Gemuruh suasana konser terasa begitu luar biasa. Seolah dapat mengguncang dunia. Jeritan dan sorakan dari para penggemar bagaikan energy tambahan untuk Aura.
“Encore! Encore! Encore!” teriak penggemar tanpa bosan, berharap dapat dikabulkan.Melihat penggemar yang tidak kenal lelah memberinya semangat dan berulang kali meneriakkan namanya membuat air mata Aura hampir menitik. Rasa haru menguasai hati. Inilah yang Aura harapkan saat pertama kali memutuskan terjun di dunia musik dan Tuhan mengabulkannya. Akhirnya Aura bisa menghibur banyak orang dengan lagunya.Meski awalnya sulit, tapi kini akhirnya Aura bisa membuktikan kalau dirinya berhasil! Cita-citanya tercapai meski harus melalui banyak hal.Permintaan penggemar begitu menggila membuat Aura tidak memiliki pilihan lain dan memutuskan untuk menyanyikan satu lagu tambahan, tanpa tarian yang disambut begitu meriah. Meski lelah, namun Aura puas karena sudah menyuguhkan penampilan terbaiknya malam ini. Penampilan yang bisa membuat penggemarnya tertawa senang.Tepat setelah lirik terakhir dinyanyikan, Aura mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada penggemar dan meninggalkan panggung.Sumpah, tubuhnya lelah, suaranya mulai habis karena telah menyanyikan lebih dari 10 lagu. Tanpa lipsync. So cool!“Silahkan minum dulu, Nona,” ucap Max sigap yang langsung diterima oleh Aura, bahkan gadis itu meneguknya hingga tandas tak bersisa! Bagai orang yang sudah lama tinggal di padang gurun dan baru menemukan oase. Serius, Aura merasa tenggorokannya kering.“Thanks, Max,” ucap Aura sambil mengembalikan botol kosong kepada Max yang selalu siap sedia di dekatnya. Menjaga dan mengawasinya dari hal yang tidak diinginkan.“Fiuhh! Akhirnya konser dunia yang melelahkan berakhir juga! Setelah ini aku akan liburan panjang!” ucap Aura sambil menggosok kedua tangannya, tidak sabar dengan rencananya yang terdengar menyenangkan. Tidak sabar ingin bermalas-malasan sesekali!Aura berganti kostum dan menghapus make up secepat mungkin, tidak ingin menundanya barang sedetikpun. Dirinya hendak kembali ke hotel. Mandi dan tidur adalah tujuan utamanya, tapi sayang rencananya harus buyar saat sang manager masuk ke dalam ruang ganti dan berucap nyaring bagaikan toa yang sedang berkumandang,“Malam ini kita akan berpesta untuk merayakan konser dunia yang berakhir dengan sukses! Aku akan mentraktir kalian semua! Dan kamu, Aura, sebagai bintang dari acara malam ini tentu harus ikut, okay?” ucap sang manager dengan raut mengiba membuat Aura tidak tega menolak dan terpaksa mengiyakan meski tubuhnya terasa remuk redam!“Oke, tapi aku tidak janji bisa ikut sampai acara berakhir, tidak apa kan? Rasanya aku ingin istirahat lebih awal,” balas Aura sambil mengulas senyum tipis, meminta pengertian.“It’s okay, yang penting kamu hadir!” balas sang manager, sadar kalau Aura ingin istirahat.“Oke. Bagaimana kalau kita merayakannya di bar yang ada di lobby hotel tempat aku menginap?” tawar Aura, berharap dengan begitu nanti dirinya bisa melarikan diri lebih cepat dan lebih mudah! Tidak perlu bermacet ria di jalan pula. Lebih efisien baginya kan?“Sounds good!” jawab mereka kompak bagai paduan suara, masih terdengar semangat.“Okay, let’s go!” ajak Aura membuat sorak sorai terdengar nyaring. Seluruh crew yang rata-rata berkewarganegaraan Korea tampak semangat, tidak terlihat lelah seperti Aura!Dan sekarang disinilah mereka berada, di salah satu bar yang ada di dalam hotel bintang lima, menyewa ruangan private yang paling besar. Aura tidak ingin diserbu oleh penggemarnya lagi, tidak untuk saat ini. Apalagi acara malam ini adalah untuk merayakan berakhirnya konser dunia yang melelahkan! Aura perlu privacy untuk menenangkan diri.Aura menatap setiap orang yang ada di sekelilingnya, orang yang ikut membantu suksesnya acara konser di 26 kota dalam rentang waktu tiga bulan ini, bukan waktu yang sebentar. Tanpa mereka, Aura pasti tidak akan bisa melangkah sampai sejauh ini. Serius.“Setelah ini anda akan liburan kemana, Nona?” tanya Max memecah lamunan Aura.“Entahlah, aku belum sempat memikirkannya,” balas Aura lelah, enggan berpikir.“Apa setelah ini anda akan menetap di Seoul? Atau kembali ke Jakarta?” selidik Max.“Sepertinya untuk beberapa waktu ini aku lebih memilih tinggal di Seoul, rasanya aku perlu suasana baru. Siapa tau dengan begitu aku bisa mendapat inspirasi dan menciptakan lebih banyak lagu kan? Apalagi sudah cukup lama aku meninggalkan negara ini dan sekarang aku kembali merindukannya,” kekeh Aura setelah terdiam sejenak.Ya, sebagai blasteran Indonesia Korea, dimana ibunya berdarah Indonesia dan ayahnya berdarah Korea, tidak heran kalau Aura terkadang merindukan negara yang pernah ditinggalinya saat masih kecil. Negara yang mengisi masa kanak-kanaknya dengan tawa.“Apa orangtua anda tidak mempermasalahkannya? Apa mereka tidak khawatir?”“Sepertinya tidak, kamu tau sendiri kalau aku bebas melakukan apapun asal bisa bertanggung jawab terhadap hal tersebut kan?” balas Aura yakin dengan jawabannya.“Ya, saya tau. Anda beruntung memiliki orangtua seperti itu, setidaknya hidup anda tidak dikekang dan bisa melakukan hal yang anda sukai,” balas Max dengan senyum kecil.“Sudahlah jangan membahas mengenai hidupku lagi, sekarang lebih baik kamu ikut bersenang-senang, minum sedikit alkohol dan bergabung dengan mereka! Jangan hanya menjagaku terus menerus, lagipula ini untuk merayakan keberhasilanku!” ucap Aura.“Saya tidak berani, Nona. Bagaimana kalau ada fans yang mengganggu anda?” tolak Max cepat, tidak ingin mengambil resiko. Tidak ingin meninggalkan tugas utamanya.“Tidak mungkin! Apalagi ini hotel tempatku menginap. Aku yakin aman, Max,” balas Aura, karena untuk keamanan memang keberadaannya tidak diketahui oleh penggemar. Agencynya tidak ingin mengambil resiko dan merahasiakan tempat menginap Aura.“Tidak, Nona. Apalagi semua bodyguard sudah anda pulangkan, saya tidak berani mengambil resiko,” tolak Max keras kepala. Sadar kalau artisnya begitu populer!“Ayolah, Max! Aku juga ingin kamu bersenang-senang seperti yang lain. Apalagi ini hari terakhir kamu menjagaku! Besok adalah hari perpisahan kita, jadi jangan membuatku merasa bersalah karena menyuruhmu bekerja terus menerus. Sesekali kamu harus bersenang-senang, please?” pinta Aura membuat Max menyerah, tidak bisa menolak lagi.“Baiklah, saya akan minum sedikit,” jawab Max pasrah dengan keinginan bossnya.“Minumlah sepuasnya! Aku tidak masalah! Jangan khawatirkan apapun, Max! Tidak akan terjadi masalah apapun. Percaya padaku, okay?” ucap Aura membuat Max hendak protes.“Tapi, Nona…” penolakan Max terpaksa pupus karena Aura enggan dibantah lagi!Aura melotot dengan gemas, pura-pura marah membuat Max mengangkat tangan, menyerah dengan keinginan bossnya yang terkadang bisa begitu keras kepala. Terpaksa Max bergabung dengan yang lain, meninggalkan Aura seorang diri di sofa, asyik bermain ponsel sambil sesekali menyeruput minumannya. Bersantai dengan kesendiriannya.Aura tidak menyadari kalau tindakannya ini membuat orang yang sejak dulu selalu membencinya memiliki kesempatan untuk mencelakakan dirinya! Terlebih lagi orang itu berada di dekatnya, selalu mengintai Aura dalam jarak dekat. Seperti sekarang!Aura berjalan menuju restroom dengan tubuh sedikit oleng akibat alkohol meski tidak parah, hendak mencuci tangan setelah melahap french fries yang berminyak. Sebenarnya sebagai penyanyi Aura harus menghindari segala jenis makanan dalam bentuk gorengan untuk menjaga kualitas suara, tapi karena setelah ini waktunya liburan jadi Aura pikir tidak masalah melanggar kebiasaannya sesekali. Toh hanya makan sedikit!Sedangkan di dalam sana semua orang masih asyik bercengkerama, bermain truth and dare sambil menenggak alkohol, termasuk Max yang awalnya hanya ingin minum sedikit namun ternyata selalu kalah dalam permainan hingga membuat pria itu hampir tumbang! Aura hanya bisa terkekeh saat melihat bodyguard yang biasanya tangguh ternyata tidak kuat minum banyak! Dan nyaris tidak sadarkan diri! Astaga!Aura mengeringkan tangan dan baru hendak kembali ke ruangan saat tubuhnya disenggol seseorang, untung orang tersebut dengan sigap menyangga tubuhnya! Jika tidak, Aura pasti akan langsung mencium l
Axel menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Keningnya mengernyit bingung, bagaimana bisa wanita sewaannya datang secepat ini? Rasanya belum ada 15 menit yang lalu Axel menghubungi wanita yang siap sedia menyediakan jasa wanita malam langganannya!Dan bagaimana bisa wanita itu memiliki kunci untuk masuk ke kamarnya? Aneh!‘Mungkinkah wanita ini kebetulan berada di dekat sini? Bisa saja!’ batin Axel sambil melangkah mendekati wanita yang pandangan matanya tampak tidak fokus dengan pipi memerah, tanda kalau wanita itu dalam kondisi mabuk meski tidak parah.‘Apa benar wanita ini untukku? Tidak biasanya dia mengirim wanita mabuk!’Axel yang tidak ingin dipersalahkan langsung menghubungi nomor tadi, hendak memastikan terlebih dahulu.“Bagaimana? Wanitanya sudah sampai kan?” tanya wanita itu sebelum Axel sempat mengucapkan kata halo.“Jadi benar wanita ini darimu? Tapi kenapa dia mabuk?” “Ahh, hanya dia satu-satunya wanita yang tersisa malam ini, tidak ada yang lain lagi. Tidak masalah kan? La
Axel terbelalak kaget saat mendengar raung kesakitan Aura, terlebih lagi wajah gadis itu mengernyit menahan sakit! Astaga! Dengan jantung berdebar Axel menarik adik kecilnya dan mengumpat pelan. Darah. Shittt! Siapa yang menyangka kalau wanita yang disodorkan padanya malam ini masih perawan?Damnn! Sekarang harus bagaimana? Berhenti? Tidak mungkin! Miliknya sudah begini tegang masa iya harus berhenti? Bisa sakit kepala atas dan bawah nanti! Tapi Axel juga tidak tega saat melihat Aura masih meringis kesakitan!Antara gairah dan akal sehat berperang di dalam diri Axel, namun pada akhirnya tetap gairah yang memenangkan perdebatan itu!“Aku tidak peduli! Aku sudah membayarmu, jadi aku akan tetap melakukannya!” putus Axel dan kembali melu-mat bibir merah Aura, hendak menahan pekik kesakitan yang pastinya akan kembali terlontar saat adik kecilnya menyeruak masuk untuk yang kedua kalinya ke dalam milik Aura!Aura meronta, hendak melepaskan diri, tapi percuma. Tenaga wanita sejak dulu tidak pe
‘Bagaimana bisa ada dua kunci di saku jaketku?’ pikir Aura heran, namun dirinya tidak sempat berpikir terlalu lama, takut pria itu keburu terbangun.Maka masih dengan rasa heran Aura berjalan mengendap-ngendap keluar kamar. Dirinya baru bisa bernafas lega saat pintu kamar di belakangnya sudah tertutup rapat. Tergesa, Aura kembali ke kamarnya sendiri masih dengan otak berpikir keras.Kunci kamar 2522 dan 1828. Kamar 2522 adalah kamar pria tadi, tapi bagaimana bisa kunci kamarnya ada di dalam saku jaket Aura? Siapa yang memasukkannya? Kapan? Dan apa maksudnya? Apa memang ingin sengaja menjebak Aura? Dan kurang ajarnya jebakan itu berhasil! Karena Aura sadar kalau dirinya sudah kehilangan kegadisannya.Selain rasa sakit di area sensitifnya, bercak darah di atas ranjang juga menjadi bukti nyata kalau kegadisannya telah direnggut oleh pria tadi. Aura sempat melihatnya meski hanya sekilas! Sedangkan kamar 1828 memang adalah kamar Aura, dimana kopernya masih tergeletak manis di dalam sana. A
Kantor agency…“Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Max. Meski aku sadar kalau ucapan saja tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu,” ucap Aura sambil memeluk Max dengan hangat. Pelukan persahabatan karena Aura sudah merasa begitu nyaman dengan Max.“Jangan bilang seperti itu, Nona. Saya hanya melakukan tugas.”“Memang, tapi tetap saja selama ini kamu sudah menjagaku dan melakukan tugasmu dengan sangat baik. Dan ini, aku ada sedikit hadiah untukmu. Anggap saja sebagai kado perpisahan dariku jadi tolong jangan menolaknya, okay?” ujar Aura mengiba membuat Max tidak memiliki alasan untuk menolaknya.“Baiklah, saya akan menerimanya. Terima kasih, Nona.”“Hmm… setelah ini jangan sampai lost contact, okay?”“Tentu saja, Nona. Saya akan menerima telepon anda. Kapanpun anda menelepon,” ucap Max yakin membuat senyum Aura merekah lebar. Dirinya memang kehilangan seorang bodyguard handal, tapi setidaknya Aura tidak kehilangan teman terbaiknya!“Oh dan jangan lupa
Satu jam kemudian…Aura menyusuri area taman yang begitu luas, tampak menenangkan. Ini adalah tempat yang tepat bagi Aura untuk melarikan diri meski hanya sejenak. Setelah berjalan cukup jauh, barulah Aura memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sisi kolam. Menatap kolam yang terlihat indah di matanya.Selama itu pula hanya ada hening, tidak ada perbincangan apapun antara Axel dengan Aura, seolah mereka berusaha menutup kejadian yang terjadi dua malam lalu. Axel hanya berdiri di dekat Aura, menjaganya. Sedangkan Aura juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengabaikan keberadaan Axel.Hingga ponsel Aura berdering memecah keheningan membuatnya terlonjak kaget.“Halo? Ya, Ma?” Senyum Aura merekah lebar saat mendengar suara mamanya di seberang sana. Sudah lebih dari tiga bulan Aura tidak sempat bertemu dengan mamanya, hanya berkomunikasi melalui ponsel akibat terlalu sibuk mengurus segala macam persiapan konser. Tidak heran kalau dirinya begitu merindukan sang mama.Apalagi Au
Aura meninggalkan Axel yang masih terpaku di ruang tamu. Denting ponsel membuat Axel tersadar dan membuka pesan yang masuk. Dari Aura. “Pulanglah. Besok tidak perlu datang karena aku tidak akan pergi kemanapun.”Itu pesan dari Aura. Entah apakah benar wanita itu memang tidak ingin pergi atau sengaja menghindar dari Axel karena kejadian malam ini? Bisa jadi kan?“Baik, Nona.” Hanya itu jawaban yang bisa Axel berikan. Memangnya apalagi? Axel tidak mungkin bersikeras datang jika tidak diperlukan kan? Terpaksa Axel pulang dengan hati kacau balau. Meski hanya sedetik, tadi Axel sempat melihat raut sedih terpancar di wajah Aura dan hal itu membuat Axel diserbu oleh rasa bersalah. Tapi jika dipikir kembali hal itu bukan salah Axel sepenuhnya kan? Aura yang datang ke kamarnya malam itu dan mucikari juga bilang kalau Aura adalah wanita yang memang disediakan untuknya! ‘Aku harus mencari tau bagaimana bisa Aura datang ke kamarku!’ putus Axel dan langsung menghubungi sang mucikari yang langsu
Keesokan paginya…Aura menjalani harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan dan langsung mengurung diri di studio musiknya, berharap dapat menciptakan lagu baru. Tapi hasilnya nihil! Jangankan lagu baru, pikiran Aura malah semakin kacau balau! Kurang ajar!Aura begitu sulit berkonsentrasi, otaknya penuh dengan Axel dan ucapan pria itu semalam. Ucapan yang membuat jantung Aura langsung mencelos takut.Hamil? Astaga! Aura tidak pernah berani membayangkan hal seperti itu! Dirinya belum siap! Bahkan mendengarnya saja terasa mengerikan! Masih banyak hal yang harus Aura raih dalam hidupnya. Aura tidak ingin kehadiran seorang anak di saat yang tidak tepat membuat rencana hidupnya jadi buyar!Beda halnya dengan Axel yang sudah berada di depan rumah Aura. Dalam pakaian biasa yang terlihat jauh lebih santai. Hari ini dirinya datang bukan sebagai bodyguard, tapi sebagai pria biasa yang ingin membahas hal pribadi. Hal apalagi jika bukan soal perkara beberapa malam lalu?Axel menekan bel p