Serena di permalukan setelah melalui malam pertama dengan Aldi suaminya, oleh wanita yang mengaku sebagai istri pertama Aldi. Sehingga orang-orang menganggapnya murahan dan pelakor. Hati Serena hancur saat itu, di tambah lagi sosok Aldi menghilang begitu saja, hingga Serena nekat mendatanginya ke rumah, namun yang terjadi Serena di usir oleh satpam, setelah itu dia mendapat teror yang mengancam keselamatan keluarganya. Sebulan setelah kejadian itu, Serena akhirnya memutuskan pergi ke Singapura dan menetap di sana, namun siapa sangka malam pertama yang terjadi ternyata menumbuhkan benih di rahimnya. Hingga tujuh tahun berlalu Serena kembali ke Indonesia untuk meminta cerai dari Aldi. Akankah Aldi menceraikan Serena atau justru tidak membiarkannya pergi lagi?
ดูเพิ่มเติมBab 1
Serena kembali ke Indonesia setelah tujuh tahun menetap di Singapura. Ia datang dengan satu tujuan penting yang menyangkut dengan masa lalunya.Di sinilah ia berdiri, di hadapan hotel tempatnya bekerja tujuh tahun yang lalu, menjadi salah satu staf di Himawan Hotel."Selamat datang!"Seorang petugas hotel menyambut kedatangannya, Serena membalas dengan senyuman. Ia di arahkan ke bagian resepsionis guna untuk memesan kamar.Serena diberikan card, lalu seseorang yang tadi mengantarnya ke atas. Setiap pijakan seolah melambat, memori tujuh tahun kembali berputar di kepalanya.Sehari setelah ia sah menjadi istri dari Aldi Himawan, pewaris hotel tempatnya bekerja, Serena di permalukan oleh Lydia yang mengaku sebagai istri dari suaminya, Aldi.Wajah Serena seolah kembali tertampar saat kalimat kotor keluar dari mulut Lydia waktu itu dan kembali menggema di telinganya."Kau menyerahkan tubuhmu pada pria beristri, benar-benar murahan!Hei! Kalian, lihatlah jalang ini yang merangkak ke atas ranjang suamiku!" teriak Lydia kala itu. Serena malu sejadi-jadinya, banyak staf yang menyaksikan kejadian itu. Bukan hanya itu, ada banyak lagi kalimat yang menyakitkan ia terima."Ini kamarnya, Bu, silahkan!"Lamunan Serena buyar saat petugas hotel tadi menunjuk kamarnya."Terimakasih!" ucap Serena. Staf tersebut mengangguk lalu permisi.Serena mengistirahatkan tubuhnya sebelum sore nanti mulai melakukan rencananya, namun sebelum hal itu terjadi suara benda pipih miliknya berdering."Mami, Ranu kangen!"Serena tertawa melihat ekspresi putranya yang berada di Singapura. Padahal belum genap sehari mereka berpisah."Mami baru sampai? Kata Om Billy naik pesawat nggak sampai dua jam, terus naik taksi sekitar satu jam. Sekarang sudah empat jam Mami berangkat."Serena tersenyum mendengar celotehan putra pintarnya tersebut, "Iya, mami baru nyampe dan sekarang mau istirahat dulu," jelas Serena."Jadi Mami belum ketemu sama teman Mami itu?" Setahu Ranu, maminya sedang rindu dengan temannya makanya berkunjung ke Indonesia.Serena menggelengKedua bahu Ranu merosot ke bawah di ikuti dengan raut wajah cemberut, "Jadi, Mami akan lama pulangnya?""Tidak sayang, sore nanti mami akan ketemu dan besok akan mengunjungi rumah uti," jawab Serena."Jangan lama-lama pulangnya, Mam. Ranu nggak ada yang urus."Astaga!Serena tertawa, selalu seperti itu Ranu kalau dirinya pergi bermalam, "Kan ada Mbak Hilda, mami cuma seminggu kok." Serena sengaja menggoda padahal rencananya cuma tiga hari saja."What? Seminggu? Oh em ji!" Anak itu menepuk keningnya sendiri.Serena terkikik melihatnya, "Ranu sudah makan?""Sudah, mami juga sudah makan?""Sudah, makan roti, mami mau istirahat sebentar sebelum ketemu teman.""Mami! roti lagi-roti lagi. Mami harus makan dengan benar, Ranu nggak mau ya, kalau asam lambung Mami kumat." Seperhatian itu Ranu padanya membuat hati Serena menghangat."Iya cerewet, mami akan jaga kesehatan," balas Serena, "sudah dulu ya, mami ngantuk, nih." Serena ingin mengakhiri panggilan."Ok, Mam. Jaga diri dan cepat pulang, no debat!"Serena mengangguk lalu tersenyum, Ranu memang paling bisa membuat dia tertawa. Sambungan video terputus, Serena pun meletakkan ponselnya di atas nakas, ia harus tidur sebentar sebelum menemui orang di masa lalunya.Pukul empat sore, Serena sudah bangun, ia mandi dan memakai kemeja lengan panjang putih, di padu dengan celana jeans yang memiliki dua robekan di bagian lutut.Menatap cermin sebentar memastikan lipstick warna pinknya tidak melebar melampaui garis bibir. Serena meraih tas tangan yang sudah ia isi dengan dompet dan ponselnya, menghela nafas sesaat sebelum membuka pintu.Serena melirik arlojinya, sebentar lagi pukul lima, para petinggi hotel akan ke luar. Serena mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Aldi, tepatnya di lobiPria dewasa yang masih berstatus suaminya itu tampak berjalan dengan bawahannya, mereka tampak berbicara serius.Jantung Serena bedetak kuat, namun melambat, darahnya seolah berdesir hebat. Bohong kalau Serena tidak merindukan pria itu, meski tujuh tahun ia terus berusaha membencinya.Aldi masih tampak gagah di usianya yang Serena perkirakan sudah lebih dari empat puluh tahun, tapi pesonanya masih menguar kuat, semakin matang semakin menantang.Serena sudah berdiri di tempatnya. Aldi dan dua pria yang bersamanya berhenti sejenak di dekatnya, pria itu memunggunginya."Pastikan kamarnya sudah baik, jangan kecewakan Tuan Adolf, mengerti!" Terdengar Aldi memberi peringatan."Baik Pak!" jawab Benu yang Serena tahu adalah asisten Aldi, sedang pria satu lagi Serena tidak mengenalinya."Ben, kamu antar saya ya! Saya lagi malas nyetir." Aldi memberi perintah, dia belum melihat ke arah Serena yang berdiri menatapnya sampai Benu mengangguk lalu matanya menangkap sosok yang tidak asing."Se-serena!" ucapnya terkejut hingga Aldi yang mendengar nama tersebut lantas memutar tubuhnya dengan cepat mengikut arah mata asistennya."Seren!"^^^^^^ Benu dan Serena adalah sebaya, pernah menjadi teman sekolah dan bekerja di hotel yang sama pula. Benu menjadi asisten presdir hotel, Serena menjadi staf yang melayani tamu.Di kafe hotel, Aldi dan Serena sudah duduk berhadapan. Pria itu menyuruh Benu menunggunya di mobil."Akhirnya, setelah tujuh tahun menghilang, kau datang ke sini." Aldi membuka percakapan. Meski wajahnya terlihat biasa, namun hatinya sangat bahagia."Seren!" Begitu panggilan kesayangannya, "aku mencarimu ke mana-mana, tapi kau hilang seperti ditelan bumi. Aku nyaris gila saat itu."Aldi membuka sedikit kisahnya saat di tinggalkan oleh Serena.Serena belum menanggapi, ia tidak peduli dengan cerita Aldi. Dia lebih siap memantapkan hati untuk menyampaikan maksud kedatangannya."Seren, kau tidak mau cerita tentang alasanmu pergi?" tanya Aldi. Andai tadi Serena tidak menolak di ajak ke kamar, Aldi saat ini pasti sudah memeluk dan menciumi wajah gadis yang selalu ia rindukan di setiap waktunya, bahkan nafas indah Serena saat malam pertama masih melekat kuat di ingatannya."Pak Aldi, sebenarnya saya ...."Aldi menginterupsi dengan mengangkat tangannya, "Bapak?" Memastikan panggilan Serena barusan. Seperti seorang atasan dan bawahan.Serena mengangguk, "Saya datang ke sini mau minta cerai dari, Bapak," lanjutnya.Ketegangan yang masih ada kian terasa setelah kalimat itu meluncur dari bibir indah Serena."Bapak membohongi saya, katanya sudah bercerai, tapi nyatanya tidak seperti itu, saya menyesal dan ingin lepas dari ikatan yang bapak bangun dari kebohongan itu." Serena mengungkapkan alasannya. Dia tahu Aldi tidak mungkin menyangkalnya, lagi pula mustahil pria itu tidak tahu tentang kejadian tujuh tahun lalu.Saat itu setelah melakukan malam pertama di hotel ini, Aldi mendapat panggilan darurat, saat dini hari ayahnya di kabarkan jatuh di kamar mandi, karena ingin cepat pulang, Aldi tidak tega membangunkan Serena, jadilah ia pergi setelah mengecup kening dan bibir wanita itu."Bapak boleh talak saya sekarang," kata Serena karena Aldi belum menanggapinya."Kita bicarakan besok, kita bertemu di sini," ucap Aldi.Wajah Serena berubah, "Apa tidak bisa sekarang? Saya tidak punya waktu banyak," kata Serena sarat memaksa.Aldi menatap arlojinya, "Aku ada pertemuan, lagi pula butuh saksi untuk menalak, kamu. Datanglah besok ke sini pagi hari." Aldi cepat memutuskan."Baiklah, tapi penuhi keinginan talak saya!" Serena butuh kepastian. Selain karena Billy sudah melamarnya, ia juga tidak tahan berpisah lama dari Ranu putra tampannya."Aku akan kasih jawabannya besok." Keputusan Aldi sudah tepat.Setelah Aldi pergi, Serena duduk sebentar sebelum kembali ke kamarnya. Dia pikir akan mudah meminta talak, namun sepertinya ia harus menunggu sedikit lagi.Aldi masuk ke dalam mobil di mana sudah ada Benu menunggu, "Nu, cari tahu dari mana Serena datang sekaligus menginap di mana?" perintah Aldi begitu duduk di mobil."Baik bos!" patuh Benu, tapi sesaat kemudian dia menoleh, "Serena masih punya rumah, mungkin dia tinggal di sana." Benu sangat mengenal Serena dulu."Nggak mungkin, Nu. Dia sepertinya memang sengaja menghindar, tapi apa alasannya aku nggak tau. Lagi pula rumah itu di tempati oleh orang lain." Aldi memang selalu memantau rumah Serena dulu.Benu mengangguk, cukup masuk akal apa yang dikatakan oleh bosnya."Ben, aku butuh cepat informasinya, malam ini aku harus tahu di mana Serena tinggal!" kata Aldi berupa titah yang tidak boleh dibantah.Kepulangan Himawan dipercepat guna memberikan keleluasaan pada Aldi dan Serena di Bali. Ia sengaja membawa Ranu cucunya agar tidak mengganggu.Himawan ingim cucu yang banyak sebelum ajal memanggilnya. Hari ini dia ingin mengecheck keadaan salah satu hotel yang kebetulan dipimpin oleh menantunya, tapi melihat Billy dan mendengar pengakuan ibunya membuat Himawan terkejut."Ayah, maaf tidak mengabari sebelumnya." Aneska muncul dari balik pohon. Sungguh ia sangat takut jika Himawan akan membongkar siapa dirinya saat ini."Ini kebetulan sekali," seru Dewi senang, "kata Aneska Pak Himawan sedang liburan ternyata sudah pulang." Dewi tersenyum sangat ramah tapi berbeda dengan Billy yang tampak datar lalu Aneska yang wajahnya tampak tidak nyaman. "Ya, saya juga ingin mendengar cerita tentang mereka berdua." Himawan menyambut ucapan Dewi. Ia pun mengajak mereka ke rumahnya, termasuk Aneska juga. Sampai di sana Dewi takjub melihat rumah Himawan yang besar. Impiannya punya besan kaya sudah t
Entah sudah berapa lama Aneska berdiam diri di dalam toilet, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Ibu Billy ingin bertamu ke rumah mereka.Rumah Himawan tepatnya.Aneska tak mungkin membawanya. Dia jadi terjebak oleh rencana Jane sahabatnya."Bil, coba kamu panggil," ucap Dewi yang merasa ini tidak wajar."Biarin aja, Bu. Mungkin lagi ngeden," jawab Billy santai. Dia memang tidak peduli pada wanita itu.Ck"Lama!" Dewi berdecak. Ia mulai merasakan kecurigaan dari sikap Aneska. Aneska memasang senyum palsu begitu keluar dari toilet. Dia pun mengajak keduanya turun untuk makan di bawah, "Tante dan Billy menginap saja di sini, aku sudah pesankan kamar.""Loh, kamu tidak ada rencana membawa kami ke rumah orang tuamu?" Dewi mengeryit heran. Aneska memalingkan wajah, menggigit bibir bawahnya. Membawanya ke rumah Susi bukanlah pilihan yang tepat. Bisa-bisa ibunya itu akan bikin ulah dan malu. "Ayah sedang liburan, Tan. Mungkin lusa baru pulang." Aneska beralasan meskipun benar adanya
Aldi merencanakan liburan untuk mereka. Ada Himawan dan juga Ranu. Meninggalkan sejenak kesibukan di dunia kerja.Pagi ini pesawat yang membawa mereka telah tiba di Bali. Aldi membawa mereka ke sebuah rumah yang bagian belakangnya menghadap ke pantai."Kamu nyewa rumah, Mas. Kan cuma tiga hari saja?" Serena merasa ini terlalu berlebihan mengingat mereka hanya enam orang saja.Belum lagi Aldi menjawab, Serena sudah terpukau oleh gambar besar yang ruangannya baru saja ia masuki, "I-ini rumah Mas Aldi?"Pria itu menjawab dengan pelukan di pinggang sang istri. Dagunya jatuh tepat di bahu Serena, "Ini milikmu sayang. Hadiah pernikahan tujuh tahun yang lalu. Mas baru sempat menunjukkannya setelah selesai di renovasi.Serena terharu, ternyata suaminya sudah menyiapkannya rumah sejak dulu, pantas saja ada foto menikah mereka di atas tempat tidur king size."Sayang, ini bukan sekedar liburan untuk kita. Mas Aldi ingin kita memiliki anak lagi, kamu mau kan?" Kini mereka berhadapan saling m
"Jangan melamun, seharusnya kamu manfaatin ini dengan baik. Kalau aku jadi kamu inilah kesempatan buat balas sakit hati kakak iparmu itu." Jane terus membisikkan semangat untuk Aneska.Jane diam saat melihat sosok Dewi datang mendekati merekam"Anes, sudah saatnya kita pergi dan kamu, siapa namamu?" Dewi begitu ramah memperlakukan Aneska berbeda dengan Jane."Siap, saya Jane," jawab Jane cepat."Kamu tidak perlu ikut," ucap Dewi sedikit ketus."Saya juga tidak mau ke sana, tugas saya hanya memastikan kalau adik saya sudah di nikahi. Itu saja." Jane tidak begitu menyukai Dewi yang cepat berubah pikiran. Terlihat mata duitan. Dia membayangkan kalau Dewi tau Anes sudah didepak dari keluarga Himawan pastilah dia akan membenci Aneska. Setelahnya ia pun pamit pada Aneska, tak lupa mengucapkan selamat dengan tawa."Sudah, ayo pulang!" Billy mengajak keduanya. Ia terlalu lelah dan pusing dengan apa yang sudah terjadi.Di rumah Aneska di antar ke kamar, sedangkan Billy menyusul ibunya k
Susi masuk ke dalam, ia meminta handphone dengan menengadahkan tangannya, "Berikan cepat!" perintahnya.Dodi menyembunyikan di balik tubuh kurusnya, "Nggak mau, ini privasiku, Bu," tolaknya."Privasi-privasi? Emangnya kamu siapa pakai privasian segala. Makanmu saja masih ibu yang tanggung sok segala privasi." Susi mengomel sambil melotot, "cepat sini!""Nggak, nanti ibu ambil semua." Dodi tetap bersikeras memegangnya. Susi geram dan akhirnya maju lalu merebutnya dengan paksa."Bu!" protes Dodi saat benda pipih yang menyimpan rahasia m bankingnya sudah beralih ke tangan ibunya."Udah diem!" Susi menggulirnya dan menemukan pesan m banking senilai sepuluh juta rupiah, "Apa yang kamu jual ha? Ini uang dari mana?" Susi marah dan menatap kakak dari Aneska itu."Sembarangan ibu tuduh aku menjual, yang ada ibu tuh yang sudah jual sofa sama lemari. Terpaksa duduk di lantai kita," gerutu Dodi tak terima."Ibu jual juga biar kita bisa makan, kau pikir sekarang mau dapat duit dari mana, Ane
"Bu, jangan menangis, bisa saja ini akal-akalan mereka. Kita pulang saja sekarang!" Sudah satu jam sejak Dewi bangun dari pingsannya.Billy menenangkannya, tapi ibunya menolak untuk pulang, "Jangan mudah tertipu dengan orang yang tidak kita kenal," katanya lagi agar ibunya segera menurut."Kamu nggak kenal dia? Apa kamu mau lepas dari tanggung jawab? Nih, nih, lihat wajahnya baik-baik, kalian pernah ketemu kan di forum bisnis?" Jane mengangkat dagu Aneska agar wajah itu terlihat jelas oleh Billy.Billy terkejut, sekarang dia melihatnya dengan jelas, tadi saat di tempat tidur dia hanya melihatnya dari samping."Kau!" ucapnya pelan. Billy meneguk ludahnya. Bertanggung jawab dengan perempuan jahat yang pernah mencelakai Serena, mustahil baginya.Billy tak akan lupa dengan perbuatannya yang turut andil dalam perpisahan Serena dulu.Dewi berdiri, ia mendatangi gadis yang sudah tidur dengan anak kesayangannya, ia menatap Aneska dari ujung kaki hingga kepala.Kulitnya bersih, sepertinya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
ความคิดเห็น