Share

Terjerat Pria Masa Lalu
Terjerat Pria Masa Lalu
Penulis: Rinai Hening

1. Melawan Hati

Penulis: Rinai Hening
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-03 05:20:16

"Bukan tanggung jawab seperti ini yang kamu tawarkan waktu itu, Mas. Bukan!" Pecah sudah air mata Alisha setelah melemparkan dua butir pil yang diserahkan Arya padanya.

"Lalu tanggung jawab yang kayak gimana lagi, Sha? uang, mobil, perhiasan, sampai biaya kuliah full sudah kamu tolak mentah-mentah."

Arya mondar mandir di tempatnya berdiri. Di lantai paling atas fakultas MIPA, tempat yang biasanya ia pakai untuk menunggu Alisha menyelesaikan kelas perkuliahannya. Pemuda itu sadar apa yang sedang dikhawatirkannya saat ini. Ia juga sadar dosa apa yang tengah ia hindari setengah mati. Dosa memalukan yang akan ia ingat mungkin sampai nyawanya terangkat dari jasad.

"Bukan pil penambah dosa seperti ini yang kamu janjikan malam itu, Mas. Kamu menjanjikan tanggung jawab berupa pernikahan! Kamu lupa?"

Malam itu, Alisha tak seharusnya percaya dengan kata-kata manis yang keluar dari mulut buaya. Arya Rivan ... semapan dan setampan apapun dia, ternyata tetap saja sama berengseknya dengan pria lain pemuja nafsu di luar sana.

"Malam itu ak- aku ... aku nggak sadar, Sha. Aku ngaco, khilaf! kita cuma terbawa suasana kan? kita ngelakuin itu karena suka sama suka kan? jadi ini... bayi itu... seharusnya dia nggak ada!"

Plak!!!

Ini pertama kalinya Alisha merasakan telapak tangannya perih karena menampar Arya. Biasanya, telapak tangan mulusnya ia gunakan untuk mengusap sayang pipi kekasihnya itu. Biasanya, telapak tangannya hanya ia gunakan untuk membalas genggaman tangan dari Arya yang mengaku tergila-gila padanya.

"Bangsatt kamu, Mas! Bangsattt!!?" maki Ailsha dengan wajah basah penuh air mata. Entah kemana perginya tutur kata lembut nan santun yang selama ini ia jaga.

Perempuan muda itu lantas terduduk lemas sambil memeluk lutut. Menumpahkan tangis penyesalan atas kesalahan besar yang sudah ia perbuat beberapa waktu lalu. Kesalahan fatal yang seharusnya bisa ia hindari, namun apa daya, belum apa-apa ia sudah mengaku kalah dengan rayuan Arya, kekasihnya tercinta.

“Sha, aku butuh waktu, Sha. Butuh waktu! Lagipula, aku belum siap dengan komitmen pernikahan, kita belum siap. Kita berdua terlalu muda, Sha. Aku mau lanjutin S2 dulu, kamu juga masih belum lulus kuliah."

Ailsha memang beberapa tingkat di bawah Arya. Begitu Arya dinyatakan lulus dan baru saja melaksanakan wisuda dua bulan silam, Alisha justru sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugas kuliah untuk naik ke semester tujuh.

"Tapi bayi dalam perutku ini nggak bisa mengulur waktu lagi, Mas. Dia akan terus tumbuh dan membesar." Masih terisak, Ailsha menunjuk perutnya yang masih rata.

"Ya makanya, kamu minum pil yang tadi aku kasih, biar dia nggak tumbuh dan semakin membesar!"

Arya sadar kalimatnya terdengar sangat berengsek dan tak berperikemanusiaan, tapi ia tak punya pilihan lain. Bulan depan ia akan terbang ke New York untuk melanjutkan S2 di NYU, kampus impiannya. Keputusan yang memang Arya pilih untuk mempersiapkan diri karena nantinya ia akan menjadi penerus Galeea, perusahaan konstruksi terkemuka yang menjadi bisnis utama keluarganya.

"Mas, kamu sadar apa yang kamu bilang barusan?" Alisha menguatkan diri bangkit dan berhadapan dengan Arya yang nampak panik.

"Dia cuma kesalahan kecil kita, Alisha. Kita nggak harus berdebat panjang soal ini kalau kamu mau ikuti saranku. Kita ... kita, kita nggak butuh anak itu sekarang, Sha. Aku juga nggak yakin keluarga kita bakal nerima kehamilan ini dengan tangan terbuka."

Hati Alisha kembali tertikam! Kalimat Arya berhasil meremukkannya lagi.

Ini benar-benar bukan Arya yang ia kenal sejak satu tahun lalu. Arya yang ia kenal bukan pria jahat dan lari dari tanggung jawab seperti ini. Sosok di depannya ini pasti bukan Arya, karena Arya Rivan yang biasanya tak akan sejahat ini memperlalukan dirinya.

"'Cuma' kata kamu, Mas?" lirih Alisha sudah tak punya daya untuk mendebat.

"Sha, please... " seru Arya membujuk kekasih hatinya. "Sekali ini aja, Sha. Aku janji ini akan jadi yang terakhir kalinya. Ikuti saran aku ya? demi kita berdua." Arya menangkup kedua pipi Alisha yang masih banjir air mata. Melihat gadis kesayangan tergugu seperti ini membuat hatinya ikut sakit merasakan pilu. Namun tetap saja, Arya belum bisa mengabulkan permintaan Alisha yang satu itu.

"Setelah dosa kita yang kemarin? kamu mau jadi pembunuh juga, Mas!? bukan main kamu, Mas?" Alisha menggeleng tak percaya dengan keteguhan Arya mempertahankan inginnya.

"Menikah bukan satu-satunya jalan keluar, Alisha. Orang tua kita pasti kecewa luar biasa kalau kita menikah mendadak karena kesalahan satu malam seperti ini." Suara Arya bergetar sedih.

Menikahi Alisha memang menjadi salah satu mimpinya. Tapi bukan sekarang. Masih ada mimpi lain yang ingin ia kejar. Menyelesaikan study lanjutan dan menjadi kebanggakan ayahnya misalnya. Belum lagi ia ingin menunggu Alisha selesai dengan kuliah dan membangun mimpinya juga.

"Tolong, Sha." Arya berjalan mendekat lalu meremas kedua telapak gangan Alisha. "Pil... pil itu satu-satunya jalan keluar saat ini. Cuma butuh hitungan detik untuk kamu minum, sakitnya nggak akan terlalu lama."

Alisha kehabisan kata-kata. Seharusnya ia bisa memperkirakan reaksi Arya yang seperti ini. Pangeran kesayangan dari keluarga kaya raya Dwisastro, manalah mungkin semudah itu mengiyakan pernikahan usia muda. Tak mungkin.

"Sha?"

"Berhenti di sana! jangan sentuh!" teriak Alisha begitu Arya mencoba meraih tangannya.

"Maafin aku, Sha. Maaf."

Maaf ya? entah maaf yang ditujukan pada siapa maksud Arya. Pada Alisha atau pada bayi dalam kandungannya.

"Kayaknya kamu bener, Mas," seru Alisha dengan suara sangat pelan. "Orang tua dan keluarga besar kita pasti kecewa luar biasa kalau tau keadaan kita yang memalukan ini. Aku nggak mau mempermalukan mereka dengan aib seperti ini."

Arya menghela napas panjang. Dadanya mendadak lega mendengar jawaban Alisha. Itu artinya kekasihnya ini bersedia mengugurkan kandungan itu kan? Aib seperti itu memang harus dimusnahkan, iya kan?

"Sha... "

Alisha kembali mundur saat Arya mendekat. Gadis itu cepat-cepat menghapus air mata lalu berbalik dan berlarian kecil untuk mengambil pil sialan yang tadi ia lemparkan di sebelah tangga.

"Kamu bener, Mas. Mungkin dengan benda ini, kedua orang tua kita tak perlu menanggung malu karena kesalahan ini."

Tak perlu menunggu respon Arya, karena setelah mengatakan itu Alisha langsung berlari menjauh. Menguatkan langkah kaki agar tak goyah dan kembali menoleh pada Arya yang berlaku tak adil padanya.

Alisha pikir apa yang dikatakan Arya tak sepenuhnya salah, memang tak seharusnya orang tua atau keluarga besar mereka menanggung malu akibat ulahnya yang nista. Aib yang ia bawa memang harus segera dilenyapkan, tapi bukan dengan menghilangkan nyawa bayi tak berdosa di dalam perutnya ini. Melainkan dirinya sendiri yang harus mengalah pergi.

"Sha, lo mau ke mana? Shaa!!" Itu suara Maya saat berpapasan dengannya, sahabat Alisha yang menjadi sahabat Alisha yang menjadi teman berbagi apartmen selama ini.

"Sha!!" teriak Maya lagi tetap tak mendapat jawaban. Alisha sengaja mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas.

Alisha sengaja menulikan telinga, mengabaikan panggilan dan sapa ramah dari teman-teman kuliahnya yang baru saja keluar dari fakultas. Ia hanya fokus pada satu tujuan, jembatan penyeberangan yang baru saja rampung dibangun di depan kampusnya. Jembatan panjang yang berdiri kokoh melintasi dua ruas jalan utama itu masih sepi.

Jadi, kalau pun ia melompat dari sana saat ini, pasti tak akan ada yang mencegah kan? Keputusan yang ia ambil dalam hitungan menit itu sudah bulat. Aib itu harus benar-benar dilenyapkan dari muka bumi. Bukan hanya jabang bayi dalam rahim yang ia bawa, tapi ... beserta juga dengan dirinya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pria Masa Lalu   8. Menghilang

    "Kenapa dibawa ke sini, Dan?" gerutu seorang perempuan sambil berkacak pinggang."Ya masa aku tinggalin di pinggir jalan dalam keadaan pingsan sih, Mbak." Danesh menggeram lantas menyandarkan punggung ke sandaran sofa yang tak jauh dari tempat tidur, di mana tubuh Alisha tergeletak lemah taj berdaya."Kamu nggak hubungi keluarganya?" tanya perempuan itu lagi setelah merapikan stetoskop dan memasukkannya ke dalam kotak kecil."Astaga, aku aja nggak kenal. Dia cuma tiba-tiba nongol terus mau lompat dari jembatan pas aku lagi final check sama Pak Munir." Danesh mengendikkan dagu saat menunjuk gadis yang tadi ia tolong.Perempuan dengan wajah tenang yang dipanggil Iin tadi hanya bisa geleng-geleng kepala. "Ealaaah, hidup kamu drama banget sih!""Dia tuh yang kebanyakan drama!" Danesh kembali mengendik ke arah Alisha yabg masih memejamkan mata. "Udah dibawa ke klinik deket kampus malah maksa pulang. Begitu mau pulang malah nangis kejer di pinggir jalan sampe pingsan. Untung aku masih ada se

  • Terjerat Pria Masa Lalu   7b. Tidak Mungkin

    “Ar, gimana rundingan lo sama Alisha tadi?” tanya Ronald begitu mendapati Arya dengan wajah kusut datang ke tempatnya.“Kacau, Ron. Kacau!” Arya langsung mendaratkan bokongnya di sofa yang berhadapan dengan Ronald. Sudah menjadi kebiasaan kalau Arya pasti akan mengunjungi galeri seni yang dikelola oleh keluarga sahabatnya itu saat pikirannya sedang kalut. Ronald yang sudah hapal dengan raut wajah kusut temannya langsung mengajak Arya ke lantai tiga, di mana ruang kerja barunya berada.“Maksud lo? Alisha pendarahan hebat?”Arya mengernyitkan kening tak paham. “Maksudnya?”“Ya biasanya kan kalau cewek gugurin kandungannya secara paksa, pasti ngalamin pendarahan hebat atau apalah gitu istilahnya.” Ronald menjelaskan hal yang pernah ia baca secara random di artikel daring.Arya menggeleng perlahan lalu menjambak rambutnya. “Gue ribut sama Alisha. Dia nolak minum pil itu, dan tetap nagih pertanggungjawaban gue buat nikahin dia.”“Laah, udah gue prediksi sih kalau itu,” komentar Ronald meme

  • Terjerat Pria Masa Lalu   7a. Gadis Bebal

    Alisha masih meringkuk sambil memeluk kedua lututnya di salah satu sudut jembatan penyeberangan. Tangisnya tak kunjung usai setelah berdebat begitu lama dengan sang kekasih beberapa saat yang lalu. Gadis itu sengaja duduk di tempat paling tersembunyi di jembatan yang belum sepenuhnya dioperasikan itu agar Maya atau pun siapa saja yang tadi memanggilnya, tak ada yang tahu di mana keberadaannya."Sha, minum pil ini nanti malam ya? aku temani, sampai besok pagi. Setelah itu semua masalah kita akan selesai."Kalimat-kalimat Arya beberapa menit lalu masih terngiang jelas di telinganya. Rasanya masih terlalu sulit untuk percaya, kalau kekasih yang selama ini ia puja tanpa cela tega menawarkan hal tersebut padanya. Menggugurkan kandungan. Terjebak dosa satu malam saja sudah membuatnya digulung resah, apalagi jika sampai berani membunuh janin tak bersalah yang kini mendiami rahimnya. Tidak. Alisha tidak seberani itu untuk kembali menantang karma Sang Pencipta."Bukan pil ini yang kamu janjikan

  • Terjerat Pria Masa Lalu   6. Solusi Arya

    "Kok elo bangsat banget sih jadi laki, Ar?" pekik Ronald dengan rahang mengetat. "Ya elo tanggung jawab lah, Bego, masa mau enaknya doang? begitu hamil malah elo paksa gugurin. Otak lo jatuh dimana sih?" Ronald berkacak pinggang sambil menggelengkan kepala."Gue nggak akan maksa Alisha. Gue bakal ngajak dia diskusi dulu tentang ini, siapa tau dia juga setuju sama usulan gue. Apalagi kandungannya masih kecil, pasti lebih mudah digugurin." Arya menjambak rambutnya yang sedari tadi sudah acak-acakan. Entah karena terlalu banyak pikiran atau memang dia sudah tak punya jalan keluar lain sebagai pilihan."Astaga , elo kalau mau bikin dosa jangan ngajak-ngajak gue!!" Ronald bergidik ngeri. Dosanya sudah menumpuk cukup banyak, jadi ia benar-benar tak ingin terlibat lagi dengan dosa orang lain meskipun itu sahabat dekatnya sendiri."Gue nggak ngajakin elo. Gue cuma minta tolong," seru Arya hampir putus asa. "Gue cuma minta nomor HP orang yang jualan pil-pil yang kata lo itu."“Itu sama aja gue

  • Terjerat Pria Masa Lalu   5. Petuah

    Arya berjalan mondar mandir di dalam kamar besarnya. Bukan tanpa sebab, kilas bayangan saat Alisha menangis histeris tadi sore masih begitu nyata di kepalanya. Apa yang menjadi kekhawatiran Alisha ternyata benar-benar terjadi dan menyiksa batin mereka. Alisha hamil, itu faktanya. Menghela napas berulang kali, nyatanya tak membuat Arya tenang. Sebaliknya ia merasa berada gelisah bagai berdiri di tepian jurang.Dering ponsel yang menjerit di atas tempat tidur menyadarkan lamunan Arya."Iya, Sha. Kenapa? kamu nggak kenapa-napa kan?" tanya pria itu tanpa bersusah payah mengucap salam."Aku nggak apa-apa, Mas. Hmmm ... Mas Arya gimana? udah ngomong sama keluarga Mas Arya tentang, hmm... tentang kehamilan ini." Suara Alisha terdengar lenih kecil karena gasis itu sengaja berbisik."Belum, Sha. Mama lagi ke tempat Mas Seno lagi kangen sama mantunya. Papa juga belum pulang deh kayaknya, masih sepi banget di rumah, cuma ada Mas Awan," seru Arya sambil sesekali mengusap tengkuk.

  • Terjerat Pria Masa Lalu   4. Cemas

    “Kalian berdua kenapa sih?” Marissa mengernyit keheranan saat menatap sepasang kekasih yang saling diam di hadapannya. “Kenapa tiba-tiba batal ikut ke kebun teh?” sambung perempuan cantik berkacamata itu. “Kalian berantem ya semalam?” Rakha ikut menimpali setelah menghabiskan cokelat panasnya. “Arya kasar kali semalem? jadi Alisha trauma,” Ronald, sahabat Arya yang lain ikut menimpali. Sialan!! Arya melirik tajam pada pemuda berambut ikal tersebut. “Mulut lo sampah, Ron!” maki Arya mendelik sambil tajam.Beralih melarikan tatapan pada Alisha yang menunduk hendak membuang muka. Wajah gadis itu kian memerah, bukan karena tersipu, namun merasa malu dengan apa yang sudah ia lalui dengan kekasihnya beberapa jam lalu. Arya menggerakkan telapak tangannya untuk meraih jemari Alisha. Di bawah meja makan, Arya sengaja menggenggam jemari dingin itu sambil mengusap perlahan. Mencoba memberi ketenangan, meski jelas-jela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status