Share

Jadi berita viral?

Author: Risya Petrova
last update Huling Na-update: 2025-09-30 19:59:01

Hening ruang interogasi hanya ditembus oleh bunyi jarum jam yang berdetak lambat di dinding. Adit duduk kaku di kursi besi, kedua tangannya terikat borgol dingin yang menekan pergelangannya.

Keringat menetes dari pelipisnya, bukan karena panas, melainkan karena tekanan yang terus menyesakkan dadanya. Netra gelapnya menatap lurus ke pintu. Ia tahu, ada sesuatu yang tak beres.

Pintu itu tiba-tiba terbuka. Kompol Sambo masuk, wajahnya datar. Baru saja ia hendak kembali duduk, suara langkah cepat mendekat. Seorang polisi muda dengan seragam masih rapi mengetuk pintu keras-keras.

“Izin, Komandan!”

Sambo menghentikan langkahnya, lalu menoleh. “Apa lagi?”

“Laporan penting baru masuk, Pak.”

Tatapan Adit menajam, jantungnya ikut berdegup. Ia mengamati setiap gerak-gerik Sambo dengan cermat. ‘Lihatlah … dia sok jadi polisi bersih, pura-pura tanggap sama laporan masyarakat,’ batinnya penuh sinis.

Sambo menghela napas, menekan bahunya, lalu keluar dari ruang interogasi. Sebelum pintu tertutup ra
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Jadi berita viral?

    Hening ruang interogasi hanya ditembus oleh bunyi jarum jam yang berdetak lambat di dinding. Adit duduk kaku di kursi besi, kedua tangannya terikat borgol dingin yang menekan pergelangannya. Keringat menetes dari pelipisnya, bukan karena panas, melainkan karena tekanan yang terus menyesakkan dadanya. Netra gelapnya menatap lurus ke pintu. Ia tahu, ada sesuatu yang tak beres.Pintu itu tiba-tiba terbuka. Kompol Sambo masuk, wajahnya datar. Baru saja ia hendak kembali duduk, suara langkah cepat mendekat. Seorang polisi muda dengan seragam masih rapi mengetuk pintu keras-keras.“Izin, Komandan!”Sambo menghentikan langkahnya, lalu menoleh. “Apa lagi?”“Laporan penting baru masuk, Pak.”Tatapan Adit menajam, jantungnya ikut berdegup. Ia mengamati setiap gerak-gerik Sambo dengan cermat. ‘Lihatlah … dia sok jadi polisi bersih, pura-pura tanggap sama laporan masyarakat,’ batinnya penuh sinis.Sambo menghela napas, menekan bahunya, lalu keluar dari ruang interogasi. Sebelum pintu tertutup ra

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Indra emosi

    Lorong VIP rumah sakit begitu tenang. Lampu-lampu di langit-langit menyinari lantai yang mengilap, aroma antiseptik menyatu dengan dinginnya udara AC. Pintu bertuliskan VIP Eksklusif terbuka perlahan, menampilkan pemandangan dua perawat perempuan yang baru saja keluar. Mereka tersenyum ramah pada Sarah dan Indra, lalu berlalu.Sarah menahan napas, dadanya sesak. Ia menatap ke dalam ruangan.Bondan terbaring di ranjang dengan selang infus menempel di tangannya. Wajahnya pucat, matanya terpejam rapat. Helaan napasnya pelan, seolah tubuh itu sedang berjuang melawan rasa sakit.“Bondan belum siuman,” ucap Indra pelan, nyaris berbisik.Namun baru saja kalimat itu selesai meluncur, terdengar suara serak tapi jelas dari ranjang.“Aku sudah sadar. Hanya operasi pengangkatan peluru di lengan. Cuma nyerempet.”Sarah terperanjat. Indra spontan menoleh.“Astaga … cuman katamu?” Sarah melangkah cepat ke sisi ranjang, menatap lengan Bondan yang dibalut perban tebal. “Kamu bisa kehilangan nyawa, Da

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Apa Sambo curiga?

    Ketika pintu besi berderit, udara di ruang interogasi seperti mendadak membeku. Kompol Sambo berdiri tegap di ambang pintu, tubuhnya besar, sorot matanya tajam seperti sedang menguliti isi kepala setiap orang di dalam ruangan.Surya dan Ahmad langsung menegakkan badan. Adit, berbeda dengan mereka, justru bersandar santai, bibirnya melengkung tipis.“Ada apa ini?” suara Sambo berat, serak, tapi penuh kuasa. Tatapannya bergantian singgah ke wajah Surya, Ahmad, lalu ke Adit. “Kenapa kalian mendadak diam begitu saya masuk? Apa yang kalian bicarakan?”Surya tercekat, lidahnya kaku. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Detik itu, Adit menunduk tipis, menyembunyikan senyum tipisnya yang penuh arti. Ia tahu, inilah saat yang tepat untuk menyalakan api kecil di antara dua serigala.“Jawab, Surya,” suara Sambo meninggi.Surya buru-buru menghela napas, lalu menggaruk kepala, pura-pura canggung. “Eh … nggak ada, Komandan. Tadi cuma ngobrol … ya, obrolan receh lah. Tentang … tentang bola semala

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pihak yang lebih kuat

    “Kenapa lama sekali interrogasinya? Ini udah kelewat batas jamnya,” suara Ahmad memecah hening, terdengar tenang tapi mengandung sindiran.Surya melirik sekilas ke arah Ahmad yang baru saja menarik kursi, duduk di sampingnya. Wajah Surya tampak gelisah, keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya.“Perintah Kompol Sambo,” jawab Surya datar, seolah tak mau banyak bicara. “Harus sampai Adit ngaku.”Ahmad menoleh, ekspresinya datar. Tapi matanya tajam, penuh arti. “Menurutku, Kompol Sambo salah langkah.”Kening Surya langsung berkerut. Ia menoleh dengan tatapan tajam, penuh curiga. “Maksudmu apa, Mad?”Ahmad bersedekap santai, seolah menunggu momen tepat. “Harusnya jangan mengintimidasi Adit. Lo tau nggak siapa dia sebenarnya?”“Siapa emangnya?” Surya mencoba terdengar cuek, tapi hatinya sudah berdebar tak karuan.“Dia itu anak konglomerat. Anak dari CEO Mimpi Media. Lo pasti tau lah penerbitan, percetakan, aplikasi novel online, properti, bahkan bisnis jam branded. Lu ngerti kan, duitn

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ada uang = mudah

    Sarah berteriak panik, “Tolong! Tolong, ada yang terluka parah!” Suaranya menggema keras di lobi darurat rumah sakit, membuat beberapa orang menoleh. Hanya butuh hitungan detik, tim medis berlari keluar dengan bed sorong.“Cepat, pasien kritis!” seru seorang perawat.Bondan terhuyung, hampir jatuh ke lantai. Sarah langsung meraih bahunya, sementara Indra menopang dari sisi lain. Wajah Bondan pucat pasi, keringat bercucuran, dan darah dari lengan kirinya terus mengalir membasahi jasnya.“Pak, tolong jangan banyak bergerak,” kata salah satu perawat sambil mengarahkan bed sorong.Dengan gerakan serentak, tenaga medis mengangkat tubuh Bondan ke atas bed. Bondan mengerang pelan, namun masih berusaha membuka mulut.“Sa … Sarah … ada yang menyerangku … mereka .…” Suara Bondan parau, nyaris tak terdengar.Sarah berlari di sisi bed, matanya bergetar. “Siapa, Bang? Siapa yang menyerangmu?”Bondan berusaha mengangkat kepalanya. “Orang-orangnya … Damar … mereka … tahu aku bawa…”“Pak, pasien jan

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Peluru di malam gelap

    Suasana lapangan kosong mendadak membeku. Hanya suara jangkrik dan desir angin malam yang terdengar. Bondan masih menodongkan revolver ke arah pria bertopeng yang berdiri di samping kaca mobilnya. Mata Bondan menyipit, penuh konsentrasi.“Mundur!” desisnya lagi.Pria itu tampak ragu. Tangan masih terangkat, tubuhnya sedikit menunduk. Tapi justru di balik keraguannya, ada bahaya yang lebih besar mengintai: seorang lelaki bermasker lain, di belakang, sudah mengokang pistol otomatisnya.Klik!Suara kecil itu membuat bulu kuduk Bondan meremang. Naluri lapangan yang ia asah bertahun-tahun bekerja cepat. Tanpa pikir panjang, ia menunduk ke samping, merapat ke setir.DORRR!Satu peluru meledak, menembus kaca belakang mobil. Kaca pecah berhamburan. Kilatan api dari moncong pistol memantul di kegelapan malam.Bondan menggeram, spontan membalas. Revolvernya menyalak dua kali. DORR! DORR!Peluru menghantam tanah berdebu, satu lagi nyaris mengenai motor salah satu penyerang. Mereka tersentak, se

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status