Share

3. Pernikahan?

Baru kali ini Dara merasa tidurnya sangat nyenyak. Kasur yang dia tiduri pun sangat empuk seperti bukan kasur miliknya, pun dengan harum yang sangat menenangkan menusuk hidung Dara. Kalau seperti ini rasa nyenyaknya tidur, Dara tidak ingin bangun. 

“Eum … nyenyaknya,” gumam Dara memeluk guling dengan erat. 

Revan yang tengah menggulung lengan kemejanya pun menatap Dara yang wajahnya berkali lipat lebih cantik saat tidur. Wajah perempuan itu terlihat sangat polos nan teduh, siapa yang tidak jatuh cinta dengan perempuan secantik itu?

Lambat laun Dara membuka matanya, pertama yang Dara lihat adalah ranjang putih bersih serta guling berwarna putih juga. 

“Aku dimana?” tanya Dara segera mendudukkan dirinya karena merasa ini bukan tempatnya, pun dia harusnya bekerja, tetapi malah terdampar di ranjang. 

“Syukurlah kamu sudah bangun, aku pikir kamu simulasi di alam barzah,” ujar Revan membuat Dara menoleh. Dara tercekat melihat Revan yang berdiri tidak jauh darinya tengah memakai kemeja dan rambut basah yang disisir rapi. Tiba-tiba pikiran Dara mengarah ke yang ‘iya-iya, buru-buru perempuan itu menatap seluruh tubuhnya. 

“Jangan harap aku memperkosamu, aku tidak akan melakukannya,” seloroh Revan. 

“Kenapa aku bisa di sini?” tanya Dara segera bangun dari ranjang. 

“Apa kamu yang membawaku kesini?” tanya Dara lagi. Hingga perempuan itu ingat kemarin dia naik mobil Revan, dengan cepat Dara mendekati pria yang terlihat tidak bersalah sama sekali itu. 

“Sebenarnya apa maumu?” tanya Dara berteriak. “Aku ingat kemarin aku berada di mobilmu dan makan dari makanan yang kamu bawa. Kamu pasti menjebakku di sini. Semalam aku harus bekerja, tapi gara-gara kamu, aku malah terdampar di sini. Bagaimana kalau aku dipecat!” Dara berteriak menggebu-gebu seraya mendorong tubuh Revan. 

“Aku merasa tidak pernah bersalah padamu, tapi kenapa kamu menargetkanku? Kenapa kamu membawaku dalam kesulitan?” 

“Mencari pekerjaan sekarang susah, aku sudah senang mendapatkan pekerjaan itu meski harus kau remehkan. Tapi sekarang kau hmphhh—” 

Ucapan Dara terhenti saat tiba-tiba Revan mencium bibirnya. Dara membulatkan matanya, apalagi saat merasakan tangan Revan merengkuh pinggangnya dengan erat. Seketika Dara merasa tubuhnya meremang. Dara mendorong tubuh Revan sekuat tenaga, tetapi rengkuhan tangan Revan sangat kuat. Dara tidak menyerah, perempuan itu terus mendorong tubuh Revan hingga ciuman mereka terlepas. 

Suara tamparan terdengar kencang di kamar yang luas itu sampai pipi Revan berpaling. “Laki-laki tidak bermoral!” bentak Dara. 

“Aku bukan kekasihmu, aku juga bukan perempuan sewaanmu lagi, jangan pernah menciumku sembarangan!” tambah Dara. 

“Maka itu jadilah istriku!” pinta Revan membuat Dara tercekat. 

Dara merasa semakin hari Revan semakin gila. Setelah menjadikannya perempuan sewaan, menciumnya dengan tiba-tiba, dan kini pria itu ingin menjadikannya istri.

“Gila kamu,” maki Dara ingin pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Revan. 

“Aku serius, Dara,” ujar Revan. 

“Aku menikah dengan laki-laki sepertimu? Cuih!” Dara meludahi tepat wajah Revan. 

Revan menatap Dara dengan pandangan tajam seolah akan melahap perempuan itu hidup-hidup. “Beraninya, kau!” desis Revan. 

“Kita hanya mengenal karena aku bersih-bersih di rumah orang tuamu, tetapi kamu sudah membawaku dalam banyak masalah. Kamu menyimpan video-video kita seolah aku yang memalukan di situ, kamu merendahkanku di hadapan teman-temanmu, dan sekarang kamu membuatku dipecat dari pekerjaan. Lalu aku harus menikah dengan laki-laki sepertimu? Jangan harap!” sentak Dara. 

Revan mencekik leher Dara membuat Dara merasa lehernya sakit seketika, perempuan itu berusaha melepaskan tangan Revan, tetapi Revan lebih kuat darinya. 

“Jangan percaya diri, Nona. Aku menikahimu bukan karena aku menyukaimu, tetapi hubungan timbal balik. Aku beruntung memiliki budak yang bisa telanjang setiap hari di hadapanku, dan kamu beruntung mendapatkan uang untuk transplantasi sumsung tulang belakang. Adikmu bisa sembuh kalau melakukan transplantasi, dan kamu membutuhkan setidaknya satu milyar untuk melakukannya,” bisik Revan. Setelahnya cowok itu melepas cekikan pada leher Dara. 

Dara terbatuk-batuk, perempuan itu menghindari pandangannya pada Revan. Kemarin Dara juga sudah diberitahu oleh Dokter Arhan kalau kemungkinan Kaivan sembuh sangat besar kalau melakukan transplantasi sumsum tulang belakang, tetapi biayanya sangat mahal membuat Dara tidak berani menyanggupi. Sekarang Revan menawarkan pernikahan padanya, bukan pernikahan, lebih tepatnya perbudakan. 

“Pikirkan itu, Nona!” titah Revan dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Pria itu merasa puas karena satu langkah lagi dia akan mendapatkan Dara seutuhnya. 

“Oh iya, kalau kamu menikah denganku, kamu tidak perlu bekerja di tempat seperti itu lagi. Biarkan kamu murahan hanya di depanku,” tambah Revan seraya tertawa dengan suara yang terdengar sangat mengejek. 

Dara mengepalkan tangannya dengan kuat, hanya itu yang bisa Dara lakukan karena dia tidak punya kuasa untuk menghajar balik Revan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status