Axel hanya bisa menggerutu, kesal dengan sikap Aura karena telah dengan seenaknya mengusir Axel dari apartemennya sendiri, meski dirinya sadar kalau Aura tidak memiliki pilihan lain, tapi tetap saja dongkol! Pemilik tapi diusir, wajar kalau Axel merasa kesal kan?Apalagi melihat balasan Aura yang begitu cuek dan terkesan masa bodoh! Menyebalkan!‘Baiklah, anggap saja aku sedang liburan dan bersenang-senang! Seperti dulu sebelum memutuskan bekerja untuk menghabiskan waktu,’ putus Axel dan masuk ke dalam hotel, menunggu dengan sabar sampai receptionist memberikan kartu kamar untuk dirinya. Dan sekarang disinilah Axel berada, di dalam kamar suite yang nyaman dengan fasilitas super mewah dan lengkap. Tidak heran kalau harganya selangit! Tapi siapa yang peduli? Besok Axel bisa menagihnya langsung pada Aura! Lagipula Aura juga sudah menyetujuinya kan? Balasan pesan teks dari Aura bisa Axel jadikan bukti jika wanita itu menolak bayar atau mendadak amnesia dalam semalam!Axel baru hendak memb
Tubuh Axel ambruk di atas ranjang dengan posisi telentang. Matanya terpejam erat. Deru nafasnya terdengar memburu. Bibirnya masih menggumamkan nama Aura hingga membuat wanita yang melayaninya dongkol setengah mati! Bagaimana bisa seorang pria menyebut nama wanita lain di saat mencapai kepuasan? Pria memang breng-sek!Tapi sebagai wanita panggilan dirinya tidak memiliki hak untuk protes, yang penting pelanggannya puas! Dan dirinya bisa mendapatkan tips yang besar! Yang lainnya abaikan saja! Terlebih soal perasaan! Seorang wanita panggilan harus mati rasa agar tidak sering sakit hati akibat kelakuan pelanggan yang kurang ajar!Sekian menit berlalu dalam hening hingga Axel turun dari ranjang, hendak membersihkan diri. Namun sebelumnya Axel tidak lupa melemparkan beberapa lembar uang pecahan 50.000 won hingga membuat wanitanya kegirangan.“Terima kasih, Tuan!” ucap sang wanita genit namun tidak digubris oleh Axel, bahkan pria itu langsung mengunci diri di kamar mandi! Meninggalkan wanitany
Seo Min Young berjalan riang di sepanjang lorong. Ketukan sepatu hak tingginya terdengar berirama dan berhenti di depan pintu ruangan Aura dimana ada Axel yang berjaga di luar. Terlihat siaga.“Kamu siapa?” tanya Min Young heran, baru kali ini melihat wajah Axel yang asing di matanya. Biasanya yang berjaga seperti ini adalah Max, bahkan saat di pesta penutupan konser pun masih Max, tapi kenapa kali ini Max malah tidak terlihat dimanapun? Kemana bodyguard andalan Aura yang satu itu? Apa sedang cuti? Atau sakit?“Saya Axel, bodyguard nona Aura,” jawab Axel tegas dengan suara dalamnya.“Bodyguard Ae Ra? Lalu bagaimana dengan Max?” Axel baru hendak menjawab saat Min Young mengibaskan tangan, tampak tidak peduli.“Sudahlah nanti aku akan menanyakannya langsung pada Ae Ra!” Tangan Min Young terangkat hendak mengetuk pintu saat Axel menghalanginya.“Nona Aura sedang ingin sendiri, jadi lebih baik anda datang lagi lain kali.”“Apa? Datang lagi lain kali? Apa kamu bermaksud mengusirku?” tanya
“Nona Sandara ingin menemui anda, Nona.”“Biarkan dia masuk!” perintah Aura dengan nada lelah. Otaknya sudah suntuk karena sejak tadi berkutat dengan segala macam nada dan not balok, tapi belum bisa menciptakan lagu yang benar-benar mengena di hatinya. Parah!Jadi tidak ada salahnya merefresh otaknya sejenak dan menemui Sandara. Memaksakan otak untuk bekerja terus menerus juga tidak akan bagus kan? Bukannya menciptakan lagu baru, tapi Aura malah akan bertambah stress saking tertekannya!Sandara masuk ke dalam ruangan Aura dengan senyum ceria. Senyum ceria yang penuh dengan kepalsuan jika boleh diperjelas.“Ae Ra-ya!” panggil Sandara membuat Aura menoleh dan tersenyum tipis.Hubungannya dengan Sandara dan Angela memang tidak seakrab hubungan Aura dengan Min Young, tapi mereka semua seumuran dan menjadi trainee di tahun yang sama. Wajar kalau Sandara memanggilnya dengan panggilan akrab, lagipula Aura tidak terlalu peduli dengan segala macam formalitas panggilan yang sangat dijunjung ti
Aura mengurung diri selama berjam-jam di studio musik yang ada di kantor agencynya. Setelah pindah selama sementara waktu ke apartemen Axel, otomatis Aura harus memanfaatkan fasilitas kantor untuk menciptakan lagu karena apartemen pria itu sama sekali tidak menyediakan alat musik untuk Aura bekerja. Menyebalkan!Aura memetik gitar di pangkuannya, memutar otak agar bisa mendapatkan nada yang pas untuk lagu barunya. Namun sampai pusing Aura berpikir, dirinya belum menemukan nada yang cocok! Masih jauh dari keinginan hatinya. Kacau!“Kenapa? Belum dapat inspirasi baru?” tanya Min Young yang tiba-tiba masuk ke dalam studio tanpa mengetuk pintu dan menemukan Aura sedang mengacak-acak rambutnya dengan frustasi, tidak heran kalau Aura sekarang terlihat seperti hantu!“Hm, begitulah! Sepertinya aku perlu liburan!” keluh Aura membuat Min Young mencibir.“Liburan? Bukankah kemarin Ji Hwan sudah mengijinkan tapi kamu sendiri yang ingin kembali bekerja? Benar-benar rajin!” sindir Min Young tepat s
Axel menerima telepon Clay. Tidak sabar ingin mendengar apa yang akan disampaikan oleh pria itu, tapi sayang kali ini Axel harus menelan kekecewaan karena Clay yang biasanya begitu gigih mengorek informasi kini harus menyerah kalah.“Sorry, Bro, kali ini gue angkat tangan karena orang yang jebak Aura pertama kali itu lihay banget sampe gue susah ngelacaknya. Belum ada hasil sampai sekarang!” keluh Clay, baru kali ini dirinya merasa gagal menjadi informan. Biasanya selalu berhasil! Bahu Axel melunglai mendengar ucapan Clay. Harapan satu-satunya seolah langsung dirampas begitu saja membuat Axel tidak memiliki siapapun lagi untuk diandalkan dalam melacak misteri pertama. Teka teki yang mempertemukannya dengan Aura.“Yakin nggak bisa diusahain, Bro?” tanya Axel masih mencoba bernegosiasi, siapa tau Clay berubah pikiran dan kembali mencari akal untuk membantunya.“Sorry, gue udah coba segala macam cara tapi hasilnya tetap nihil. Dugaan gue cuma ada dua hal, antara yang ngelakuin hal itu te
“Apa dia marah?” tanya Lionel sesaat setelah Aura mematikan ponselnya.“Entahlah. Tapi aku tidak peduli!” balas Aura cuek. Pura-pura cuek lebih tepatnya, karena tidak bisa dipungkiri kalau Aura merasakan sedikit sentakan rasa bersalah di hatinya saat mendengar nada Axel yang khawatir padanya! ‘Abaikan saja, Aura! Jangan berpikir macam-macam! Lebih baik sekarang nikmati waktumu dengan Lionel, belum tentu ada kesempatan seperti ini lagi!’ batin Aura, berharap dengan begitu hatinya bisa sedikit lebih tenang.Namun sekuat apapun Aura mengabaikan Axel, hatinya masih merasa tidak nyaman meski Aura dapat menutupinya dengan baik di hadapan Lionel! Acara makan malam terasa menyenangkan. Obrolan mereka tidak ada habisnya, dari satu obrolan berlanjut ke obrolan lainnya. Dan saat dessert mulai dihidangkan, saat itu pula Lionel merasakan kegugupan menghantam hatinya.‘Now or never!’ batin Lionel meyakinkan hati, memperhatikan Aura tanpa berkedip.Aura menyendok tiramisu cake kesukaannya sedikit d
“Aku sudah resmi berkencan dengan Lionel,” beritahu Aura santai, berbeda jauh dengan Ji Hwan yang langsung terlonjak kaget, bahkan pria itu membola terkejut saat mendengar pemberitahuan Aura, menganggap Aura hanya sekedar bercanda untuk membalas godaan yang sering Ji Hwan berikan padanya. Godaan yang berhubungan dengan Lionel.“Apa kamu sedang mengerjaiku?” tanya Ji Hwan sambil memicingkan mata curiga.Aura menggeleng cepat.“Tentu saja tidak, Oppa! Kenapa kamu tidak percaya padaku? Apa aku perlu menghubungi Lionel agar kamu percaya?” tanya Aura sambil mengeluarkan ponselnya, hendak menelepon sang kekasih agar Ji Hwan percaya kalau Aura tidak mengada-ngada.Ya, setelah berpikir berulang kali, Aura memutuskan untuk mengatakan kebenarannya pada Ji Hwan, harusnya tidak masalah kan? Aura tidak ingin lagi membohongi managernya, cukup mengenai masalah Axel saja yang mengharuskan Aura berdusta!Aura tidak ingin menambah kebohongan lain, apalagi Ji Hwan dari dulu juga terlihat setuju dan mendu