Susi masuk ke dalam, ia meminta handphone dengan menengadahkan tangannya, "Berikan cepat!" perintahnya.Dodi menyembunyikan di balik tubuh kurusnya, "Nggak mau, ini privasiku, Bu," tolaknya."Privasi-privasi? Emangnya kamu siapa pakai privasian segala. Makanmu saja masih ibu yang tanggung sok segala privasi." Susi mengomel sambil melotot, "cepat sini!""Nggak, nanti ibu ambil semua." Dodi tetap bersikeras memegangnya. Susi geram dan akhirnya maju lalu merebutnya dengan paksa."Bu!" protes Dodi saat benda pipih yang menyimpan rahasia m bankingnya sudah beralih ke tangan ibunya."Udah diem!" Susi menggulirnya dan menemukan pesan m banking senilai sepuluh juta rupiah, "Apa yang kamu jual ha? Ini uang dari mana?" Susi marah dan menatap kakak dari Aneska itu."Sembarangan ibu tuduh aku menjual, yang ada ibu tuh yang sudah jual sofa sama lemari. Terpaksa duduk di lantai kita," gerutu Dodi tak terima."Ibu jual juga biar kita bisa makan, kau pikir sekarang mau dapat duit dari mana, Ane
"Jangan melamun, seharusnya kamu manfaatin ini dengan baik. Kalau aku jadi kamu inilah kesempatan buat balas sakit hati kakak iparmu itu." Jane terus membisikkan semangat untuk Aneska.Jane diam saat melihat sosok Dewi datang mendekati merekam"Anes, sudah saatnya kita pergi dan kamu, siapa namamu?" Dewi begitu ramah memperlakukan Aneska berbeda dengan Jane."Siap, saya Jane," jawab Jane cepat."Kamu tidak perlu ikut," ucap Dewi sedikit ketus."Saya juga tidak mau ke sana, tugas saya hanya memastikan kalau adik saya sudah di nikahi. Itu saja." Jane tidak begitu menyukai Dewi yang cepat berubah pikiran. Terlihat mata duitan. Dia membayangkan kalau Dewi tau Anes sudah didepak dari keluarga Himawan pastilah dia akan membenci Aneska. Setelahnya ia pun pamit pada Aneska, tak lupa mengucapkan selamat dengan tawa."Sudah, ayo pulang!" Billy mengajak keduanya. Ia terlalu lelah dan pusing dengan apa yang sudah terjadi.Di rumah Aneska di antar ke kamar, sedangkan Billy menyusul ibunya k
Aldi merencanakan liburan untuk mereka. Ada Himawan dan juga Ranu. Meninggalkan sejenak kesibukan di dunia kerja.Pagi ini pesawat yang membawa mereka telah tiba di Bali. Aldi membawa mereka ke sebuah rumah yang bagian belakangnya menghadap ke pantai."Kamu nyewa rumah, Mas. Kan cuma tiga hari saja?" Serena merasa ini terlalu berlebihan mengingat mereka hanya enam orang saja.Belum lagi Aldi menjawab, Serena sudah terpukau oleh gambar besar yang ruangannya baru saja ia masuki, "I-ini rumah Mas Aldi?"Pria itu menjawab dengan pelukan di pinggang sang istri. Dagunya jatuh tepat di bahu Serena, "Ini milikmu sayang. Hadiah pernikahan tujuh tahun yang lalu. Mas baru sempat menunjukkannya setelah selesai di renovasi.Serena terharu, ternyata suaminya sudah menyiapkannya rumah sejak dulu, pantas saja ada foto menikah mereka di atas tempat tidur king size."Sayang, ini bukan sekedar liburan untuk kita. Mas Aldi ingin kita memiliki anak lagi, kamu mau kan?" Kini mereka berhadapan saling m
Entah sudah berapa lama Aneska berdiam diri di dalam toilet, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ibu Billy ingin bertamu ke rumah mereka.Rumah Himawan tepatnya.Aneska tak mungkin membawanya. Dia jadi terjebak oleh rencana Jane sahabatnya."Bil, coba kamu panggil," ucap Dewi yang merasa ini tidak wajar."Biarin aja, Bu. Mungkin lagi ngeden," jawab Billy santai. Dia memang tidak peduli pada wanita itu.Ck"Lama!" Dewi berdecak. Ia mulai merasakan kecurigaan dari sikap Aneska. Aneska memasang senyum palsu begitu keluar dari toilet. Dia pun mengajak keduanya turun untuk makan di bawah, "Tante dan Billy menginap saja di sini, aku sudah pesankan kamar.""Loh, kamu tidak ada rencana membawa kami ke rumah orang tuamu?" Dewi mengeryit heran. Aneska memalingkan wajah, menggigit bibir bawahnya. Membawanya ke rumah Susi bukanlah pilihan yang tepat. Bisa-bisa ibunya itu akan bikin ulah dan malu. "Ayah sedang liburan, Tan. Mungkin lusa baru pulang." Aneska beralasan meskipun benar adanya
Kepulangan Himawan dipercepat guna memberikan keleluasaan pada Aldi dan Serena di Bali. Ia sengaja membawa Ranu cucunya agar tidak mengganggu.Himawan ingim cucu yang banyak sebelum ajal memanggilnya. Hari ini dia ingin mengecheck keadaan salah satu hotel yang kebetulan dipimpin oleh menantunya, tapi melihat Billy dan mendengar pengakuan ibunya membuat Himawan terkejut."Ayah, maaf tidak mengabari sebelumnya." Aneska muncul dari balik pohon. Sungguh ia sangat takut jika Himawan akan membongkar siapa dirinya saat ini."Ini kebetulan sekali," seru Dewi senang, "kata Aneska Pak Himawan sedang liburan ternyata sudah pulang." Dewi tersenyum sangat ramah tapi berbeda dengan Billy yang tampak datar lalu Aneska yang wajahnya tampak tidak nyaman. "Ya, saya juga ingin mendengar cerita tentang mereka berdua." Himawan menyambut ucapan Dewi. Ia pun mengajak mereka ke rumahnya, termasuk Aneska juga. Sampai di sana Dewi takjub melihat rumah Himawan yang besar. Impiannya punya besan kaya sudah t
Bab 1Serena kembali ke Indonesia setelah tujuh tahun menetap di Singapura. Ia datang dengan satu tujuan penting yang menyangkut dengan masa lalunya. Di sinilah ia berdiri, di hadapan hotel tempatnya bekerja tujuh tahun yang lalu, menjadi salah satu staf di Himawan Hotel."Selamat datang!"Seorang petugas hotel menyambut kedatangannya, Serena membalas dengan senyuman. Ia di arahkan ke bagian resepsionis guna untuk memesan kamar.Serena diberikan card, lalu seseorang yang tadi mengantarnya ke atas. Setiap pijakan seolah melambat, memori tujuh tahun kembali berputar di kepalanya.Sehari setelah ia sah menjadi istri dari Aldi Himawan, pewaris hotel tempatnya bekerja, Serena di permalukan oleh Lydia yang mengaku sebagai istri dari suaminya, Aldi.Wajah Serena seolah kembali tertampar saat kalimat kotor keluar dari mulut Lydia waktu itu dan kembali menggema di telinganya."Kau menyerahkan tubuhmu pada pria beristri, benar-benar murahan! Hei! Kalian, lihatlah jalang ini yang merangkak
Bab 2Setelah lelah berselancar di sosial media miliknya, Serena berniat hendak tidur, besok pagi dia harus segar saat bertemu dengan Aldi.HufftSerena menghembuskan nafas di depan cermin, berharap Aldi tidak lagi menunda untuk men-talaknya besok pagi.Tiba-tiba Serena ingat dengan Ranu, mungkin putranya itu sudah tidur saat ini. Serena pun mengambil gaun tidur yang sengaja ia bawa dari Singapura. Membongkar koper lalu meninggalkannya begitu saja. Besok pagi sekalian di bereskan sebelum check out. Pikirnya.Serena merebahkan dirinya hingga tak terasa matanya sudah terpejam rapat dan membawanya ke alam mimpi."Serena, aku menyukaimu!" Gadis itu tersipu mendengarnya, tak di pungkiri meski usia Aldi jauh di atasnya, Serena mengagumi sosok atasannya itu, namun se-kagum apapun Serena pada Aldi, dia cukup sadar dan tahu diri kalau Aldi itu sudah bukan single lagi.Tanpa Serena ketahui bahwa Aldi pun diam-diam mengagumi sosoknya setelah pertemuan pagi itu lalu berubah menyukai bahkan sam
Bab 3Aldi tidak bisa tidur memikirkan pertanyaan Serena tadi. Ia pun memilih pergi ke rumah Benu.Mengganggu istirahat asistennya, lebih baik dari pada dirinya terus dihantui oleh rasa penasaran."Benu apa yang terjadi tujuh tahun yang lalu dengan Serena?" Aldi bahkan langsung bertanya begitu pintu di buka.Pemiliknya saja masih terlihat mengantuk, karena ini sudah hampir dini hari."Aku rasa tidak ada, bos, yang aku dengar Serena baik-baik saja sebelum akhirnya menghilang." Benu ingat saat itu. Serena memang berhenti bekerja pasca menikah dengan bosnya dan Benu mengira itu wajar.Lagi pula pasca ayahnya Himawan jatuh di kamar mandi, Aldi langsung di suruh pergi ke luar negeri bersama Benu."Kenapa tidak tanya sama dia, bos?" Benu datang membawa satu gelas teh untuk Aldi yang masih berpikir keras mencari jawaban. "Kalau dia mau menjawabnya, untuk apa aku datang ke sini?" Aldi balik bertanya. Dia terus mencari-cari ingat. "Sebelum aku pergi subuh itu, aku tinggalkan surat untukny