Share

Terjerat Obsesi Kakak Ipar
Terjerat Obsesi Kakak Ipar
Author: Strawberry

Malam Anniversary

Author: Strawberry
last update Huling Na-update: 2025-07-09 15:56:22

Isabella Ricci menatap lembut cincin kawin di jarinya, tiga tahun berlalu sejak ia mengucapkan "Aku mau" pada Matteo Ruzzo. Tapi kebahagiaan pernikahan mereka terusik oleh desakan orang tua Matteo untuk mendapatkan penerus garis keturunan di keluarga Ruzzo.

"Keluarga Ruzzo membutuhkan keturunan!" ucap Tuan Riccardo Ruzzo sang ayah mertua.

Yang tidak mereka tahu—Matteo menyimpan rahasia besar.

Malam ini seharusnya menjadi malam istimewa - malam perayaan tiga tahun pernikahan mereka yang penuh cinta. Tiga tahun yang seharusnya dirayakan dengan anggur terbaik dan tawa bahagia, dengan kenangan manis yang mereka ciptakan berdua. Tiga tahun yang semestinya menjadi bukti cinta yang semakin matang, dirayakan dalam pelukan hangat dan bisikan mesra.

Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Bukannya merayakan cinta, malam ini justru menjadi pengkhianatan terkejam dalam tiga tahun pernikahan mereka. Anggur yang seharusnya manis berubah menjadi racun, pelukan yang seharusnya hangat berubah menjadi jeratan, dan kamar tidur mereka yang biasanya menjadi tempat bercinta justru berubah menjadi ruang penyiksaan.

Isabella meneguk anggur terakhirnya, lidahnya menyentuh aftertaste yang aneh—manis, tapi ada sesuatu yang asing.

Perasaan Isabella sudah tidak nyaman dari awal saat Matteo mengatakan akan membuat pesta perayaan anniversary pernikahan mereka yang ketiga di rumah, biasanya cukup dirayakan dengan makan malam di restaurant, berdua. Diakhiri dengan check in di hotel dengan vibe honeymoon.

Tidak yakin dengan lidahnya sendiri, Isabella mencoba menenggak tetesan terakhir anggur yang ada di tangannya. Anggur itu terasa aneh di lidah—terlalu manis, terlalu tajam. Isabella mengerutkan kening,

Matteo mengamatinya dari balik gelasnya sendiri, jari-jarinya mengetuk bibir kristal dengan ritme gugup.

"Kau baik-baik saja, sayang?" suaranya terlalu datar.

Kepala Isabella mulai ringan. Ruangan berputar perlahan, suara tamu memudar jadi dengung. Ini tidak normal.

Dia mencoba berdiri, tapi lututnya gemetar. Matteo segera menahannya, tangannya mencengkeram terlalu kencang.

"Leonardo," bisik Matteo pada seseorang di belakangnya, "Sekarang."

Lelaki tinggi dengan mata hijau seperti hutan itu muncul—Leonardo. Isabella mengenalinya, karena dia adalah kakak angkat Matteo. Tapi malam ini, ada sesuatu yang gelap dalam tatapannya.

"Jangan sentuh aku—!" Isabella ingin berteriak, tapi suaranya hanya keluar sebagai desahan pendek.

Leonardo mengangkatnya dengan mudah, seolah dia hanya boneka kain. "Tenang, Bella," napasnya panas di telinganya, "Kau akan menikmati ini."

Dia membawanya ke kamar tidur—kamar yang biasa ia bagi dengan Matteo.

Pintu terkunci.

Dengan kekuatan yang tersisa dia meronta, Leonardo menurunkan Isabella di sofa.

"LARI!" naluri Isabella berteriak.

Dengan sisa tenaga, ia mendorong Leonardo. Kakinya seperti dijejali kapas, tapi ia terus berlari.

Ia membanting pintu kamar mandi, mengunci—tidak! Kuncinya rusak!

Leonardo mendobrak masuk.

Isabella mengambil pisau cukur dari wastafel. "Mendekat dan kukiris lehermu!" teriaknya, tapi suaranya pecah.

Leonardo menghela napas. "Kau bahkan tidak bisa memegangnya lurus," bisiknya sedih, dengan mudah melucuti pisau itu.

Isabella mencoba melawan, tapi obat itu membuat gerakannya lamban, seperti berenang di madu. Ia mengangkat Isabella yang kini lemah seperti boneka kain. Leonardo menidurkannya di kasur, jemarinya menelusuri lekuk tubuhnya dengan familiaritas yang menakutkan.

"Matteo—!" Isabella memanggil suaminya, tapi yang terdengar hanya ketukan di jendela—Matteo mengawasi dari balik tirai, wajahnya kosong.

Air mata Isabella luruh tanpa perintah, ini hari peringatan pernikahan mereka yang ketiga dan Matteo mengumpankan tubuhnya ke saudara angkatnya. Dia itu lelaki atau binatang?.

"Tidak... tidak..." Isabella merintih ketika punggungnya menyentuh kasur karena kulitnya kini terasa jauh lebih sensitif.

Kulitnya mungkin terasa lebih sensitif terhadap sentuhan, dan setiap gesekan kain atau embusan angin seolah memperkuat. Sebuah dorongan kuat, hampir primitif, mulai bergelora di dalam dirinya, menarik perhatiannya dari sekitarnya dan memfokuskannya pada sensasi internal yang kini menguasai dirinya.

“Jangan, Leo……”rintihnya saat tubuhnya bergetar hebat mendapatkan sentuhan lembut di garis rahangnya oleh jemari Leonardo.

Leonardo mengepungnya, kedua tangannya mengurung kepalanya. "Aku janji akan bersikap lembut," bisiknya, tapi matanya gelap.

Leonardo membungkuk, bibirnya hampir menyentuh kulitnya. "Dia yang memintaku melakukan ini, Bella. Dia lebih memilih kebohongan daripada kehilanganmu."

Air mata panas mengalir di pelipis Isabella.

Isabella ingin menolak merontah namun dia merasakan getaran samar di bawah kulitnya, getaran itu dengan cepat berubah menjadi kehangatan yang menjalar, bukan seperti demam, melainkan lebih mirip rasa hangat yang merambat dari dalam, mulai dari perutnya dan perlahan menyebar ke seluruh anggota tubuhnya.

Napasnya mulai terasa lebih cepat, dangkal, dan sedikit tersengal, seolah-olah ia baru saja berlari sprint padahal ia hanya duduk diam. Detak jantungnya berpacu, setiap denyutan terasa menumbuk dinding dadanya, lebih keras dan lebih cepat dari biasanya. Ia bisa merasakannya di telinganya, di lehernya, bahkan di ujung jarinya—sebuah ritme yang mendesak, penuh energi.

Dan di saat Leonardo mulai mengabsen semua bagian tubuhnya, yang tubuh Isabella rasakan bertolak belakang dengan logikanya. Dia ingin Leonardo memperlakukannya lebih dari itu.

‘Ini pengkhianatan.’ rintihnya.

Tapi yang lebih menyakitkan—tubuhnya mulai merespons sentuhan Leonardo.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
LilyAnnie
wah gila 🥹
goodnovel comment avatar
Miss Zuhro
bikin penasaran banget nih. Baca lagi nextnya....
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Apakah Cinta Kita Bisa Selamat?

    Panggilan itu masih terngiang-ngiang di telinganya, menghantui setiap langkahnya. Suara Leonardo yang parau, sarat dengan kerinduan yang begitu dalam, seakan mencengkeram jiwanya. "Aku sangat merindukanmu, Isabella. Pulanglah." Kalimat itu yang membuatnya meninggalkan segalanya dan memacu mobilnya dengan cepat menuju Villa.Jantungnya berdebar penuh harap, membayangkan senyum lemahnya, pelukan hangatnya yang selama ini menjadi pelabuhan teramannya. Namun, saat dia membuka pintu Villa, sunyi yang menusuk menyambutnya. Rumah itu terasa kosong, hampa, dan dingin bagai kuburan."Leo?" panggilnya, suaranya gemetar menggema di lorong-lorong megah. "Leonardo?"Tidak ada jawaban. Hanya detak jam dinding yang berdetak keras bagai genderang peringatan di kepalanya. Rasa takut yang irasional mulai merayap, menyelimuti hatinya dengan es. Pikirannya langsung melesat ke skenario terburuk—kesehatannya yang masih rapuh, kecelakaan yang mungkin terjadi, atau... atau sesuatu yang lebih mengerikan.Tiba

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Bold

    Hari ini Isabella meninggalkan Leonardo di villa. Pertemuannya dengan Contessa, yang datang mewakili suaminya, terasa berbeda dari biasanya. Ada sesuatu yang mengambang di udara—sesuatu yang tidak sepenuhnya nyaman. Perempuan bangsawan itu kini tampak lebih sibuk, matanya lebih awas, seolah setiap gerak Isabella pantas dicermati. Mungkin karena Contessa tahu, diam-diam suaminya masih menyimpan perasaan pada Isabella. Dan jika orang cukup jeli, mereka akan melihat bahwa Contessa seperti berusaha meniru gaya Isabella, sedikit demi sedikit.Semua karena Damiano. Suaminya itu masih menyimpan gambar Isabella di tempat yang hanya dia sendiri yang tahu. Dan Leonardo, lelaki yang pernah dia cintai, ternyata juga tergila-gila pada Isabella. Contessa masih belum mengerti—mengapa kedua lelaki penting dalam hidupnya itu sama-sama terpikat olehnya? Apa istimewanya Isabella? Kalau dipikir-pikir, dia sendiri tidak kalah cantik. Tapi mungkin bukan soal cantik saja.Isabella datang dengan setelan hit

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Destroy The Enemi

    Udara pagi di Tuscany terasa berat bagi Isabella. Dinding-dinding rumah sakit dan bayangan Matteo yang masih berkeliaran terasa seperti sangkar. Setelah beberapa hari memastikan kondisi Leonardo stabil, ia mendesak dokter untuk mengizinkan mereka pulang. Argumennya logis: udara segar Danau Como akan lebih mempercepat penyembuhan Leonardo. Dokter akhirnya luluh, dan izin pun diberikan.Luca, yang setia mengawal, melaporkan bahwa persiapan jet pribadi dan dokumen kepulangan sudah lengkap. "Matteo masih menghilang bagai ditelan bumi," lapor Luca, "Tapi beberapa polisi yang disuapnya sudah kami amankan. Mereka akan menjadi saksi kunci."Leonardo, yang sudah mampu duduk tegak, menghela napas. "Dia akan terus bersembunyi. Dia tidak akan berani muncul selama ayahnya, Riccardo, masih terpojok. Ayah dan anak itu sama saja: pemberani hanya ketika berkuasa, pengecut ketika jatuh."Isabella menyimpan dokumen terakhir ke dalam koper dengan gerakan mantap. "Justru itulah keuntungan kita, Leo. Denga

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Berita Bahagia Di Tengah Kekacauan

    Isabella membeku, darahnya seakan berhenti mengalir. Matteo, mantan suaminya yang seharusnya masih mendekam di penjara, sekarang berdiri di hadapannya dengan senyum getir dan mata penuh kebencian."Luar biasa, bukan?" Matteo melangkah mendekat, tangannya dengan lihai memainkan pisau yang berkilat di cahaya redup. "Uang dapat membeli banyak hal, Isabella—termasuk kebebasan diam-diam dan rekayasa berita yang meyakinkan semua orang bahwa aku masih berada di balik jeruji."Leonardo mendesis kesakitan saat mencoba bergerak melindungi Isabella. "Kau membayar sipir penjara," ujarnya dengan suara terengah, menyadari betapa liciknya musuhnya."Tepat sekali," sahut Matteo dengan bangga. "Dan sekarang, aku akan mengambil segala sesuatu yang telah kau curi dariku."Isabella masih tidak percaya. "Kami tidak mencuri apa pun darimu, Matteo! Hubungan kita telah berakhir—""Tambang marmer ini seharusnya menjadi milikku!" Matteo membentak, wajahnya memerah. "Villa, bisnis, dan kau—semuanya adalah milik

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Petunjuk Di Tuscany

    Andrea menatap Luca lagi, mencari konfirmasi. Luca mengangguk mantap. "Dia bisa dipercaya, Andrea. Leo sendiri yang akan memastikan itu jika dia ada di sini."Setelah beberapa detik merenung, Andrea akhirnya menghela napas. "Baiklah. Ikuti saya."Dia mengeluarkan kartu akses dari saku dalam jaketnya dan memimpin mereka menuju lift khusus di ujung koridor. Saat lift turun ke kedalaman tambang, Isabella bisa merasakan tekanan udara yang berubah. Dinginnya mulai merambat melalui lapisan pakaiannya."Gudang ini," jelas Andrea sambil menunjuk ke lorong yang terang benderang di depan mereka, "menyimpan marmer kualitas tertinggi dan beberapa... aset penting lainnya."Isabella memperhatikan kamera keamanan di setiap sudut dan sensor gerak di sepanjang langit-langit. "Sepertinya

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Perjalanan Di Tuscany

    Isabella menjalani hari-harinya dengan ketegaran yang membuat banyak orang terpana. Di balik senyum tenangnya, ada api yang terus menyala—keyakinan tak tergoyahkan bahwa Leonardo masih hidup.Suatu pagi, di apartemen mewahnya yang kini dijaga ketat, Isabella berbicara serius dengan Luca."Aku butuh bodyguard terlatih," ujarnya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja marmer.Luca menghela napas, lalu tersenyum kecil. "Kalau begitu, izinkan aku yang menjagamu."Isabella mengerutkan kening. "Aku tidak enak hati. Kau sahabat Leonardo, bukan pengawal bayaran.""Keselamatanmu sekarang menjadi tanggung jawabku," jawab Luca tegas. "Jika Leo tahu aku tidak peduli, aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri."

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status