Share

Monster

Penulis: Strawberry
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-09 15:59:16

Mobil Mercedes hitam itu masih bergetar di pinggir jalan, mesin menyala seperti amarah Matteo yang belum mereda.

"Aku tidak akan melakukannya lagi!" Isabella membanting pintu mobil, berjalan cepat ke arah pintu utama rumah mereka yang lebih tepat disebut istana. Angin sore menerbangkan rambutnya yang terurai.

Isabella langsung berjalan cepat ke arah tangga. Kakinya masih gemetar sejak pertengkaran di rumah sakit, tapi kemarahannya yang membuatnya terus bergerak.

Matteo mengejarnya, menarik lengan Isabella dengan kasar. "Kau pikir ini pilihan?!"

"Ini BUKAN pernikahan, Matteo! Ini—ini transaksi prostitusi!" teriak Isabella, suaranya pecah. Beberapa orang di sekitar mulai menoleh.

Matteo menurunkan volume suaranya, tapi nadanya lebih berbahaya. "Kau mau hidup seperti apa? Miskin? Terbuang? Lupakan saja karier desainermu yang mentok itu!"

Isabella tersentak. Dia menggunakan impianku sebagai senjata.

"Aku lebih memilih miskin daripada jadi pelacur untuk suamiku sendiri!"

"Bella! Kita belum selesai bicara!" Matteo mengejar, menarik pergelangan tangan istrinya di depan pintu kamar tidur.

Isabella memutar badan, matanya menyala. "Apa lagi yang perlu dibicarakan? Kau sudah mendengar dokter—"

"Dokter itu idiot!" Matteo mendorong Isabella masuk ke kamar, menutup pintu dengan keras. "Keluarga Ruzzo tidak butuh alasan medis. Yang kita butuhkan adalah hasil. SEKARANG."

Tiba-tiba, sebuah motor Harley Davidson terdengar dari luar, halaman rumah mereka. Suara mesinnya menghentikan pertengkaran.

Suara langkah berat terdengar di lorong.

Leonardo muncul di ambang pintu, bersandar di bingkai kayu dengan sikap santai yang menipu. Dia memakai kaus hitam lengan panjang yang menempel di setiap otot tubuhnya, celana jeans yang mempertegas bentuk kakinya yang panjang.

"Ruang tamu lebih nyaman untuk berdebat," ujarnya, suaranya seperti velvet yang dibalur es.

Isabella tidak bisa mengalihkan pandangan. Leonardo hari ini memakai kaus hitam ketat yang memperlihatkan setiap otot di tubuhnya, celana jeans robek di lutut, dan sepatu boots kulit—seperti bintang rock yang baru turun dari panggung. Tidak menunjukkan sama sekali kalau dia seorang CEO sebuah perusahaan cyber  internasional.

Tubuhnya bereaksi lagi.

Bahkan tanpa obat.

"Leo, tepat waktu," Matteo menyambut dengan dingin. "Aku sudah bicara pada Isabella. Dia butuh... persuasi."

Leonardo melangkah mendekat, setiap langkahnya seperti panther mengintai mangsa. Isabella mundur tanpa sadar, sampai punggungnya menabrak pohon.

"Mau kubujuk pakai kata-kata..." bisik Leonardo, tangannya menempel di batang pohon di samping kepala Isabella, "...atau dengan cara lain?"

Napas Isabella tersengal. Bau nya—kayu sandalwood dan sedikit asap—membuat pikirannya berkabut.

Tapi kemudian—

"TOLONG!" Isabella mendorong Leonardo dengan sekuat tenaga. "Kalian berdua gila! Ini tidak manusiawi!"

Leonardo tertawa pendek. "Manusiawi? Keluarga Ruzzo tidak mengenal kata itu, Bella."

Isabella berdiri di sebelah kursi makan marmer, tangannya mencengkeram sandaran kursi sampai buku-buku jarinya memutih.

"Aku tidak akan melakukannya lagi. Titik."

Matteo melemparkan gelas anggur ke dinding. Kristal pecah berhamburan seperti air matanya yang palsu. "Kau pikir ini soal pilihan? Ini tentang kelangsungan keluarga!"

Leonardo mengisi gelasnya sendiri, meminum anggur merah perlahan seolah menonton pertunjukan teater.

"Kalian berdua sakit!" Isabella menuding mereka bergantian. "Selama ini aku sudah menjadi istri yang setia selama tiga tahun! Dan ini yang kudapat? Disuruh jadi pelacur untuk menyelamatkan 'nama baik' keluarga?"

Leonardo tiba-tiba tertawa—suara pendek yang membuat bulu kuduk Isabella berdiri.

"Kau lucu, Bella," ujarnya sambil memutar gelas di tangannya. "Kau masih bicara tentang moralitas? Di keularga Ruzzo, yang kita hormati adalah hasil, bukan proses."

Matteo menatap kakak angkatnya dengan bingung.

Leonardo berdiri, perlahan mendekati Isabella. "Kau mau tetap jadi Nyonya Ruzzo? Mau anakmu mewarisi segalanya? Maka lakukan apa yang diperlukan." Dia membelakangi Matteo, menatap Isabella dengan intens. "Tapi kau harus memutuskan sekarang. Karena besok mungkin sudah terlambat."

Isabella menggigit bibir sampai berdarah. "Apa maksudmu?"

Leonardo mengeluarkan telepon, menunjukkan foto—Isabella dan Leonardo di kamar tidur seminggu lalu, diambil dari sudut tersembunyi.

“A-apa ini, Leo? Ini gila! Kamu gak seharusnya ambil ini!”

Leonardo menyeringai, “Kamu benar, aku hanya simpan ini sebagai dokumentasi, suamimu yang ambil.  Dan aku yang memintanya. Karena aku ingin ini juga menjadi bukti kalau aku memiliki andil dalam kehamilanmu”

Leonardo meletakkan telepon di meja. "Pilihan ada padamu, Bella. Tapi ingat—" Matanya yang hijau itu berkilat licik. "—keluarga Ruzzo tidak pernah kalah."

Isabella melihat ke dua lelaki itu—suaminya yang tampak dingin dan tak peduli, dan saudara angkatnya yang dingin seperti ular namun memikat dalam waktu bersamaan..

Dengan gerakan cepat, ia mengambil vas bunga kristal dan menghancurkannya ke lantai.

"KALIAN MONSTER!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
LilyAnnie
gila sih kakak adek ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Bukti Hidup

    Pintu gudang berderit keras saat Matteo mendorongnya dengan kasar. Sorot matanya liar, mencari sosok yang telah menghancurkan hidupnya. Dan di sana, persis di tengah ruangan yang diterangi cahaya bulan, Leonardo berdiri tegak. Tenang. Terlalu tenang."Leonardo!" sergah Matteo, suaranya parau. "Kau pikir kau bisa main hakim sendiri? Menculik Naomi? Kau sama brengseknya denganku!"Leonardo tak bergerak. Hanya matanya yang menyipit, mengamati setiap detail penampilan Matteo yang compang-camping."Kau tahu, Leonardo," Matteo melangkah mendekat, senyum sinis terukir di wajahnya yang dipenuhi janggut pirang tak terurus. "Dari dulu aku selalu jijik melihatmu. Berlagak suci, tapi ternyata sama bejatnya. Merebut istri orang—"Bug!Tidak ada peringatan. Tidak ada kata-kata balasan. Hanya sebuah pukulan keras yang menghunjam tepat di pipi Matteo. Begitu kuatnya sampai Matteo terhuyung mundur, menabrak tumpukan karang kosong."Dasar—!" Matteo mencoba membalas, tapi Leonardo sudah terlalu cepat.B

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   The Truth

    Serangan balik Isabella dan Leonardo bagaikan badai yang membelah langit. Opini publik pun terbelah, masing-masing dengan narasinya sendiri.Ini memang tujuan Isabella. Dia bukan mencari dukungan penuh tapi memecah. KUBUH SKEPTIS & CUEK:"Lagi, lagi. Orang kaya berantem." Komentar ini mewakili kelompok yang lelah dengan drama elite. Bagi mereka, ini sekadar sinetron berbiaya tinggi yang tak ada hubungannya dengan hidup mereka. Mereka membaca headline, menggeleng, lalu melanjutkan aktivitas. "Buat apa peduli? Yang penting harga sembako turun." Mereka adalah penonton pasif yang jumlahnya tak sedikit. PASUKAN PEMBELA ISABELLA: #KuatSepertiBelleKelompok inilah yang suaranya paling lantang. Terdiri dari para penyintas kekerasan, profesional muda yang menghargai kerja keras, dan masyarakat yang terinspirasi oleh ketangguhannya.Mereka adalah masyarakat yang selama ini mengikuti perkembangan kegiatan La Belle lama dalam kegiatan-kegiatan charity juga yang menerima manfaat dari donasi dan

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Drama Penculikan

    Malam itu, kediaman Matteo yang mewah terasa seperti penjara berlapis marmer. Dia mondar-mandir di ruang kerjanya, gelas wiski di tangannya tak lagi membawa kehangatan, hanya menambah getar di ujung jarinya. Telepon di meksa berdering, memecah kesunyian yang mencekik.Suara orang kepercayaan Theodore Fia di seberang sana, berbisik tergesa-gesa, penuh tekanan. "Matteo... ada perkembangan buruk. Naomi... dia hilang."Gelas di tangan Matteo pecah berantakan di lantai, isinya membasahi karpet mahal. Wajahnya yang biasanya tampan, mendadak pucat bagai kain kafan. "Apa? Hilang? Apa maksudmu hilang?" desaknya, suaranya serak."Beberapa orang tak dikenal menyergapnya di parkiran bawah tanah, tepat setelah pertemuannya dengan Theodore. Mereka membawanya pergi. Cepat dan bersih.""Tidak mungkin..." Matteo terisak, tubuhnya limbung. Seluruh strategi, semua rencana licik yang telah mereka rajut berbulan-bulan, runtuh seketika. Naomi. Dia bukan sekadar sekutu. Dialah otak di balik setiap gerakan,

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Perlawanan Isabella

    Sementara itu, di balik layar, Cassandra aktif. Dia dengan licik menyusun "bukti" untuk mendukung serangannya:Foto-Foto yang Dimanipulasi: Dia membocorkan foto lama Isabella saat sedang terlihat lesu atau sedih, dikirim ke media dengan caption yang menyudutkan, seperti "Isabella terlihat tidak stabil di sebuah acara amal, sebelum akhirnya pulang lebih cepat."Rekaman Suara Palsu: Sebuah rekaman suara samar yang di-edit diedarkan, di mana suara yang mirip Isabella terdengar berteriak histeris. Rekaman itu pendek dan tidak jelas konteksnya, tetapi cukup untuk menciptakan keraguan."Saksi Ahli" Bayaran: Naomi, melalui koneksi Theodore Fia, menyewa seorang psikolog yang tidak bermoral untuk memberikan pernyataan umum kepada media tentang "betapa umumnya pasien PTSD bisa memiliki memori palsu (false memory) yang terasa sangat nyata."Sebenarnya sangat mudah memecahkan bukti-bukti palsu seperti ini, namun jika langsung dilakukan pembalasan rasanya mereka tidak akan mendapatkan efek jerah.

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Peluk Aku

    "Dan aku," timpal Leonardo, "memilih untuk berdiri di sisi Isabella. Bukan sebagai 'pebinor', tapi sebagai pria yang telah menemukan belahan jiwanya dalam cara yang paling tidak terduga. Kami membangun hubungan kami dari puing-puing pengkhianatan, dan kami tidak malu akan itu."Video itu diakhiri dengan mereka berdua berpegangan tangan. "Kami menceritakan ini bukan untuk simpati," kata Isabella tegas. "Tapi sebagai peringatan untuk Matteo dan Naomi, juga siapa pun di belakang mereka. Kami tidak akan lari lagi. Kami akan melawan dengan kebenaran."Tak lama setelah video dirilis, gemparlah media sosial. Benar, ada yang mencibir, menyebut hubungan mereka tidak suci. Tapi jauh lebih banyak suara yang mendukung, terharu dengan kejujuran dan keteguhan mereka.Sementara itu, di sebuah apartemen mewah, Matteo membanting gelasnya ke dinding. "Berani sekali mereka! Mereka pamer!"Naomi yang berdiri di dekat jendela memandangnya dengan dingin. "Tenang, Matteo. Emosi tidak akan menyelesaikan masa

  • Terjerat Obsesi Kakak Ipar   Clue

    “Matteo!” teriak Isabella keras-keras, membuat Leonardo menoleh dengan cepat.“Ada apa? Kenapa kau sebut namanya?” tanya Leonardo mendekati istrinya.Isabella berdiri dan menarik tangan Leonardo, menuntunnya ke setumpuk dokumen yang membuktikan identitas asli Cassandra sebagai Suzan. Alamat rumah, agensi, hingga klinik operasi plastik—semuanya mengarah ke satu nama: Naomi.“Naomi?” ucap Leonardo, seolah mengais ingatan.“Naomi. Ingat, model teman sekolah kita yang dulu juga selingkuhan Matteo,” Isabella mengingatkan.“Ya… aku ingat, Belle,” gumam Leonardo sambil mengangguk.“Aku yakin dia bekerja sama dengan Matteo. Musuh kita tetaplah dia. Matteo. Dia pasti sangat marah, bukan hanya karena uangnya yang hilang, tapi juga harga dirinya yang tercabik,” jelas Isabella dengan semangat berapi-api.“Belle, Sayang… aku masih belum sepenuhnya paham.”“Suzan adalah sepupu Naomi. Dan kebetulan, Naomi juga sudah lama membenciku karena mengira aku selalu lebih beruntung darinya. Padahal…” Isabell

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status