Home / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 5. Jangan Coba Sentuh

Share

Bab 5. Jangan Coba Sentuh

Author: Kaiwen77
last update Last Updated: 2025-01-29 17:10:30

"Naiklah! Aku antar sampai samping kantor."

Arumi hanya membisu karena tidak percaya dengan omongan Wanhan. Takutnya berhenti di depan kantor dan dilihat banyak karyawan.

Mata Wanhan menyipit. "Kenapa tidak naik?"

"Paling Bapak akan menjalankan mobil setelah saya mendekat."

Pemikiran buruk itu membuat Wanhan menarik napas.

"Apa aku selicik itu di matamu, Arumi?"

Bukankah terbukti dari niatan Wanhan yang ingin menyeretnya paksa jika tidak setuju menikah? Arumi benar-benar ragu dan masih berdiam diri di tempatnya.

"Masuk!" seru Wanhan.

Wanhan yang kesal sampai membunyikan klakson beberapa kali. Pengendara banyak yang melirik membuat Arumi terpaksa memasuki mobil milik suaminya sendiri.

"Kamu sungguh menguji kesabaran, Arumi," sindir Wanhan.

Dari yang Arumi tahu, sifat Wanhan dan Valdi sangat jauh berbeda. Terbukti dari sosok Wanhan yang tingkat kesabarannya setipis tisu.

"Bukankah saya sudah naik, Pak?"

Wanhan mendelik, memang Arumi sejak dulu selalu membuat dia kesal. Hanya saja, laporan dari kinerja Arumi yang bagus setiap bulan, baru dia bisa melepaskan Arumi dari kata pecat.

Terlebih sekarang mereka berdua menikah demi membesarkan Luna bersama. Wanhan harus ekstra sabar menghadapi Arumi.

Begitu pula pemikiran Arumi saat melirik Wanhan yang mengemudi. Ia harus sangat bersabar dengan sikap Wanhan yang terkadang sewenang-wenang.

"Jangan berhenti di sekitar kantor, Pak."

Begitu Wanhan melirik, Arumi langsung meralat ucapan.

"Barangkali Bapak lupa, saya hanya mengingatkan."

Tatapan Wanhan makin tajam karena dianggap mudah pelupa oleh Arumi. Melihat suami yang tersinggung, ia hanya bisa menatap jalanan di depan dengan mulut membisu.

"Aku pulang agak malam, katakan pada Luna saat kamu pulang kerja nanti," ujar Wanhan memilih tidak menegur istri.

Arumi mengangguk. "Baik, Pak."

***

Seperti yang Wanhan katakan pada Arumi. Dia pulang lebih telat ke rumah, sebab Wanhan terlihat memasuki sebuah restoran.

Begitu masuk dia langsung dituntun oleh salah satu pegawai ke sebuah ruangan. Padahal baru saja pintu dibuka, gelas telah melayang dan hampir mengenai tubuh Wanhan.

"Dasar cucu sialan!"

Wanhan menarik napas, bahkan setelah dia sepenuhnya memasuki ruangan. Pria tua ini masih belum puas dan melempari Wanhan dengan beberapa sendok.

"Kamu menikah secara diam-diam dan membawa anak haram itu ke keluarga!"

"Luna bukan anak haram! Dia anak kak Valdi." Wanhan merasa kesal.

"Justru karena dia keturunan Valdi, kenapa kamu malah membawanya!"

Wanhan mendengkus kesal, pria tua ini dalang dibalik segala yang terjadi.

"Pak Anggara, Anda yang mencelakai kak Valdi tanpa rasa bersalah. Luna adalah keturunan satu-satunya milik kak Valdi, apa Anda tidak merasa bersalah menelantarkannya!"

Anggara yang hanya disebut nama tanpa embel-embel kakek sungguh membuat emosi.

"Kurang ajar!"

"Tidak cukup hanya anak haram, kamu memasukkan wanita murahan ke dalam rumah!"

Wanhan yang bisa mengurai emosi mulai menarik kursi dan mendudukinya. Dia memandang sang kakek yang masih menyimpan emosi. Namun, memutuskan untuk ikut duduk berhadapan dengan Wanhan.

"Istriku tidak murahan," ujar Wanhan membela Arumi.

"Mana mungkin tidak! Sementara dia menggoda dan melahirkan anaknya Valdi. Dia pasti sejak lama merencanakan hal ini."

"Dia bukan ibu kandung Luna."

Dahi Anggara mengerut. "Lalu kenapa kamu menikahinya?"

Wanhan memandang menu di atas meja yang mulai didatangkan oleh para pegawai.

"Sejak kecil Luna menganggapnya ibu. Jika ingin Luna maka aku harus mengambil ibunya juga."

Anggara menggelengkan kepala. "Benar-benar cucu kurang ajar."

Wanhan mengulas senyum. Meski, mereka berdua saling mengeraskan suara. Tapi, Anggara tidak akan benar-benar melukai Wanhan selaku cucu kesayangan.

Pandangan Wanhan menajam. "Aku bisa tidur dan menjalani hidup dengan tenang karena Luna dan Arumi, jadi jangan coba sentuh mereka berdua."

Anggara tersenyum sinis. "Jangankan menyentuh, menganggap mereka keluarga saja aku tidak sudi."

"Jadi, jangan coba-coba munculkan dia di hadapanku."

***

"Ayah!"

Luna yang semula sedang mengerjakan PR langsung berdiri dan berlari menghampiri Wanhan. Arumi hanya bisa merapikan peralatan tulis di atas meja, ketimbang menyambut kepulangan Wanhan. Hal yang suaminya sendiri tidak inginkan.

Selagi mengangkat tubuh Luna. Wanhan menyadari banyak hal, dari mulai bobot tubuh Luna yang ringan hingga pakaian lusuh melekat pada tubuh sang anak.

"Apa kalian sudah makan malam?"

Arumi melirik, sepertinya pertanyaan tersebut untuknya juga.

"Sudah," sahut Arumi menyambut Luna yang turun dari Wanhan dan berlari padanya.

"Aku belum makan."

Pandangan Arumi tertuju pada Wanhan lagi yang mengaku belum makan.

"Selagi hari belum larut, kita jalan-jalan sebentar," ujar Wanhan sembari memeriksa jam tangan.

"Jalan-jalan!"

Luna sudah heboh sendiri, berbeda dengan Arumi yang hanya bisa diam.

"Kamu juga ikut," lanjut Wanhan sembari memandangnya.

Kali kedua Arumi menaiki mobil Wanhan. Pagi tadi dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju suatu tempat.

Wanhan begitu fokus menyetir, sebisa mungkin Arumi menahan Luna yang ingin merecoki Wanhan dengan lirikan matanya. Luna hanya bisa duduk diam di pangkuannya sembari sesekali tersenyum senang.

"Pertama kita ke mall dulu."

Arumi melirik Wanhan yang membocorkan tempat tujuan.

"Mall?" Luna menatap padanya.

"Apakah Luna boleh ke sana? Tidak akan diusir kan, Bunda?"

Arumi tersenyum. "Kali ini tidak akan."

Mendengar ucapan Arumi, dahi Wanhan mengerut. Mata memandang Arumi yang perlahan menundukkan wajah dengan sedih.

Dulu, Arumi pernah mengajak Luna ke sana. Namun, pakaian mereka berdua yang dianggap terlalu biasa ditanyakan setiap kali memasuki outlet. Seperti orang yang hendak mencuri saja.

Wanhan membawa Arumi dan Luna ke dalam outlet pakaian saat tiba di Mall. Luna masih digandeng oleh Arumi, berharap tidak menimbulkan masalah dengan berlarian serta mengganggu pengunjung lain.

Menyadari Luna yang lebih pendiam dari sebelumnya. Wanhan mengulurkan tangan pada Luna.

"Biarkan ayah menuntun kamu, Luna."

Perlahan Arumi melepaskan Luna yang berjalan ke arah Wanhan. Namun, mata Arumi membulat saat Wanhan tidak menggandeng Luna malah menyuruh hal lain.

"Lakukan apa pun yang Luna mau, ada ayah di sini."

Mendapat izin, tentu saja Luna menjadi ceria lagi dan lebih berani untuk berlarian sembari melihat beberapa barang. Arumi memandang sekitar dengan cemas.

Namun, tidak ada satu pegawai pun yang memprotes kelakuan dari Luna.

Wanhan mendekati Arumi. "Tenang saja, mereka tidak akan berani mengkritik Luna."

"Kenapa?"

"Mereka mengenaliku sebagai investor di Mall ini."

Jawaban dari Wanhan membuat Arumi seakan terbanting di lantai. Benar, uang dan kekuasaan adalah pengendali terkuat di bumi. Rupanya, Luna merobek salah satu pakaian pun pasti akan disenyumi oleh mereka yang takut dipecat.

Wanhan memanggil salah satu pegawai untuk mendekat.

"Ambilkan semua pakaian terbaru yang cocok dengan tubuh mungilnya," ujar Wanhan dengan mata menunjuk padanya.

"Aku akan membeli semuanya," lanjut Wanhan berhasil membuat mata Arumi terbelalak kaget.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 35. Sebuah Penjelasan

    Wanhan memandang mata Anggara dengan sedikit terkejut. "Maksud Kakek apa?"Anggara menghela napas kesal. "Kakek melihat dengan mata kepala sendiri! Arumi membicarakan kandungannya dengan lelaki lain."Wanhan mengernyitkan dahi. "Apakah dia tinggi dan pakaiannya kemeja motif?"Seingat Wanhan, lelaki yang sok baik dan akrab dengan Arumi hanya Rehan seorang. "Bagaimana kamu bisa tahu?" Anggara terlihat kaget karena cucu sendiri malah tahu.Helaan napas Wanhan pun terdengar berat. Sudah dia duga, kalau hanya Rehan yang dekat dengan Arumi. Sementara Anggara justru terlihat makin marah."Kamu kenal lelaki itu, tapi kamu malah diam saja dan merelakan Arumi!"Wanhan hanya diam saja. Sekali pun tangan dia mengepal karena kesal, mendengar ada yang tahu soal kehamilan Arumi selain keluarga. Terlebih orangnya lelaki yang menyukai istri dia."Berhubung Kakek baik saja dan ditangani dokter, aku akan kembali pulang," Wanhan langsung pamit.Anggara kaget mendengar omongan dari cucu kesayangan."Eh!

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 34. Anak Lelaki Lain

    "Jadi, Luna dijemput oleh kak Airin dan diajak pergi?"Setelah suasana tenang, Arumi duduk di ruang tengah dengan Luna di pelukannya. Wanhan yang duduk di depan mereka berdua mengangguk pelan.Arumi memandang sembari mengusap kepala Luna dengan lembut. "Luna dipaksa atau ikut sendiri?""Ikut sendiri," sahut Luna sembari bersembunyi di tubuhnya."Maaf ya, Bunda."Jemari Arumi masih mengusap. "Tidak apa. Tapi, lain kali harus tunggu bibi atau paman sopir kalau mau ikut sama tante, ya."Kepala Luna mengangguk pelan. Wanhan memandang padanya yang bisa dengan tenang saat bicara. "Ayah sudah minta maaf sama Luna? Begitu pun sebaliknya.""Sudah," sahut Luna dan Wanhan hampir bersamaan.Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Menurutnya Airin berhak jika ingin bertemu dengan Luna, toh wanita itu ibu kandung dari Luna. Bedanya Airin pasti ada tujuan tertentu sampai menemui Luna, seperti halnya menginginkan uang lebih banyak. Arumi paham kenapa Wanhan bisa sampai marah."Nah, sekarang Lun

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 33. Wanhan Marah

    Matahari yang mulai bersiap untuk tenggelam satu jam lagi, terlihat Arumi memasuki mobil milik Wanhan yang terparkir cukup jauh dari kantor.Namun, Arumi merasa ada yang tidak beres dengan suaminya. Biarpun Wanhan mulai mengemudikan mobil, suaminya ini terlihat diam membisu dengan raut wajah yang menahan amarah."Ada apa, Mas? Apa di kantor sedang ada masalah?" Arumi langsung bertanya.Wanhan menoleh. "Tidak ada."Jawaban singkat dan raut wajah yang masih belum berubah membuat Arumi yakin, kalau suaminya ini sedang kesal."Apa aku yang buat masalah?""Kamu tidak buat masalah apa pun."Arumi jadi heran. "Kalau bukan masalah di kantor, bukan karena aku juga. Terus kenapa Mas kelihatan kesal begini?"Wanhan pun melirik wajah sendiri di spion. Memang kemarahan dia tidak bisa disembunyikan. Wanhan menarik napas dan berusaha untuk menenangkan diri."Aku tidak kesal atau marah kok, Arumi."Kepala Arumi mengangguk. "Baiklah."Meski penasaran, tapi Arumi tidak mungkin terus mendesak Wanhan unt

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 32. Luna Hilang

    "Ya?" Wanita tersebut berusaha mencerna ucapan dari Wanhan. "Maksud Bapak, Arumi bersuami dan sudah menikah?" Kepala Wanhan mengangguk membenarkan. Pandangan wanita tersebut tertuju pada Wanhan dengan pemikiran yang buruk. "Arumi sedang mengandung dan sudah bersuami, lalu Bapak masih mendekatinya?" Wanita tersebut bertanya dengan hati-hati. "Itu anakku." Pengakuan itu berhasil membuat ketua divisi Arumi menahan napas sejenak. Merasa dugaan yang buruk ternyata benar adanya. Arumi wanita yang murahan. Sudah tahu bersuami, tapi masih berselingkuh dengan atasan sendiri di kantor. Melihat karyawan dia yang hanya diam, tak memberikan reaksi terkejut membuat Wanhan berbicara lagi. "Sepertinya kamu masih belum paham ya." "Soal apa, Pak?" Wanhan menarik napas. "Aku suami Arumi itu, jadi sangat wajar kalau aku yang menghamilinya." Begitu mendengar pengakuan lagi, wanita tersebut barulah membulatkan mata dengan menunjukkan raut wajah yang terkejut luar biasa. Bahkan tangan sempa

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 31. Wanita Bersuami

    "Bapak sudah tidak waras, ya?"Datang-datang Dani langsung mengeluhkan kelakuan Wanhan. Sampai Wanhan yang semula sibuk bekerja, terpaksa mengalihkan pandangan pada sang sekretaris."Kamu punya adab, kan? Sekali pun pintu terbuka, kamu wajib mengetuknya dahulu," protes Wanhan.Bukannya mendengarkan dan intropeksi, Dani justru menghela napas kemudian mengeluarkan ponsel."Bapak minta saya untuk bertemu lagi dengan kakaknya Arumi dan memberinya uang.""Bagaimana mungkin saya ingat untuk mengetuk pintu?"Wanhan sepenuhnya berhenti dari kegiatan dia membuka halaman demi halaman dokumen. "Aku hanya menyuruh kamu seperti biasanya, kenapa masih saja mengeluh?"Dani langsung menarik napas panjang. "Masalahnya, uang yang Bapak berikan itu besar. Hampir 200 juta, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai Bapak seloyal ini?" keluh Dani panjang lebar.Mulut Wanhan membisu sejenak. Dia tatap sekretaris yang mungkin seharusnya tahu."Dia sudah tahu soal hubunganku dengan kak Valdi," sahut Wanh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 30. Ketahuan

    "Kalau bukan perumpamaan, sudah saya tambah beras supaya tidak jadi bubur," sahut Dani membuat Wanhan melirik. "Oh ya, hari ini jangan lupa ada jadwal makan dengan pak Anggara." Dani tiba-tiba saja mengingatkan hal yang ingin Wanhan lupakan. Wanhan menarik napas kesal. "Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang sih?" Dani mengerutkan dahi, melihat atasan yang malah marah diingatkan. "Kalau saya tidak bicara sekarang, saat Bapak sibuk justru lebih tidak mendengarkan." Lirikan Wanhan menjadi tajam. Sekretaris dia benar-benar butuh pendamping yang memikat hati pria lain sekali pun hanya diam, supaya Dani ikut merasakan seperti apa kesalnya hati dia. ** Wanhan makan malam bersama sang kakek dengan mulut membisu, kalau ditanya baru sesekali jawab. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Seperti wanita yang lagi haid saja," sindir Anggara saking herannya. Wanhan melirik sejenak, kemudian meletakkan alat makan karena sudah selesai. "Aku sedang sibuk-sibuknya di kantor, Kakek malah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status