Share

Bab 3

"Menikah apanya? Kenal juga tidak," balas Lysia mendelik kesal, "Siapa anda yang seenaknya mengatakan hal itu?" bentak Lysia kepada Ivander.

Ivander mulai kesal dengan sikap gadis yang jual mahal ini. Selama ini dia tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar dari perempuan yang ditemuinya.

Ivander pun yang kesal langsung kembali ke arah kursi dan terduduk disana dan menumpangkan kaki sambil menyalakan batang nikotin yang ada di sebelahnya.

Ivander menatap tubuh Lysia yang masih berdiri ditempat. Mengurut rahang saat melihat lekukan tubuh Lysia dengan tatapan misterius. Sehingga membuat Lysia merasa risih dan tidak nyaman, dan dengan refleks Lysia pun langsung mencoba menutupi lekuk tubuhnya dengan map yang ada di atas meja.

Ivander tersenyum smrik, "Kedua orang tuamu sudah menjualmu untukku, jadi persiapkan diri untuk menjadi istriku!"

Lysia terkesiap. Bagai tersambar petir di siang bolong membuat Lysia membeku untuk sesaat.

"Tidak!" Bantah Lysia, "anda tolong ya jangan macam-macam! Jangan asal kalau bicara," balas Lysia tidak bisa percaya.

Dengan kaku Lysia pun kembali menyimpan map ke atas meja setelah melihat mata Ivander yang tidak melihatnya.

"Kami itu keluarga yang berkecukupan, tidak pernah saya mendengar tentang kekurangan di keluarga Willsom, jadi jangan membual," terang Lysia. "Keluarga Willsom itu adalah keluarga terpandang di Kota Larkspur, mana ada acara hutang menghutang."

Lysia terus saja menekan dan membantah bahwa keluarganya mempunyai hutang kepada pria ini. Yang Lysia sendiripun tidak tahu siapa dia.

"Kamu mungkin hanya mengambil kesempatan saja akan kepergian mama dan papaku, ya kan?" sangka Lysia.

Prak ….

Ivander langsung saja membanting satu gelas bir yang ada di genggaman tangannya.

"Sial … rupanya putri yang mereka jual ini begitu tangguh. Sampai-sampai kita harus menggosokkan bukti itu ke wajahnya kalau begini!" Ivander pun kesal dan berniat untuk menunjukan bukti tentang hutang dan sertifikat tentang perjanjiannya dengan keluarga Willsom itu.

Ivander mengacungkan satu tangan, menunjuk kepada seorang kaki tangannya untuk segera menyiapkan apa yang dia minta.

"Tolong jangan macam-macam, ya! Saya bisa menghancurkan kamu," ancaman Lysia.

Lysia tidak tahu lagi harus bagaimana, sehingga dia pun malah langsung mengancam pria itu. Dia yakin bahwa pria itu tahu bagaimana terpandangnya keluarga Willsom.

"Cih, kau yang membual rupanya. Keluarga Willsom memang terpandang, tapi dia bukan keluarga yang paling terpandang. Tingkatnya masih rendah dibanding dengan keluarga Brxian."

Brxian– keluarga terpandang nomor satu di kota Larkspur.

Lysia terdiam, mana mungkin pria ini juga termasuk kedalam keluarga Brxian? Tapi kalau melihat dari sikap dan keadaanya. Itu mungkin saja karena dia terlihat begitu garang dan sangar.

"Cih, akhirnya kau berhenti berceloteh. Pasti kau tahu bagaimana berpengaruhnya keluarga Brxian ini, bukan?"

Lysia meremas roknya sendiri, sungguh dia mulai gugup mendengar nama keluarga Brxian. Namun, dia masih yakin bahwa keluarganya tidak mungkin memiliki hutang kepada pria yang ada di hadapannya ini. Sebelum Lysia melihat sendiri bukti tentang hutang dan kesepakatan apa itu, maka dia tidak akan bisa percaya.

Setelah beberapa saat, seseorang membawa map penting dan memberikannya kepada Ivander.

Srpk ….

Ivander yang sudah menggenggam bukti lembaran yang ada beberapa itu langsung melemparkannya kepada wajah Lysia.

"Bacalah dengan seksama isi dari kertas itu. Disana sudah dinyatakan bahwa dirimu itu … telah menjadi milikku seutuhnya. Pak Broto papamu itu telah tega menjual putrinya sendiri demi kepentingan dia," tekan Ivander.

Lysia meraih kertas yang berserakan di dekatnya. Keringatnya mulai membasahi tubuh, tangan Lysia pun gemetar saat membaca surat-surat itu.

"Disana sudah tertera sebuah tanda tangan Pak Broto, juga sudah cap resmi bahwa Pak Broto menyerahkan putrinya jika dia tidak bisa melunasi hutangnya padaku."

Ivander menatap puas kepada gadis yang dari tadi sok tangguh itu. Rasanya sangat memuaskan ketika melihat Lysia diam dan terlihat gemetaran.

Lysia terus saja membuka lembaran demi lembaran yang ada di genggaman tangannya saat ini.

"Demi membentuk keluarga Willsom yang terpandang itu, dia rela untuk menjual harga diri putrinya sendiri." Ivander tertawa lepas dan begitu puas melihat wajah Lysia yang pucat pasi.

"Tidak! Itu tidak mungkin!" teriak Lysia masih tidak yakin kalau keluarga dia melakukan semua ini kepada dia.

"Persiapkan dirimu karena sekarang dirimu sudah menjadi wanitaku," ucap Ivander. Lalu, langsung pergi meninggalkan ruangan.

Sedangkan Lysia masih terpaku di tempat dan mencoba untuk bolak-balik membaca isi dari kertas yang ada di genggaman tangannya.

"Mana mungkin papa rela mempertaruhkan diriku? Menjual putri satu-satunya di keluarga Willsom?" lirih Lysia.

Disana tertulis jika hutang yang bernilai sepuluh juta dolar itu tidak terbayar, maka Felysia Kirania akan menjadi milik Ivander Brxian Dxel.

'Aset yang papa punya … ya, pasti ada aset yang tersisa. Aku harus membayar hutang papa itu dan mencicil sisanya,' dalam batin Lysia bertekad untuk membayar hutang yang ditinggalkan oleh papanya. Sehingga ada kemungkinan bahwa dia bisa bebaskan dari pria yang terlihat sangar itu.

Lysia pun langsung beranjak dan berdiri. Namun, semua anak buah Ivander langsung menahan kedua tangannya.

"Apa-apaan ini? Lepaskan!" ucap Lysia berontak dengan kertas yang ada digenggaman.

"Anda mau kemana? Sekarang anda harus kami tahan." tahan anak buah Ivander.

"Sialan, lepaskan. Saya akan membayar semua hutang itu kepada bos kalian. Jadi, lepaskan saya!" teriak Lysia.

Semua anak buah Ivander tidak mau untuk melepaskan Lysia karena mereka ditugaskan untuk menjaga gadis ini.

"Tidak bisa!"

Akhirnya Lysia tidak bisa berbuat apapun dan tidak bisa melawan para pria bertubuh kekar ini. Dia pun langsung dibawa juga diseret ke sebuah kamar dan dikurung disana.

Tubuh Lysia langsung di dorong dari ambang pintu, dan langsung dikunci dari luar oleh para penjaga.

Lysia mencoba untuk menggedor pintu yang sudah dikunci.

"Buka pintunya! Kalau seperti ini bagaimana saya bisa melunasi hutang-hutang itu?" teriak Lysia.

Usaha Lysia untuk bisa keluar dengan teriakan itu sia-sia, tidak ada yang mau mendengar teriakannya dan membukakan pintu.

Perlahan tubuh Lysia pun langsung turun ke bawah lantai. Tubuhnya ambruk dan mulai menumpahkan air matanya kembali.

"Mana mungkin papa melakukan ini?"

Lysia masih tidak bisa menyangka dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Lysia terus saja menangisi apa yang sudah ayahnya tega lakukan.

"Rasanya begitu tega papa kepada Lysia … papa tega menjual putrinya sendiri," Isak Lysia.

"Apakah alasan Papa yang sebenarnya? Perasaan keuangan di keluarga Willsom itu stabil. Mungkinkah papa memang sudah bangkrut dan menyembunyikan itu?"

"Arghhh … apa yang sudah terjadi Tuhan?" Lysia memukul lantai sambil meneteskan air mata, "Kepada siapa lagi aku harus menanyakan semua ini? Kenapa bisa begini? Apa alasan papa sampai-sampai menjual putrinya sendiri?"

Lysia pun memeluk tubuhnya sendiri, sungguh tidak menyangka dengan apa yang dilakukan oleh papanya. Namun, apa alasan dari apa yang diperbuat itu? Lysia harus mencari tahu semuanya.

Rasa kecewa, rasa penasaran bercampur menjadi satu. Setelah perasaan yang perih karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Sekarang Lysia malah dihadapi dengan masalah seperti ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status