan bergegas pergi dari kamar mewah itu. Perempuan itu menangis di setiap langkahnya. Dara dan Revan sudah kenal lama, saat itu Dara sering ke rumah orang tua Revan karena dia berteman dengan Risya, adik Revan, hingga keluarga mereka menawarkan pekerjaan untuk Dara sebagai tukang bersih-bersih. 

Awalnya semua baik-baik saja, tetapi makin lama Revan gencar mendekati Dara hingga membuat Dara risih. Pun dengan Revan yang makin lama makin kurangajar hingga pertemuan mereka tidak pernah memberikan kesan baik. 

Di dalam kamar hotel Revan menatap darah yang berceceran di sprei. Setelahnya Revan menarik spreinya dengan kencang dan melemparkan asal. 

Revan Arjuna, pria berusia dua puluh sembilan tahun yang merupakan Dokter spesialis kanker yang memiliki perawakan tinggi tegap dengan kulit yang lumayan putih. Pria itu sudah lama mendambakan Dara untuk berada di bawah kungkungannya, tetapi Dara sangat susah didekati. Namun saat Dara sudah tunduk di bawahnya, perasaan Revan malah campur aduk tidak karuan. 

Revan tidak tau harus senang apa marah, dia senang karena mendapatkan Dara sebagai wanita yang tidak berdaya di bawahnya, tetapi juga marah karena dengan murahnya Dara mau dengannya hanya karena uang. 

Dara keluar dari hotel mewah itu dan berjalan tergesa-gesa menuju tempatnya bekerja. Selain menjadi tukang bersih-bersih di rumah orang tua Revan dan Risya, Dara bekerja di bar sebagai pelayan, meski dalam pekerjaannya tidak mudah, tetapi asal uangnya banyak Dara akan melakukannya. 

Sama halnya Risya, Dara juga lulus kuliah dengan gelar sarjana ekonomi, tetapi nasibnya tidak sebagus Risya yang bisa bekerja di perusahaan Ayahnya. Sedangkan Dara? Lebih dari dua puluh lamaran pekerjaan, satu pun tidak membuahkan hasil. Dara terus terjebak dalam lingkaran penuh maksiat.

Sesampainya di tempat kerja, Dara segera mengantarkan minuman untuk para pelanggan di kelas vip. Paras Dara yang cantik membuat banyak mata menyukainya, jadilah Dara berada di kelas atas untuk memanjakan para pria hidung belang berduit. 

“Silahkan dinikmati, Tuan,” ucap Dara meletakkan dua minuman di meja dua orang pria. 

“Berapa?” tanya pria itu kepada Dara. 

“Ayolah, dia tidak mau menjual tubuhnya. Aku sudah memintanya berkali-kali,” sahut salah satu pria asing itu. 

Dara menegakkan tubuhnya dan bersiap pergi, tetapi matanya terpaku kepada pria yang baru saja datang seraya menampilkan seringaiannya. 

“Siapa bilang dia tidak mau menjual tubuhnya?” tanya Revan seraya menaikkan sebelah alisnya. 

“Aku baru saja merasakannya,” tambah Revan segera duduk di samping dua temannya. 

“Waah, benarkah? Bagaimana rasanya?” tanya teman Revan seolah hal itu bukanlah pembicaraan yang tabu. 

Dara mengepalkan tangannya saat dia lagi dan lagi dilecehkan oleh pria-pria kaya itu. 

“Aku punya rekamannya bagaimana dia mendesah di bawahku,” ucap Revan membuat Dara membulatkan matanya. 

“Jangan sembarangan!” bentak Dara segera mendekati Revan. Sedangkan Revan hanya tertawa kecil. 

“Aku akan menyebarkan ke publik, pasti sangat menyenangkan ketika tubuhmu dinikmati banyak orang,” ucap Revan menatap Dara dari atas sampai bawah dengan pandangan mesumnya, bahkan pria itu juga menjilat bibirnya dengan sensual seolah dia akan melahap Dara hidup-hidup. 

“Kamu pria kejam yang pernah aku temui!” sentak Dara sambil menunjuk Revan. Dengan sigap Revan menarik tangan Dara dan mengarahkan ke tubuh bawahnya. 

“Tolong!” teriak Dara memanggil rekan-rekannya agar dia selamat dari manusia jahanam bernama Revan, tetapi tidak peduli bagaimana dia berteriak, satu pun temannya tidak ada yang menolongnya. 

“Nikmat sekali, Dara,” ucap Revan seraya mendesah pelan. 

Tadi Revan juga mengatakan tidak ingin bertemu Dara, tetapi nyatanya Revan tetap menyusul perempuan itu di tempatnya bekerja. Lagi dan lagi Dara merasa hina diperlakukan seperti ini oleh Revan. 

“Lepaskan aku!” pinta Dara. 

“Memohonlah dulu padaku!” pinta Revan. “Memohon seperti anjing kecil,” tambah Revan. 

Dara bersimpuh di lantai seraya tangannya masih dipegang oleh Revan. “Tu– Tuan, lepaskan aku!” pinta Revan. 

Revan tertawa terbahak-bahak melihat Dara, setelahnya pria itu melepaskan tangan Dara. “Inilah akibatnya kamu menolakku, Dara. Kemarin-kemarin kamu sok jual mahal, ternyata kamu semurah ini,” bisik Revan menendang tubuh Dara hingga Dara terjengkang. Tanpa memperdulikan sakitnya, perempuan itu bergegas pergi menjauhi Revan. 

**** 

Keesokan harinya merupakan hari pertama Revan dipindah tugaskan ke rumah sakit yang lebih besar di kotanya. Pria itu keliling kamar bersama beberapa perawat dan Dokter magang. 

Revan memasuki satu kamar yang diisi beberapa pasien kanker, baru juga masuk kamar, pria itu sudah disambut dengan anak kecil yang tengah kejang-kejang dengan hidung yang ada selang oksigen. Dokter jaga segera memberikan penanganan khusus untuk bocah itu. 

“Dokter, anak ini kenapa?” tanya Revan segera mendekat. 

“Anak ini menderita leukimia stadium tiga, kami sedang menunggu pihak keluarga membayar kemoterapi untuk melanjutkan prosedurnya,” jelas Dokter Arhan yang juga menangani kanker. 

“Kenapa harus menunggu pembayaran kalau keadaan pasien sudah seperti ini? Saya yang akan menanggung biayanya,” ujar Revan dengan tegas segera mengangkat anak itu untuk dibawa ke ruang kemoterapi. 

Revan berlari keluar kamar dengan tergesa-gesa, saat melewati ruang administrasi, pria itu melihat Dara di sana. Kebetulan Dara menatap ke arah Revan, mata perempuan itu membulat saat melihat adiknya dalam gendongan Revan. 

“Mau kau bawa kemana adikku?” tanya Dara menjerit karena takut adiknya diapa-apain oleh Revan. 

Revan tidak menanggapi dan membawa adik Dara ke ruang kemoterapi, pun dengan Arhan yang mengejar Revan. 

“Dokter Arhan, saya sudah membayar biaya kemoterapi dan rawat inap. Jangan usir adik saya!” teriak Dara yang kini mengejar dua Dokter itu. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status