Beranda / Romansa / Terjerat Obsesi Mantan Suami / 5. Aku Ingin Punya Mama

Share

5. Aku Ingin Punya Mama

Penulis: Merspenstory
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-04 15:46:10

Dewandra masih terus memikirkan pertemuannya dengan Kikan tadi malam. Dan bagaimana wanita itu bersikeras jika mereka tidak saling kenal benar-benar mengganggu pikirannya. Terlebih lagi sekarang wanita itu bekerja di kelab malam, Dewandra merasa Kikan sungguh keterlaluan.

“Apa benar aku salah mengenali orang? Tapi aku sangat yakin jika wanita itu adalah Kikan! Bagaimana bisa aku tidak mengenalinya meski sekian tahun telah berlalu. Ini tidak benar, aku harus mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.”

Dewandra atau yang lebih sering dipanggil Dewa itu segera meraih ponselnya untuk menghubungi sekretarisnya. Dewa perlu tahu yang sebenarnya terjadi, maka dari itu ia ingin sekretarisnya itu mencari tahu apa yang terjadi dengan Kikan si mantan istrinya itu.

Tidak perlu waktu lama hingga panggilan Dewa bersama sekretarisnya berhasil tersambung. Terdengar suara sang sekretaris yang masih sangat mengantuk di seberang telepon.

“Halo, Pak Dewa?” sapa Chiko dengan suara mengantuknya.

Dewa membetulkan posisinya duduk bersandar di sofa. Pria itu lantas memberi tahu tujuannya menghubungi Chiko sepagi ini karena ingin meminta pria itu menyelidiki seseorang untuknya.

“Aku ingin kamu mencari tahu tentang seseorang. Nanti kukirimkan detailnya melalui pesan.”

Di seberang telepon, Chiko yang saat ini masih berada di bawah selimutnya menjawab, “Baik, Pak. Saya akan mencari informasinya seperti yang Anda minta.”

“Saya ingin kamu menyerahkan laporannya dalam dua hari. Pastikan untuk mencari tahu sampai informasi mendalam sekalipun. Termasuk dengan siapa dia tinggal, apa yang dia kerjakan, siapa yang dia temui beberapa tahun terakhir. Kamu harus menyertakan semua hal itu dalam laporannya nanti.”

“Baik, Pak. Saya akan melakukan seperti yang diperintahkan dan menyerahkan laporannya dalam dua hari.”

“Oke, kalau begitu selamat berakhir pekan,” kata Dewa kemudian mengakhiri panggilan sepihak.

Sekarang sudah pukul delapan pagi dan seharusnya sekarang Dewa berada di kediaman ayahnya untuk menjemput Rosetta. Pria itu sudah berjanji untuk menjemput putrinya pagi-pagi sekali lalu mengajaknya berlari pagi. Namun yang dilakukan Dewa hanyalah duduk termenung di ruang tengah sembari memikirkan Kikan si mantan istrinya itu.

Kikan benar-benar telah sukses mengacaukan pikiran Dewa sejak pertemuan mereka tadi malam. Selain karena paras Kikan yang begitu cantik. Juga karena beberapa faktor lain yang membuat Dewa tidak bisa membuang Kikan dari dalam pikirannya.

Drrttt...

Sebuah panggilan masuk dari Rosetta membuat ponsel milik Dewa bergetar. Dengan cepat pria itu menjawab panggilan dari putrinya dan suara Rosetta yang mengomel langsung menyambut kedua telinganya.

“Papa! Kenapa belum jemput Tata? Dari tadi Tata tungguin, janjinya jemput pagi-pagi biar bisa lari pagi. Sekarang sudah kesiangan!”

Dewa refleks menjauhkan ponsel dari telinga saat putrinya sedikit berteriak di akhir kalimat. Sial! Gara-gara memikirkan Kikan, Dewa jadi melupakan janjinya untuk menjemput Rosetta pagi ini.

“Maafin Papa, Sayang. Papa tadi ada urusan mendesak, sekarang Papa jemput kamu ya.”

Dewa segera beranjak dari duduknya. Ia terpaksa membohongi putrinya dengan mengatakan ada urusan mendesak. Dewa tidak ingin Rosetta merasa kecewa jika tahu kalau sebenarnya ia lupa menjemput putri kecilnya itu.

“Nggak usah, sudah terlambat! Sekarang Tata udah di jalan sama Kakek.” Gadis kecil bermata indah itu menjawab dengan nada yang terdengar kesal.

Dewa langsung menghela napas pelan. Gawat gawat. Rosetta pasti merajuk karena ulahnya.

“Ya sudah, kalau gitu Papa tunggu di rumah ya. Jangan marah dong.” Dewa melembutkan suara. Memohon kepada putrinya untuk tidak marah lagi kepadanya.

Terdengar gumaman panjang di seberang telepon. Rosetta yang saat ini duduk di samping kakeknya melirik dengan seringai nakal. Gadis kecil itu sepakat untuk mengerjai ayahnya bersama sang kakek.

“Oke, Tata maafin Papa. Tapi dengan satu syarat ....”

“Hmmm, syarat ya? Coba Papa dengar dulu apa syaratnya?” Dewa tahu persis pikiran putrinya jika sudah menyebutkan kata ‘syarat’ seperti ini. Rosetta pasti akan menyebutkan syarat yang tidak masuk akal atau sesuatu yang mungkin sulit untuk Dewa penuhi.

“Syaratnya adalah ... Tata nggak akan kasih tahu di telepon! Nanti kalau Tata sudah sampai rumah, Tata kasih tahu apa syaratnya,” sahut gadis kecil itu sembari cekikikan.

Dewa bergumam pelan. “Ya sudah,” balasnya dengan suara lembut.

Tidak lama setelah itu, samar-samar Dewa mendengar suara putrinya memasuki indra pendengaran. Bukan berasal dari telepon. Tetapi suara Rosetta menggema dari arah ruang tamu.

Dengan cepat Dewa menjauhkan ponselnya dan menatap ke arah di mana suara putrinya berasal. Dan benar saja, tepat detik berikutnya anak kecil bernama Rosetta itu tiba-tiba muncul berlari ke arahnya. Dewa pun refleks melepar ponselnya ke atas sofa agar bisa merentangkan kedua tangan untuk menyambut putrinya dengan sebuah pelukan.

“Papa pikir kalian masih di jalan ke mari. Ternyata ....” Dewa memeluk gemas putrinya lalu menghujani pipinya dengan sebuah kecupan.

Senyuman Rosetta mengembang sempurna. Pelukannya pada sang ayah tak kalah erat. Nyatanya menginap selama dua hari satu malam di rumah kakeknya membuat Rosetta sangat merindukan papanya itu.

Di tengah keduanya yang sedang asyik berpelukan, kedatangan Pak Handi—ayah Dewa—membuat Dewa mengurai pelukan. Jarang-jarang ayahnya itu mau datang ke mari. Dewa pun langsung menyapa ayahnya lalu mempersilakan pria tua itu untuk duduk di sofa.

Pak Handi mengangguk setuju bersamaan dengan tungkainya yang melangkah menuju sofa. Lalu memposisikan dirinya tepat di samping cucu kesayangannya—Rosetta.

“Ayah ingin minum apa?” tanya Dewa saat menatap ayahnya.

Pak Handi menggelengkan kepala. “Tidak perlu repot-repot. Ayah di sini hanya sebentar,” sahutnya lalu menoleh ke samping menatap cucunya. Lihat saja senyumnya yang lebar itu, Pak Handi benar-benar menyayangi Rosetta.

Karena ayahnya mengatakan tidak ingin minum, maka Dewa pun memutuskan untuk bergabung dengan kedua orang itu duduk di sofa. Namun Dewa tidak duduk di sofa yang sama, pria itu duduk di sofa satunya. Kedua matanya senantiasa menatap sang ayah yang sedang mengajak putrinya bicara. Dewa tersenyum simpul, merasa senang melihat reaksi antara Rosetta bersama Pak Handi yang terlihat saling menyayangi satu sama lain.

“Kalau begitu, Kakek pulang dulu ya. Kakek ada urusan yang harus segera diselesaikan. Nanti minggu depan kita main bersama lagi, oke?” Pak Handi mengulurkan tangan untuk mengusap pucuk kepala cucu perempuannya. Senyumannya kian melebar hingga membuat kedua matanya sedikit menyipit.

Rosetta mengangguk dengan penuh semangat. Bocah perempuan itu tersenyum lebar menatap kakeknya yang berpamitan.

“Baik, Kek!” seru Rosetta.

Pak Handi segera beranjak dari duduknya. “Tidak perlu mengantar,” ucapnya saat melihat Dewa bersiap beranjak untuk mengantarnya ke depan.

Apa boleh buat? Dewa pun kembali memposisikan diri di atas sofa sebab sang ayah melarang dirinya untuk mengantarkan sampai ke depan.

“Papa!” panggil Rosetta, terlihat bersemangat.

“Ada apa, Sayang?” sahut Dewa dengan seulas senyuman.

“Tata mau kasih tahu syarat yang kita bahas di telepon,” ujarnya. Dan seketika perasaan Dewa langsung berubah tidak nyaman mendengarnya.

“Oke, jadi apa syaratnya? Kamu menginginkan apa? Mainan? Buku baru? Atau—”

Belum sempat Dewa menyelesaikan kalimatnya, Rosetta memotongnya dengan tidak sabar.

“Tata ingin punya Mama!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   43. Hari yang Baru, Cinta yang Sama

    Kikan berdiri di dapur, masih mengenakan piyamanya, sibuk menyiapkan sarapan. Aroma kopi yang baru diseduh bercampur dengan wangi roti panggang memenuhi ruangan. Ia tersenyum puas melihat meja yang kini sudah tertata rapi—segelas kopi untuk Dewandra, segelas susu untuk Rosetta, dan piring berisi omelet serta roti panggang.Langkah kaki terdengar mendekat, dan tak lama kemudian, sepasang lengan melingkari pinggangnya dari belakang.“Rajin sekali,” bisik Dewandra di dekat telinganya, suaranya masih berat karena baru bangun tidur.Kikan tersenyum kecil, meski pipinya merona. “Kalau bukan aku, siapa lagi yang mau menyiapkan sarapan buat suami sendiri?” godanya.Dewandra tertawa pelan, mengecup pipi Kikan sekilas sebelum akhirnya melepaskan pelukan dan mengambil secangkir kopi.Kikan melirik sekilas ke arahnya dan tersenyum. “Ayo sarapan sebelum Rosetta bangun,” ajaknya.Mereka duduk berdua menikmati sarapan dalam suasana tenang dan intim. Sekali-sekali, Dewandra mencuri pandang ke arah Kik

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   42. Malam Pertama Setelah Sekian Lama

    Setelah resepsi yang penuh kebahagiaan dan tawa, Dewandra membawa Kikan ke rumah mereka—rumah yang kini benar-benar menjadi milik mereka berdua, tanpa bayang-bayang masa lalu yang menyakitkan.Begitu memasuki kamar, Kikan terdiam. Kamar itu telah dihias dengan sangat indah—kelopak mawar putih tersebar di atas ranjang, lilin-lilin kecil menyala lembut di sudut ruangan, menciptakan suasana yang begitu hangat dan romantis.Dewandra berdiri di belakangnya, memerhatikan ekspresi Kikan yang terlihat gugup, namun matanya bersinar lembut.“Kamu suka?” tanyanya pelan.Kikan berbalik, menatap pria yang kini sah menjadi suaminya kembali. Ia mengangguk. “Sangat indah,” sahutnya tersenyum.Dewandra tersenyum tipis, lalu mendekat. “Aku ingin malam ini menjadi malam yang spesial untuk kita.”Kikan menahan napas ketika Dewandra mengangkat tangannya, kemudian menyentuh pipinya dengan kelembutan yang begitu menenangkan. “Aku masih tidak percaya kalau akhirnya kita sampai di titik ini,” bisiknya.Dewandr

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   41. Hari Bahagia

    Setelah malam yang penuh kehangatan itu, hubungan antara Kikan dan Dewandra semakin erat. Kikan masih sering terbangun dengan perasaan tidak percaya bahwa ia benar-benar telah menerima lamaran pria itu lagi. Ada kegugupan, ada ketakutan, tetapi yang paling mendominasi adalah perasaan bahagia yang perlahan-lahan memenuhi hatinya.Di rumah, Rosetta menjadi orang yang paling gembira mendengar kabar itu.“Jadi Tante Kikan bakal jadi Mama beneran lagi?” seru Rosetta dengan mata berbinar.Kikan tertawa sambil mengusap kepala gadis kecil itu. “Mama dari dulu tetap mamamu, Tata.”“Tapi kali ini aku bisa bilang ke semua orang! Mama dan Papa bakal menikah lagi! Aku bakal punya keluarga lengkap!” Rosetta melompat-lompat kegirangan, membuat Dewandra dan Kikan tak bisa menahan tawa.“Kita harus buat pesta, Pa!” lanjut Rosetta dengan penuh semangat.Dewandra mengangkat alis. “Pesta?”“Iya! Aku mau jadi flower girl!”Kikan dan Dewandra saling berpandangan sebelum akhirnya tersenyum.“Baiklah,” kata D

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   41. Dinner

    Waktu berlalu dengan cepat sejak Rosetta mengetahui kebenaran tentang Kikan. Hubungan mereka semakin erat, dan tanpa Kikan sadari, hari-harinya kini selalu diwarnai dengan canda tawa bocah kecil itu. Namun, di sisi lain, ada sesuatu yang lain—sesuatu yang perlahan mulai berubah dalam dirinya terhadap Dewandra.Pria itu tidak lagi mendesaknya untuk segera memberi jawaban tentang rujuk, tapi Kikan tahu Dewandra masih menyimpan harapan. Dan kini, setelah berminggu-minggu, ia mengajak Kikan makan malam di luar. Bukan sekadar makan malam biasa, tapi sesuatu yang dirancang dengan sangat sempurna.Kikan berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya dengan ragu. Gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya terlihat begitu anggun, sederhana namun tetap elegan. Ia bahkan merasa sedikit gugup, sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.Saat ia membuka pintu apartemen, Dewandra sudah menunggunya di depan sana. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna hitam, tampak lebih berkarisma dari biasa

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   40. Aku Punya Mama

    Beberapa hari kemudianBeberapa hari kemudianBeberapa hari kemudian, Kikan dan Dewandra akhirnya sepakat. Sudah terlalu lama mereka menyembunyikan kebenaran ini, dan Rosetta berhak tahu siapa ibunya sebenarnya.Siang itu, mereka duduk di ruang tamu menunggu Rosetta yang masih asyik bermain dengan bonekanya di lantai. Kikan menggigit bibirnya dengan gugup, sementara Dewandra meremas tangannya sendiri, mencoba menyusun kata-kata yang tepat.“Apa menurutmu dia akan marah?” bisik Kikan pelan.Dewandra menoleh padanya, lalu tersenyum kecil. “Aku rasa tidak. Tapi dia mungkin akan terkejut.”Kikan menghela napas, lalu menatap Rosetta yang masih belum sadar akan percakapan serius yang menunggunya.“Tata,” panggil Dewandra lembut.Bocah itu menoleh cepat. “Iya, Papa?”“Kemari sebentar, Sayang. Papa dan Tante Kikan punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan,” ujar Dewandra sambil menepuk sofa di sampingnya.Rosetta berdiri dan berjalan mendekat. Wajahnya penuh rasa ingin tahu. “Apa itu?” tanya

  • Terjerat Obsesi Mantan Suami   39. Piknik

    Akhir pekan pun tiba. Sejak pagi, Rosetta sudah bersemangat berlarian ke sana kemari di dalam rumah untuk memastikan semua yang dibutuhkan telah siap. Ia mengenakan gaun berwarna kuning dengan topi kecil yang menghiasi kepalanya.“Tante Kikan, Papa, ayo cepat! Tata sudah nggak sabar!” seru Rosetta, lalu menarik tangan Kikan dan Dewandra bersamaan.Kikan terkekeh melihat antusiasme bocah itu, sementara Dewandra hanya menggelengkan kepala pelan. “Iya, iya, kita berangkat sekarang,” ucapnya sebelum meraih keranjang piknik yang sudah dipersiapkan.Mereka pergi ke taman besar di pinggiran kota. Cuaca sangat cerah, angin berembus sepoi-sepoi, dan suara anak-anak lain yang bermain terdengar di kejauhan. Kikan menggelar tikar piknik di bawah pohon rindang, sementara Dewandra membantu Rosetta melepas sepatunya agar bisa berlari di atas rumput.“Tata mau main dulu!” Rosetta berseru sebelum berlari ke taman bermain.“Jangan jauh-jauh, ya!” Pesan Dewandra yang hanya dibalas anggukan cepat oleh put

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status