"Hah... Akhirnya aku sampai di kamarku,""Sepertinya tidak ada yang curiga aku pergi ke alun-alun kota sendirian,""Yah dia juga tidak mungkin mengawasi aku selama dua puluh empat jam penuh," gumam Ruby sambil menyimpan jubahnya ke dalam lemari kemudian merebahkan diri di atas tempat tidur Ruby beruntung karena telah kembali ke mansion sebelum matahari terbenam, karena tidak lama setelah dia kembali terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarnya. Sebelum membuka pintu Ruby menatap cermin memastikan tidak ada satupun pakaian yang kotor atau rambut yang berantakan. Setelah merasa dalam keadaan baik dia membuka pintu, terlihat sesosok laki-laki berambut hitam yang menggunakan topeng berada di depannya."Ah... Richard, ada perlu apa sampai kamu datang ke kamarku?" tanya Ruby dengan mendongakkan kepalanya menatap penuh kebingungan"Sejak makan siang aku sama sekali tidak melihatmu keluar kamar untuk makan, jadi aku datang ke sini untuk mengajakmu makan malam bersama di restoran,""Jika k
Ruby dan Richard akhirnya makan di sebuah restoran kecil dengan suara hiruk-pikuk orang-orang yang berada di sekitar mereka. Ruby merasa senang meski tidak dapat pergi ke sebuah restoran yang mewah, tapi menurutnya bisa makan malam bersama tidak ada salahnya dimanapun tempatnya. Ruby anehnya tidak pernah merasa senyaman ini, ketika mereka bertunangan dan makan di meja makan yang sama.'Jika aku tidak salah pertemuan Richard dan pemeran utama harusnya terjadi di restoran kecil ini,''Pada saat seorang gadis datang membela seorang pelayan yang di sakiti,' ucap Ruby di dalam hatinya sambil melahap makanan yang di sediakan di atas meja"PRANK..."Tiba-tiba terdengar suara pecahan piring dan gelas dari meja yang tidak jauh dari Ruby dan Richard makan. Semua orang termasuk Ruby dan Richard menoleh ke asal suara, terlihat seorang pelayan di cengkram erat lengannya oleh seorang laki-laki bertubuh besar dengan kasarnya. Tidak ada seorangpun yang berani untuk ikut campur ke dalam pertengkaran i
Pada akhirnya Ruby dan Richard tidak jadi berjalan-jalan di alun-alun kota dan pulang ke mansion menggunakan kereta kuda. Keduanya di dalam kereta sama sekali tidak berbicara hingga membuat suasana di antara mereka menjadi canggung. Ruby merasa jika suasana hati Richard sangat buruk hingga, tidak memungkinkan untuk dirinya di ajak berbicara dan malah Ruby berasumsi jika bisa jadi kepalanya yang akan bisa di tebas di dalam kereta. Oleh sebab itu Ruby hanya menatap ke arah luar jendela kereta kuda menatap langit malam berbintang, tetapi tiba-tiba Richard berbicara."Ruby, aku ingin kamu menjauh dari kepala keluarga Duke Vine,""Jika kamu dekat dengannya, itu akan membawa banyak rumor buruk di kalangan atas," ucap Richard dengan kedua tangan yang di lipat di depan dada dan tatapan yang dingin dan aura gelap yang mengancamRuby tau jika Richard tidak suka, tetapi alasan itu bukanlah sebuah alasan yang cukup untuk Ruby menjauhi Cedric. Sebab sejak Ruby masih kecil, Cedric selalu menemaniny
Hari demi hari berlalu begitu saja di mansion Duke Cereus, tapi Ruby malah semakin dingin dan menjauh semenjak kejadian sarapan itu kepada Richard. Semua orang dimansion yang awalnya melihat Duke pulang satu kereta dengan istrinya adalah langkah hubungan keduanya membaik, ternyata itu hanyalah formalitas di publik. Nyatanya hubungan mereka berdua di dalam sehari-hari hampir tidak pernah ada interaksi membuat para pelayan merasakan takut jika membuat Ruby marah. "Nyonya, ada surat undangan dari kerajaan," ucap seorang pelayan yang mengulurkan nampan yang di atasnya terdapat sebuah surat dengan cap berlambang istana kerajaan "Terima kasih telah mengatarkannya," "Dan kirim surat ini ke beberapa butik," ucap Ruby yang mengambil surat undangan dan menyerahkan surat yang ingin dia kirimkan Semua bangsawan tentu di undang dan wajib hadir ke dalam pesta ulang tahun putra mahkota, tidak terkecuali bangsawan dari keluarga yang jatuh. Sebab itu adalah sebuah tradisi antara bangsawan yang set
"Lihat nyonya kita ternyata adalah orang diam-diam agresif," bisik seorang pelayan yang mengintip dari balik pintu "Humm benar, pantas saja kedua jarang berbicara atau bersama, ternyata karena keduanya saling menahan diri untuk tidak melakukan itu," sambung pelayan yang ikut mengintip dengan tatapan yang antusias Richard yang memiliki telinga yang cukup tajam, merasa merinding dan memerah mendengarkan ucapan para pelayan di balik pintu yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka berada. Sedangkan Ruby yang tidak mendengarkan apapun hanya diam dan fokus membuka beberapa lapis pakaian Richard. Richard yang tidak tahan di bicarakan langsung menghentikan tangan Ruby yang sedang membuka kancing pakaian kemejanya."Ruby, bisakah kamu tidak membuka pakaianku?"tanya Richard dengan telinga yang memerah Ruby yang tidak mengerti dan tidak peka dengan yang dibicarakan oleh laki-laki yang di depannya, langsung menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya. Ketika kemeja itu terbuka terliha
Ruby terbangun di tempat tidurnya terkejut jika hari sudah tengah malam dan dia melewatkan makan malamnya. Ruby yang tiba-tiba mendengarkan keluhan dari perutnya yang berbunyi langsung bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya. Terlihat di lorong-lorong mansion sangat sepi dan tidak terlalu terang, membuat Ruby sedikit ketakutan, tetapi rasa laparnya tidak akan membuatnya berhenti sebelum dia berhasil ke dapur mansion mencari makanan.'Apakah mansion keluarga Cereus memang selalu sepi seperti ini dan menyeramkan seperti ini?''Dan juga bukankah keamanan longgar seperti ini tidak bagus? Jika nanti ada pembunuhan yang masuk dan ingin membunuh seseorang secara diam-diam akan mudah dilakukan,' ucap Ruby di dalam hatinya sambil terus menelusuri lorong hingga dia mencium bau darah yang pekat dan terdengar suara langkah kaki seseorang yang mendekatRuby yang memiliki mental kecil terhadap hantu sejak kecil, tentu hanya bisa menundukkan kepalanya dan berjalan. Ruby berusaha tidak mel
"Tuan Duke, apakah Anda sedang sibuk? Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan," ucap Ruby sambil membuka pelan pintu besar Terlihat di dalam ruangan seorang gadis pelayan berambut emas sedang tersenyum dan berbincang riang di sofa bersamaan dengan Richard. Kedekatan yang begitu romantis terlihat di mata Ruby, entah kenapa membuat Ruby merasakan sesak dan sakit di dada secara tiba-tiba. Ruby merasa kebingungan dengan yang dia rasakan saat ini, tapi yang pasti Ruby merasa sangat percaya diri jika dia tidak lagi memiliki perasaaan romantis atau cemburu seperti itu. Sebab dia tidak pernah lagi memikirkan ataupun membayangkan sang Duke sama seperti di masa lalu pada akhirnya dia membuat sebuah kesimpulan bahwa itu adalah asma, penyakit jantung atau penyakit lainnya yang memiliki sebab yang sama. 'Sebaiknya aku bicara dengannya lain kali saja, dia terlihat asik berbincang hingga tidak sadar aku memanggil dirinya tapi syukurlah kamu mungkin akan segera melupakan aku dan bahagia,' 'Baiklah,
"Aku ingat dengan sangat jelas di dalam buku, jika perbudakan atau perdagangan manusia dan mahkluk lain seperti elf, dan dwarf telah dilarang oleh kerajaan sejak dua ratus tiga puluh satu tahun yang lalu," "Tapi, kenapa sekarang bisa-bisanya ada tempat seperti ini? Ditambah lagi jumlah orang yang di culik untuk di perbudak kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak," gumam Ruby dengan kening berkerut melihat banyaknya anak-anak dan perempuan Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang lebih dari satu orang berjalan melewati jerujinya. Terlihat jelas dua laki-laki bertubuh kekar berjalan ke jeruji yang beberapa langkah ada di depannya dan menyeret seorang laki-laki tampan berambut ungu panjang dengan mata bewarna emas dengan jubah bertudung. Ruby merasa tidak asing dengan sosok laki-laki berambut ungu itu mencoba mengingat-ingat identitasnya. Di saat Ruby sedang mengingat-ingat tampang wajah yang tampan itu, tiba-tiba terdengar suara pintu jeruji besi yang berbuka dan seorang gadis ke