Share

BAB 3

"Perkenalkan ini Sarah, salah satu guru di tempat ini," ucap Rachel kepada Theo.

"Halo, saya Theo," ucap Theo sambil memberikan tangannya.

"Sarah," jawab Sarah sambil menjabat tangan Theo yang lembut dan tanpa sengaja, menghirup aroma citrus yang menyegarkan dari tubuh Theo.

'Aromanya memabukkan dan kulit tangannya terasa selembut kapas,' batin Sarah mendamba.

"Sebenarnya Sarah adalah salah satu guru terbaik kami. Selain itu dia juga pemain musik yang cukup handal dan sering tampil di beberapa tempat." Rachel mempromosikan Sarah kepada Theo yang mendengarkan dengan seksama.

"Hanya saja dia memiliki satu kelemahan," lanjut Rachel yang membuat wajah Sarah yang putih bersih memerah dan mata bulatnya membesar. Sarah sangat kesal karena Rachel akan menjatuhkannya setelah mengangkatnya sedikit tinggi.

"Seperti yang kau saksikan tadi, dia bukan orang yang sabar." Sarah memandang Rachel dengan tajam. Kalau saja tidak ada Theo, dia pasti akan mencengkram leher Rachel.

Theo tertawa dan herannya emosi Sarah langsung meluap begitu mendengar suara tawa Theo.

"Jadi apa kau merekomendasikan Nona Sarah?" tanya Theo dengan suara yang terdengar seperti nyanyian malaikat di telinga Sarah.

"Aku pikir-pikir dulu, nanti aku akan mengabarimu lagi. Sekarang Nona Sarah harus segera masuk kelas, karena muridnya pasti sudah menunggu," ucap Rachel sambil menggoyang-goyangkan kepalanya untuk menggoda Sarah.

"Oh iya, aku harus mengajar. Aku permisi dulu. Sampai bertemu lagi," ucap Sarah menyadari Rachel berusaha mengusirnya.

"Sampai bertemu lagi," jawab Theo dengan lembut lalu menarik Rachel untuk mengikutinya. Sarah memandang pasrah punggung Theo yang tampak sangat akrab dengan Rachel. Untuk pertama kalinya dia terkesima dengan seorang pria, tapi sayangnya pria itu bahkan tidak memandangnya.

Sarah tidak pernah menjalin hubungan dengan pria. Dia bahkan tidak tertarik dengan konsep pacaran apalagi menikah. Di kepalanya hanya ada kerja dan kerja. Impian Sarah hanya satu, memiliki banyak uang untuk membeli kembali rumah orangtuanya.

Tentu saja ada hari-hari ketika dia melihat pasangan yang saling jatuh cinta dan membuat Sarah bertanya-tanya dalam hatinya. Bagaimana mereka bisa bertemu, apa yang membuat mereka saling jatuh cinta. Apakah Sarah akan merasakan hal sama terhadap seseorang atau akankah dia mengenali wajah jodohnya? Namun, perjalanan 30 tahun hidup Sarah membuatnya semakin yakin tidak semua orang ditakdirkan berpasangan dan pasti dia salah satunya. 

Sebenarnya Sarah memiliki fisik yang sangat menarik. Mata bulat berwarna coklat, serta bibir merah mudanya tampak sempurna dengan wajah mungilnya. Hidungnya yang sering membuat orang menyangka dia hasil kawin campur dengan orang Eropa membuatnya semakin menawan.

Tingginya 162cm. Tidak terlalu tinggi tapi juga tidak pendek. Namun dadanya yang penuh dan perut yang rata menjadikan tubuhnya sangat ideal.

Tidak sedikit pria yang mendekatinya atau kawan yang menjodohkannya. Tapi tidak satupun yang membuat Sarah tertarik.

Suatu hari dia bertemu dengan pria yang dia pikir akan menjadi jalan keluar dari persoalannya selama ini.

"Dia seorang artis yang sangat tampan dan anak seorang pengusaha kaya raya, hidupmu pasti akan tenang kalau menikah dengannya," promosi salah satu rekan gurunya yang mengatur sebuah kencan buta untuk Sarah. 

Sarah sangat bersemangat untuk menghadiri kencan buta itu. Namun begitu melihat pria itu, Sarah tahu dia tidak menginginkan hubungan ini.

"Kau harus berkenalan lebih dalam dulu. Jalani dulu, baru putuskan," pinta teman Sarah waktu itu. Namun dia tetap bersikeras untuk menolak. Dia tahu dalam hatinya, meski pria itu ideal secara fisik dan finansial tapi bukan dia orangnya.

Tapi Theo benar-benar berbeda dari semua pria yang pernah mendekatinya atau berada di sekitarnya. Pada pandangan pertama tadi ada sesuatu yang membuat Sarah merasa dialah orangnya. Namun, Sarah tidak mau terlalu berharap karena dia takut kecewa.

***

"Sarah, tunggu! Aku punya pekerjaan untukmu," seru Rachel ketika Sarah sedang berjalan keluar setelah menyelesaikan kelasnya hari ini.

"Pekerjaan apa?" tanya Sarah dengan wajah dingin.

"Kau masih marah?" Sarah diam saja.

"Dengar aku akan menebus semuanya. Aku sudah menghitung kau kehilangan 12 murid jadi aku akan memberikanmu pekerjaan yang sama nilainya dengan ke 12 murid yang hilang itu," bujuk Rachel sambil mencolek lengan Sarah.

"Tidak usah menggodaku, jelaskan saja pekerjaannya," ucap Sarah dengan ketus.

"Baiklah, aku punya satu klien yang membutuhkan guru privat untuk anaknya yang berkebutuhan khusus. Kau hanya akan mengajar dua kali dalam seminggu, tapi bayarannya sama dengan dua belas muridmu yang hilang itu," jelas Rachel dengan antusias.

"Lalu?" 

"Tapi masalahnya, kau harus mengajar di rumahnya. Orangtuanya tidak ingin anaknya dilihat orang lain," jawab Rachel dengan suara yang semakin pelan.

"Kenapa memangnya kalau orang melihat anaknya? Mereka malu? Pasti ini golongan orangtua kaya raya yang sangat mementingkan image," gerutu Sarah yang sudah kesal mendengar penjelasan Rachel.

"Berhentilah memusuhi orangtua muridmu. Kau sendiri belum punya anak, bagaimana kau tahu kau tidak akan melakukan apa yang mereka lakukan kalau kau punya anak nanti?" protes Rachel yang lelah mendengar omelan Sarah.

"Sekarang katakan, berapa persentase bayarannya?" tanya Sarah langsung ke intinya.

"Seperti biasa 50%."

"Apa? Tidak mau! Aku pergi ke rumahnya dan cuma mendapat 50%. Aku mau 70% dan sekolah mendapat 30%!" tegas Sarah dengan nada tinggi.

"Ayolah Sarah, jangan terlalu serakah," mohon Rachel, Sarah bergeming.

"Baik, bagaimana kalau 60-40?" tawar Rachel yang tidak ingin kehilangan terlalu banyak pemasukan untuk sekolahnya.

"Tidak," jawab Sarah.

"Dasar keras kepala. Baiklah aku akan mengatakan pada Theo bahwa kau tidak setuju mengajar putrinya," ucap Rachel kesal.

"Anak Theo?" tanya Sarah dengan suara penasaran.

"Ya, sahabatku yang kemarin kukenalkan kepadamu," jawab Rachel ketus.

"Baiklah, baiklah. Karena dia teman baikmu, aku menyerah. Aku menerima tawaran 60-40 mu," sahut Sarah cepat.

"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" Rachel bingung dengan perubahan suara Sarah.

"Karena dia sahabatmu. Sekarang siapa lagi guru yang sanggup menangani anak berkebutuhan khusus sebaik aku disini? Apa kau mau membiarkan Catri yang penakut atau Dono yang lambat mengajar anak sahabatmu?" jawab Sarah dengan penuh percaya diri.

"Baik kalau begitu, aku akan segera mengabari Theo," ucap Rachel senang lalu meninggalkan Sarah yang perlahan berjalan kaki ke stasiun kereta bawah tanah untuk melanjutkan pekerjaannya.

Tadi Sarah begitu bersemangat untuk bertemu lagi dengan Theo hingga tidak berpikir jauh, dia bahkan tidak benar-benar menyimak perkataan Sarah setelah mendengar nama Theo. Setelah tenang dia baru menyadari sesuatu.

"Sial! Kalau aku mengajar anaknya, berarti Theo sudah menikah," guman Sarah dengan wajah hampir menangis. Dari jutaan pria di dunia ini, mengapa dia harus merasakan daya tarik yang kuat kepada seorang pria beristri.

Komen (8)
goodnovel comment avatar
lutfi08
Sarah sepertinya udah jatuh cinta pada pandangan pertama deh ...
goodnovel comment avatar
princeskinan49
nah kan, baru sadar si sarah
goodnovel comment avatar
Megarita
waduh jgn mau jdi wil, satah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status