Lysia menusukan senjata pisau yang dia pegang kepada salah satu orang yang ada di hadapannya. Namun, ada sebagian dari mereka langsung menghimpit tubuhnya dan merampas pisau itu.
"Lepaskan saya! Kalian siapa!" teriak Lysia dengan tangan yang dipegang oleh dua orang."Berani sekali Anda melukai tangan rekanku. Awas saja, Anda akan mendapatkan balasannya dari tuan kami. Ayo bawa dia cepat!" perintah dari salah satu kelompok orang itu. Yaitu pemimpin kelompok orang yang akan membawa Lysia pergi."Tuan siapa, hah? Jadi, kalian itu adalah suruhan seseorang? Kalian ingin menculikku kah?" tanya Lysia sambil masih memberontak karena ingin melepaskan diri.Mulut Lysia langsung ditempelkan lakban berwarna hitam oleh penjahat itu dan tangannya langsung diikat tali."Anda akan mengetahui setelah sampai ditempat tuan kami. Jadi, bersiaplah," sahut pemimpin dari kelompok berbaju hitam itu.Tubuh Lysia di panggul dan dibawa ke luar rumah."Hmmm … Mmmmm …."Lysia mencoba berontak dengan tubuh yang sudah diikat, tapi dia tidak bisa bergerak sama sekali.Lysia ingin sekali untuk kabur saat tubuhnya dimasukan ke dalam mobil. Akan tetapi, tubuhnya langsung kembali dihimpit oleh dua orang. Sampai-sampai membuat Lysia terbelalak karena sekarang ini dirinya sudah diculik oleh para penjahat yang langsung membawa dirinya pergi dengan paksa.Lysia berpikir sangat buruk, mungkinkah mereka akan membunuh dia atau menjualnya atau apa yang akan mereka lakukan? Sungguh Lysia merasa aneh dengan apa yang sudah terjadi.Kemarin baru saja Lysia ditinggal oleh kedua orang tuanya dan sekarang dia mengalami penculikan yang dilakukan di rumahnya sendiri. Bagaimana ini?Setelah beberapa saat, akhirnya mobil yang membawa Lysia berhenti.Tubuh Lysia dibawa keluar dan dipangku ke sebuah tempat. Saat ini mata Lysia pun tidak bisa melihat karena ditutup oleh sebuah kain.'mereka akan membawa aku kemana?' dalam batin Lysia masih terus bertanya-tanya. Bahkan dia pun mengeluarkan air mata karena merasa sedih dengan apa yang telah menimpa dia.Tiba-tiba saja tubuh Lysia di lempar ke lantai.Brukk ….Posisi Lysia kini berbaring dengan kaki dan tangan yang masih terikat tali tambang dan juga mulut yang masih di lakban.Srett ….Lakban yang menempel pada mulut Lysia pun langsung dibuka. Lalu, tali yang menutup matanya juga, sehingga membuat Lysia bisa mencoba melihat sekitar dan rupanya dirinya sedang berada di hadapan orang yang misterius.Ivander — Pria dengan rahang yang tegas, mengenakan jas formal hitam. Memiliki tubuh yang tegap serta kumis tipis itu berjalan ke arah Lysia."Ah, rupanya kalian membawa gadis ini dengan kasar hah?" ucap Ivander membuat Lysia menautkan kedua alisnya dan berpikir mungkin dialah orang yang menyuruh kelompok pria ini untuk menculiknya.Ivander pun langsung duduk dan menumpangkan kaki di kursi kebesaran.Lysia mencoba melihat sekitar dan tempat ini terlihat seperti ruangan kerja seseorang, dengan meja kerja dan beberapa map di atasnya. Dimanakah dia berada? Dan siapakah pria yang sedang duduk dan menatapnya kini? Pikir Lysia."Dia melawan dan tidak mau ikut bersama dengan kami," jawab anak buah Ivander yang menculik Lysia."Ya, bahkan dia mencoba melukai tangan Davi. Jadi, kami mencoba untuk membawa dia dengan paksa, tapi tenang saja Tuan, karena dia tidak tergores sedikitpun.""Ya, seperti yang Tuan inginkan," sahut yang lainnya.Ivander yang memiliki tubuh kekar itu pun terus saja menatap ke arah Lysia yang masih tertegun, bingung dengan keadaan yang terjadi menimpa dia."Oh, jadi anda yang ingin bertemu dengan saya? Bisakah anda tidak melakukan cara ini kepada seorang gadis?" bentak Lysia menatap pria yang telah menjadi dalang penculikannya."Seperti yang anak buahku katakan. Kau sendiri yang telah memberontak. Jadi, mereka melakukan ini?" balas Ivander, menyeringai.Lysia menatap penuh benci, siapa pria ini yang ingin menemuinya dan mengerahkan orang untuk menculik dia? Sepertinya dia bukan orang main-main."Lepaskan saya! Apa yang anda inginkan, kenapa anda ingin bertemu dengan saya?" tanya Lysia berteriak."Ada hal yang serius yang harus kita bicarakan," jawab Ivander.Ivander meraih segelas bir yang ada di atas meja, lalu menenggaknya."Bicaralah dengan baik, serta lepaskan dulu ikatan ini." pinta Lysia.Ivander meraih sebatang rokok dan menyesapnya. Mengeluarkan kepulan asap, serta menanggapi teriakan Lysia dengan santai.Lysia begitu geram dengan tingkah Ivander. Bahkan terlintas dalam benak Lysia, dia ingin bisa untuk menghantam wajah kaku dan datar pria itu."Lepaskan!" Akhirnya Ivander memerintahkan kepada anak buahnya untuk melepaskan ikatan tali yang melingkar di kaki dan lengan Lysia.Setelah ikatan tali di tangan dan kaki Lysia dilepaskan. Lysia pun langsung berdiri dan mengusap pergelangan tangannya yang memang terasa sakit."Dasar pria brengsek! Bajingan, kenapa kau membawaku kemari hah?" kesal dan amuk Lysia kepada Ivander, bahkan dia pun langsung mencoba untuk pergi dari tempatnya dan langsung berlari ingin menghajar Ivander. Namun, anak buah Ivander yang telah membawanya kemari langsung menahan Lysia."Tenanglah kau gadis! Jangan berani mencoba untuk berontak!" perintah Ivander.Tatapan tajam Ivander, membuat Lysia Ingin mencoba untuk melarikan diri dari pria yang belum pernah ditemui. Tatapan itu begitu tajam dan terlihat seperti ingin menerkam.Lysia pun langsung berlari dari tempatnya kini, tapi sayangnya kelompok orang yang membawanya tadi dengan sigap langsung menghalangi jalannya."Minggir! Saya ingin pergi!" teriak Lysia."Anda tidak bisa pergi sebelum bicara dengan tuan kami," ucap anak buah Ivander.Lysia kembali membalikan badan, dan dia pun menatap wajah datar dan dingin dari pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menyesap sebuah batang nikotin."Cepat bicaralah, saya ingin pergi!" ucap Lysia sambil menarik nafas kasar.Brakkk ….Ivander kesal dengan sikap yang ditunjukkan oleh Lysia. Sungguh Dia tidak suka dengan tingkahnya yang begitu tidak sopan saat di depannya."Beginilah sikap gadis angkuh yang sebentar lagi tidak bisa berkutik." kesal Ivander.Langsung saja Ivander berdiri dan melangkah untuk mendekati tubuh Lysia yang masih berdiri di dekat para anak buahnya.Lysia mencoba untuk menenangkan diri dan tidak menunjukan rasa takutnya. Dia mendongak menatap wajah yang terlihat kesal itu dengan tatapan tajam.Set ….Ivander meraih rahang milik Lysia dan mencekalnya kuat-kuat."Jaga sikapmu itu terhadapku, jangan menaikan suara dan membentak diriku!" tekan Ivander.Lysia menekan tangan Ivander yang berada di rahangnya. Mencoba untuk menjauhkan cengkraman itu yang membuat dia mulai kesakitan.Uhuk …. Uhuk …..Ivander melepaskan cengkraman tangannya di rahang Lysia, lalu membenturkan tubuh Lysia dengan kasar ke lantai."Kau harus menikah denganku!"Lysia terkesiap bukan main, dia yang sedang terduduk sambil memegangi rahangnya karena merasa sakit, tidak menyangka akan mendengar perkataan aneh dari pria yang dingin dan galak ini.Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander