Share

Bab 8. Mulai Bekerja

Author: Diary94
last update Last Updated: 2024-05-03 11:31:01

“Selamat pagi Pak Edward, Bu Sylvia.”

Sapaan tersebut keluar dari mulut sekretaris Edward ketika Edgar dan Sylvia memasuki ruangan CEO. Melihat gelagat Edgar yang kembali ingin bersikap genit terhadap sekretaris tersebut, Sylvia langsung membuka pintu ruangan CEO, dan segera menyeret Edgar masuk ke dalam.

Sylvia berdeham, lalu memegang lengan Edgar kuat-kuat dengan tatapan mengancam. “Sayang, karena kemarin kamu udah libur seharian, pasti pekerjaanmu sangat menumpuk hari ini. Lebih baik kita langsung masuk aja.”

Edgar sepertinya ingin proses, tapi Sylvia segera membulatkan mata dan berbisik, “Gak usah tebar pesona di depan perempuan itu!”

Bukannya takut, Edgar malah menyunggingkan senyum. Tentu saja Sylvia semakin jengkel, apalagi ketika pria itu berbisik di telinga Sylvia, “Apa kamu sedang cemburu?” 

Sylvia menoleh dengan sinis. “Sampai kiamat pun, hal itu gak akan pernah terjadi!”

Brak!

Sylvia dengan cepat menutup kembali pintu ruangan CEO setelah mereka masuk. Rasa tidak suka dan menjengkelkan ketika Edgar menggoda wanita lain ini tentu bukan cemburu. Ia hanya tidak mau membuat para karyawan curiga, dan semua rencananya gagal.

Ya, hanya itu. Tidak lebih.

“Rapi juga ternyata ruangan si kaku itu,” ucap Edgar sambil menatap sekeliling ruangan.

Sylvia mengerutkan keningnya, “Siapa yang kamu sebut dengan si kaku?” 

Edgar berjalan ke arah kursi Edward. “Calon suamimu yang kabur itu lah, memangnya siapa lagi? Dia itu kan pria paling kaku dan membosankan di dunia ini.” 

Sylvia pun berjalan ke arah meja Edward dan menimpali ucapannya Edgar. “Dia itu bukan kaku, tapi irit bicara. Dia gak suka membuang waktunya untuk membicarakan hal yang tidak penting. Tidak seperti kamu, terlalu banyak bicara, tapi minim prestasi.” 

“Kalau dia memang sehebat itu, seharusnya dia yang ada di sini bersamamu, bukan aku!” 

Balasan Edgar menohok Sylvia. Ya, benar, kalau memang Edward sehebat itu, ia mungkin tidak akan menjadi pengecut dan menghilang di hari pernikahannya bersama wanita lain. Mengingat hal itu, Sylvia kembali mengepalkan tangannya.

Tidak pernah dibayangkan kalau hidupnya bisa diinjak-injak dua saudara kembar ini sekaligus.

Sylvia mendengus, memutuskan untuk tidak membuang waktu hanya untuk memperdebatkan hal yang tidak penting lagi. Ia langsung meminta Edgar untuk membuka laptop Edward yang ada di atas meja, sementara dirinya membuka beberapa dokumen yang ada di rak buku. Namun, begitu berbalik ke arah meja, pria itu hanya duduk bertopang dagu sambil menatap layar laptop.

Sylvia menghela napas. 'Apa sih yang pria bodoh ini lakukan?'

"Jangan bilang kalau kamu gak tau cara menyalakan laptopnya,” selidik Sylvia sambil berjalan mendekat.

Edgar pun berdecak. “Aku gak sebodoh itu.” Lalu ia memutar laptop tersebut menghadap ke arah Sylvia. “Laptopnya terkunci.” 

“Ya, udah. Kamu ketik aja password-nya,” jawab Sylvia.

“Mana aku tahu! Ini kan laptop Edward—”

"Ssst!" Sylvia langsung mendekatkan wajahnya. “Kecilkan suaramu! Kalau sekretaris Edward tau kamu bukan bosnya yang asli, kantor ini bisa gempar!”

Untuk beberapa detik, Sylvia tidak sadar kalau telunjuknya menempel di bibir tebal Edgar. Justru, ia sekarang malah terfokus pada bola mata Edgar yang kecokelatan, agak berbeda dengan milik Edward yang hitam pekat. Alisnya yang tebal tampak rapi. Dan Sylvia juga baru menyadari kalau bulu mata Edgar cukup pan—

Krauk!

"AW!" Sylvia lantas menjauh saat pria itu menggigit jarinya tanpa belas kasihan. Ia pun langsung mendelik tajam. "Kamu ngapain sih?!"

“Napasmu bau!” 

Sylvia mendengus saat mendengar ucapannya Edgar. Dengan sikap Edgar yang sangat menyebalkan. Sylvia merasa energinya bisa cepat terkuras hanya untuk membimbing pria menyebalkan itu. 

Tidak mau berdebat lagi, Sylvia merampas laptop tersebut. “Sini, biar aku aja yang buka laptopnya Edward.” 

Namun, begitu berhadapan dengan layar laptop itu, otak Sylvia mendadak kosong. Edward itu sulit ditebak, jadi ada beribu kemungkinan kombinasi password yang ia gunakan.

'Ah... harusnya aku menyewa hacker lebih dulu!' Sylvia berdecak dalam hati. Di saat Sylvia sedang memikirkan tentang password laptop Edward, pintu ruangan CEO tiba-tiba saja diketuk dari luar.

Sylvia langsung menoleh ke arah pintu, lalu mengingatkan Edgar untuk menjaga wibawanya. “Duduk yang tegap, jangan genit! Edward itu profesional, gak genit.”

Edgar mendengus kesal sambil membenarkan posisi duduknya.

"Sekarang, suruh orang yang di luar itu masuk," perintah Sylvia lagi.

Edgar memutar bola mata, tapi tetap menuruti ucapan Sylvia. “Masuk,” ucap Edgar.

Tak lama kemudian, sekretaris Edward masuk dan menyapa sopan Edgar serta Sylvia. Wanita itu menyerahkan beberapa dokumen untuk ditandatangani, dan juga sebuah undangan pembukaan galeri seni yang harus dihadiri oleh Edward. 

“Ini undangan dari siapa?” tanya Edgar.

“Itu undangan dari Pak Calvin, dari CH Group. Sebenarnya saya ingin menyerahkan undangan itu kemarin siang. Namun, berhubung Bapak sedang tidak ada di kantor, maka dari itu saya baru menyerahkan undangannya sekarang,” jawab sang sekretaris.

Mendengar ucapan sekretaris tersebut, Sylvia pun angkat bicara. “Memangnya acaranya kapan? Apa suami saya harus menghadiri undangan tersebut?” 

Namun, ketika melihat kerutan di dahi sang sekretaris, Sylvia buru-buru menambahkan. "M-maksudnya... kita kan baru saja menikah ya, Sayang. Tentu kita maunya berduaan di rumah saja."

Sylvia sampai harus mengusap-usap lengan Edgar untuk mendukung aktingnya. Tentu saja pria itu terlihat risih, beberapa kali sampai menepis tangan Sylvia. Namun, Sylvia yang keras kepala, tetap melakukannya.

Dan sepertinya, sekretaris itu termakan akting buruk Sylvia dan Edgar. Ia pun menjawab, “Pembukaan galerinya sore ini, Bu. Karena Pak Calvin salah satu klien besar kita, jadi kehadiran Pak Edward lebih baik tidak melewatkannya." 

“Baik, terima kasih. Kamu boleh keluar dari ruangan ini,” sahut Sylvia.

Sekretaris tersebut langsung keluar dari ruangan Edward. Sylvia terus mengulaskan senyum bisnisnya. Barulah ketika sekteraris itu menutup pintu, ia berbalik dan menatap tajam Edgar yang hampir menandatangani berkas-berkas itu tanpa memeriksanya.

Sylvia merebut dokumen itu, membuat Edgar mengangkat kepalanya. "Apa lagi sekarang?" tanya Edgar.

"Sekarang, kamu harus mempelajari CH Group dalam waktu 2 jam!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 64. Sikap Yang Berubah

    Edgar pun mengambil jasnya. Setelah jas nya dipakai, Edgar dan Sylvia langsung keluar dari kamar. Tak lama ia pun sampai di meja makan. Melihat ibu mertuanya belum berada di meja makan, hal itu pun membuat Sylvia heran."Ibu kemana? Tumben belum ada di meja makan? Biasanya, ibu yang lebih awal, hadir di meja makan," tanya Sylvia."Mungkin, ibu masih ada dikamar. Tungguin aja, paling sebentar lagi juga dateng." Edgar menyahut sambil mengambil roti tawar yang ada dihadapannya.Persis seperti yang Edgar ucapkan, selang 5 menit kemudian, Catherine datang ke meja makan."Selamat pagi." Catherine menyapa sambil berjalan ke meja makan."Pagi juga, bu," sahut Sylvia."Ibu mau pergi kemana?" Edgar bertanya saat melihat ibunya berpakaian rapih."Pagi ini ibu mau ke rumah sakit yang ada di Bandung," ucap Catherine."Rumah sakit? Bandung? Apa, udah ada kabar mengenai Edward, bu?" tanya Edgar."Ibu juga belum tau pasti. Ibu cuma diminta datang ke rumah sakit yang ada di Bandung oleh pihak kepolisi

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 63. Gombalan Edgar

    Beberapa menit kemudian.Setelah makan malam yang dibuat oleh Wira sudah siap, ia langsung membawa makanan tersebut ke dalam rumahnya. Tak lama kakek Teguh pun duduk di tikar plastik untuk menyantap makan malam bersama cucunya. Berhubung pria yang mereka selamatkan dipinggir sungai sudah siuman, kakek Teguh memberikan sebagian makanan yang ia punya kepada pria tersebut."Kami hanya punya ikan bakar dan juga ubi rebus. Kamu duduk dulu ya, makan makanan ini supaya kamu memiliki sedikit energi," ucap kakek Teguh.Pria tersebut menganggukkan kepalanya. Lalu, ia pun berusaha bangkit untuk duduk. Namun, dikarenakan tenaganya sangat lemah, ditambah lagi kepalanya juga masih pusing, pria itu pun kesulitan untuk duduk. Seketika Wira langsung menghampiri pria tersebut untuk membantunya sebelum kakeknya yang turun tangan membantu."Sini aku bantu," ucap Wira."Terimakasih," ucap Wisnu setelah berhasil duduk."Kamu bisa makan sendiri? Atau mau aku suapin?" tanya Wira."Tidak usah, saya masih bisa

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 62. Hilang Ingatan

    Sylvia pun bergegas duduk disamping suaminya. Tak lama ia pun mulai mengambil makanan yang ada diatas meja. Selama mereka makan, tidak ada obrolan apapun yang terjadi. Masing-masing, hanya fokus dengan makanannya sendiri. Beberapa menit kemudian, Catherine yang sudah lebih dulu menyelesaikan santap malamnya, ia pun beranjak dari kursi."Kalian lanjutkan aja ya makan malamnya. Ibu ke kamar dulu," ucap Catherine."Iya, bu," sahut Edgar dan Sylvia.Setelah melihat bahwa ibunya sudah naik ke lantai atas, Edgar pun berbisik ditelinga istrinya. "Memangnya gak panas memakai syal dan sweater seperti itu?" bisik Edgar.Kesal dengan pertanyaan suaminya, seketika Sylvia langsung menancapkan garpu nya di paha ayam goreng miliknya. Lalu, ia pun melirik tajam ke arah suaminya. "Gak usah ngeledek deh! Ini semua gara-gara kamu tau!" ucap Sylvia.Seketika Edgar pun tertawa saat mendengar ucapan istrinya."Tapi kamu suka kan?" bisik Edgar."Hhmmm," sahut Sylvia.Lagi-lagi Edgar pun tertawa karena res

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 61. Cap Yang Cukup Banyak

    Melihat tingkah Sylvia yang malu karena Edgar memandangi lekuk tubuhnya, Edgar seketika langsung tersenyum. Kemudian ia pun melepaskan celananya. Seketika Sylvia langsung menutup matanya menggunakan kedua tangannya saat bagian intimnya Edgar."Aaaaaaa!! Edgar! Pakai lagi celana mu itu!" ucap Sylvia.Edgar pun hanya tersenyum. Kemudian ia kembali mencumbu setiap inci bagian tubuh istrinya. Setelah dirasa pemanasannya sudah cukup, Edgar pun fokus pada tujuannya. Saat pertahanan Sylvia sudah berhasil ditebus oleh Edgar, seketika Sylvia langsung meringis kesakitan sambil mencengkram seprai nya. "Aakkhh... Sakit Edgar, pelan-pelan," ringis Sylvia "Tenang sayang, sakitnya cuma diawal aja kok," sahut Edgar. Kamar yang awalnya dingin, seketika merubah menjadi panas. Bahkan saking panasnya, Edgar dan Sylvia sampai berkeringat. Bahkan deru nafasnya Edgar semakin cepat, seiring dengan aktivitas yang saat ini sedang ia lakukan. Setelah cairan istimewa tersebut membasahi area intim Sylvia, Edg

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 60. Waktunya Bermain

    Disaat Frans dan Thomas sedang bersiap untuk melarikan diri keluar negeri. Disisi lain, polisi yang sudah memproses laporan yang dibuat oleh Catherine dan Edgar, mereka langsung bergegas pergi mencari keberadaan Frans. Sementara itu, Catherine, Edgar dan Sylvia yang merasa urusannya dikantor polisi sudah selesai, mereka memutuskan untuk pulang."Terimakasih ya pak, atas bantuannya." Catherine berucap sambil mengulurkan tangannya."Sama-sama bu." Martin menyahut sambil menjabat tangan Catherine."Pantau terus setiap perkembangan kasus ini ya, pak," ucap Edgar."Tentu saja, saya akan kabari kalian jika pihak kepolisian sudah berhasil menangkap pak Frans dan pak Thomas." Martin menyahut sambil melepaskan jabatan tangannya."Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu ya pak Martin," pamit Catherine."Iya, bu Catherine. Silahkan," sahut Martin. Catherine, Edgar dan Sylvia langsung bergegas pergi meninggalkan kantor kepolisian. 1 jam kemudian mereka pun sampai kembali dirumah. Setelah turun d

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 59. Membuat Laporan Ke Pihak Berwajib

    Saat mendengar suara tembakan, Catherine dan Sylvia langsung bergegas pergi keluar. Sementara itu, Edgar yang berhasil menghentikan langkah om nya, ia kembali menyimpan pistolnya dibalik punggungnya. Kemudian ia pun bergegas menghampiri om nya. "Maaf om, aku terpaksa menembak kaki om," ucap Edgar."Dasar keponakan tidak tau diri!! Selama ini aku yang selalu ada untuk membela kamu!! Kenapa sekarang kamu malah memperlakukan seperti ini!! Aku ini paman mu, Edgar!" teriak Frans."Aku berterimakasih karena om sudah memperlakukan aku dengan baik dari kecil. Namun, bukan berarti aku akan menutup mata atas kejahatan yang sudah om lakukan. Terlebih lagi karena rencana jahat om, saudara kembar ku yang jadi korbannya. Dari pada om terlalu banyak bergerak dan bicara, lebih baik om diam dan tenangkan diri om jika gak mau kehabisan banyak darah," ucap Edgar."Aaarrrgghh!" Frans menggeram sambil memukul aspal jalan.Tak lama Catherine dan Sylvia pun muncul. Melihat adiknya tersungkur di dekat mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status