Accueil / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Menunggu Kabar Perceraianmu

Share

Menunggu Kabar Perceraianmu

last update Dernière mise à jour: 2024-12-23 12:29:25

"A-aku...."

Elena masih diliputi keraguan.

Namun, Karl tidak memberikan gadis itu banyak waktu untuk berpikir. "Terlalu bodoh jika kau tetap bertahan meski sudah diselingkuhi, Elena." Karl menatap wanita itu dengan senyuman penuh arti. "Lagi pula, apa untungnya mempertahankan suami tidak berguna seperti itu? Apa dia bisa menolongmu ketika kau butuh bantuan seperti ini? Atau... kau masih mengharap dapat anak darinya?"

Elena langsung terkesiap. "Tidak." Sisi emosinya kembali bergejolak. "Aku pastikan, aku akan bercerai. Aku juga tidak sudi mengandung anaknya."

Elena duduk di kursi dengan tubuh yang sedikit tegang, menatap tangan-tangannya yang saling menggenggam erat di atas meja. 

Ia sudah menimbang-nimbang cukup lama, bahkan terlalu lama. Keputusannya ini akan mengubah segalanya. Ia mengangkat kepala, menatap Karl yang duduk santai di depannya, wajahnya tetap dingin dan tanpa ekspresi.

"Jadi, bagaimana keputusanmu, Elena?" Karl menyilangkan tangan di dada, pandangannya tajam namun penuh perhitungan.

"Aku... bersedia."

Setelah keheningan sejenak, Elena menghela napas panjang. Ia tahu perasaan yang masih mengganjal di hatinya akan terus ada, terutama setelah malam yang mereka lewati bersama. Namun, ia memutuskan untuk melanjutkan. Restorannya adalah prioritasnya sekarang.

Keputusannya sudah bulat: menerima bantuan dana dari Karl.

"Good," ucap Karl akhirnya, suaranya datar namun tegas. "Itu artinya, restoranmu kini berada di bawah naunganku."

Elena mengerutkan kening, merasa ada yang salah dengan ucapan Karl. "Aku tidak menjual restoranku, Karl. Aku hanya mengajakmu kerja sama, dan—"

"Dan aku berinvestasi sebanyak empat puluh persen di restoranmu," potong Karl dengan nada yang tidak bisa ditawar. Tatapannya tak berubah, dingin dan penuh kontrol. "Itu artinya, aku berkuasa atas restoranmu."

Mata Elena membulat. Ia terperangah mendengar pernyataan Karl yang begitu langsung dan tanpa basa-basi. "Kau... ingin mengintimidasiku, Karl?" tanyanya, suaranya penuh kekhawatiran.

Karl menghela napas panjang, nada jengah terdengar jelas dari caranya mengembuskan udara. 

Ia menggeleng pelan sambil menatap Elena dengan pandangan seperti berbicara pada anak kecil yang sulit memahami sesuatu. "Pikiranmu terlalu pendek, Elena," ucapnya dingin. "Padahal aku hanya ingin membantumu."

"Jangan banyak bicara!" ucap Karl, suaranya penuh nada perintah yang membuat Elena terhenyak. "Segera hubungi pegawaimu untuk mengurus kontrak kerja sama kita, Elena."

Elena menelan ludah, tenggorokannya terasa kering. Mau tak mau, ia harus menuruti Karl. Restorannya kini di ambang kebangkrutan, dan kecurangan salah satu investornya yang kini dalam pengejaran hanya menambah beban pikirannya.

Tangannya dengan cepat mengambil ponsel dari meja. Jari-jarinya sedikit gemetar ketika ia mengetikkan nomor. Saat panggilan tersambung, ia mencoba menjaga suaranya tetap tegas meski hatinya bergetar.

Setelah beberapa detik pembicaraan singkat, Elena menutup panggilan tersebut. Ia menarik napas panjang sebelum menatap Karl lagi. Wajah pria itu tetap dingin dan tak tergoyahkan, seperti batu karang di tengah badai.

"Kontrak akan di-email," kata Elena, mencoba terdengar tegas meski ada nada penuh harap dalam suaranya. "Apa aku bisa memegang janjimu, Karl?"

Karl menatapnya dengan tatapan intens, lalu mengangguk sekali. "Ya," jawabnya dengan tegas. "Kau bisa memegang janjiku."

Karl duduk dengan tenang di sofa ruang kerjanya. Jemarinya bergerak lincah pada layar tab miliknya. 

Ia membuka email yang baru saja masuk dari Maia, asisten Elena, yang berisi perjanjian kerja sama antara restoran Elena dan The Blue Company. Setelah lima belas menit menunggu, semua dokumen akhirnya tersedia.

Ia membaca detail dokumen itu dengan cepat, matanya tak melewatkan satu pun klausul. Namun, sesuatu menarik perhatiannya saat ia memeriksa riwayat perjalanan bisnis Elena yang terlampir. Wajahnya sedikit berubah, tatapan dinginnya kembali mengarah pada Elena yang duduk di seberangnya.

"Jadi, kau sempat bekerja sama dengan Capital Group?" Karl memulai, nada suaranya rendah namun sarat akan konfrontasi. "Dia yang sudah menipumu, sehingga kau sulit percaya padaku?"

Elena menatap Karl, lalu mengangguk pelan. "Apa kau mengenalnya?" tanyanya, suaranya terdengar lelah dan penuh kehati-hatian. Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Tapi, jangan buat masalah. Biarkan saja dia membawa kabur uang kami. Aku sudah tidak ingin memikirkannya."

Karl menyunggingkan senyum tipis, senyum yang membuat Elena tak bisa menebak apa yang ada di balik pikirannya. "Dia penipu ulung," katanya sambil meletakkan tab di meja. "Perusahaanku sempat tertipu olehnya. Tapi, gagal."

Tatapan Karl semakin tajam, menusuk langsung ke arah Elena. "Lain kali hati-hati. Laporkan semua aktivitas padaku, Elena. Jangan sampai ada yang terlewat sedikit pun," ucapnya tegas, seperti sebuah perintah mutlak.

Elena hanya bisa mengangguk, menyadari bahwa ia kini berada dalam kendali Karl. Pria itu adalah satu-satunya orang yang bisa membantunya keluar dari krisis ini, meskipun harga yang harus dibayarnya terasa berat.

Setelah beberapa detik hening, Elena berdiri dari kursinya, wajahnya menunjukkan kelelahan yang teramat sangat. "Kalau begitu, aku pamit pulang," katanya pelan. "Aku... aku sedikit lelah."

Namun, ketika ia hendak melangkah pergi, sebuah tangan kokoh menahan pergelangan tangannya. Elena terhenti, terpaksa menoleh ke arah Karl.

Mata Karl menatapnya dalam, seperti hendak mencengkeram jiwanya. "Dan aku menunggu kabar perceraianmu dengan pria gila itu.”

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (12)
goodnovel comment avatar
Lala Khanafi
obsesed bgt sii ini mah wkwkwk
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
gaas tinggalin tukang selingkuh sperti gio itu
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
elena ragu2 karrna pernah tertipu too,tapi tetep ahrus hati2 sih biar karl sekarang mengulurkan tangan dg senang hati tapi takut aja dia manfaatin kesempatan dlm kesempitan
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status