“Mas? Lagi ngapain?” Tanya seseorang dari luar kamar mandi.
DegRaka dan Anna seketika menegang mendengar suara seorang wanita yang tak lain adalah Aulia.“Pura-pura muntah lagi.” Perintah Raka pada Anna tanpa suara, namun gerakan mulutnya cukup jelas ditangkap Anna.Hueekkk“Bun, tolongin ini. Tadi ayah kebelet pup ternyata ada Anna lagi muntah, mau panggil Rangga tapi Anna udah lemes banget badannya.” Ucap Raka sedikit panik, panik karena khawatir istrinya curiga.“Ya Allah sini aku pegangin, Mas. Mas bangunin Rangga aja.” Balas Aulia sembari masuk menggantikan posisi Raka.Untungnya pintu kamar mandi tidak ditutup sehingga Aulia tidak menaruh curiga sedikitpun.Aulia memegangi Anna sembari memijat tengkuknya, Anna yang memang masih mual kembali muntah saat Raka menyuruhnya berpura-pura.Raka bergegas membangunkan Rangga di kamarnya.“Rangga! Rangga bangun! Itu istri lo lagi muntah-muntah!” UBraaakkkMobil Rangga menabrak bangku trotoar yang terbuat dari besi hingga hancur.“Akh! Sialan!” Rintih Rangga merasa kesakitan.Pandangannya seketika buram, namun kesadarannya masih tersisa sedikit.Tok tok tok“Rangga! Buka pintunya! Rangga!” Teriak seorang wanita dari luar sembari mengetuk kaca mobilnya.“Mbak…,” Panggil Rangga lemah ketika melihat kakak iparnya, namun beberapa detik kemudian Rangga sudah tak sadarkan diri.Tak butuh waktu lama, semua orang yang menyaksikan langsung berkerumun di sekitar kejadian.“Tolong, Pak! Ini adik saya.” Lirih Aulia dengan suara bergetar.Beberapa bapak-bapak mencoba membantu Rangga hingga akhirnya bisa keluar. Aulia langsung membawa adik iparnya ke rumah sakit dibantu oleh seseorang.Sesampainya di rumah sakit, ia bingung karena suaminya tak bisa dihubungi. Raka tengah bekerja dan tak pernah membuka ponselnya saat jam kerja.“Aku harus hubungi siapa? Gak mungkin aku kasih tahu ibu, nanti ibu bisa pingsan. Anna juga lagi hamil, gimana kalo
“T…, Tante Olla?” Lirih Rangga nyaris tak mengeluarkan suara.Tubuhnya mematung melihat orang yang ia takutkan kehadirannya.“Apa kabar, Rangga?” Tanya Tante Olla dengan suara khasnya yang sensual.Rangga tak mampu menjawab pertanyaan Tante Olla. Ia terlalu shock dengan situasi ini.“Permisi.” Ucap Rangga hendak melewati Tante Olla.“Kamu lupa sama Tante, hm?” Tanya Tante Olla lagi menahan lengan Rangga.Semua mata memandang aneh ke arah mereka. Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Rangga mengajak Tante Olla keluar lewat pintu samping klinik yang terhubung ke lorong menuju toilet.“Lama nggak ketemu, tante kangen banget sama kamu.” Rayu Tante Olla mencolek lembut dagu Rangga.“Jangan kurang ajar!” Tolak Rangga menepis tangan Tante Olla.Tante Olla hanya tersenyum melihat sikap Rangga. Laki-laki polos yang dulu menjadi mainannya, kini telah berubah menjadi laki-laki dewasa yang gagah dan tampan.“Kamu makin ganteng ya sekarang. Makin gagah juga, pasti di ranjang juga makin jago.” Uca
“Rangga, ngapain disitu?” Panggil seseorang dari belakang.Refleks Rangga menoleh, betapa terkejutnya ia saat melihat orang yang memanggilnya adalah Mama Anna. Jantungnya seolah berhenti mendapati mertuanya sudah disini.‘Aduh Nadia g*blok! Mama denger nggak ya percakapan gue sama Nadia tadi.’ Batin Rangga gelisah.“Eh, Mama udah sampe? Dari tadi, Ma?” Tanya Rangga sedikit gugup sembari mencium punggung tangan mertuanya.“Baru aja sampe. Kamu ngapain berdiri di situ?” Tanya Mama Anna bingung.“Oh, ini tadi aku abis ambil pesenan ojol food, Ma. Mama sama siapa? Kok Papa nggak ada?” Jawab Rangga menutupi rasa gugupnya dengan bertanya balik.“Oooh. Mama sama Mang Yana. Papa masih meeting, lagi banyak kerjaan yang gak bisa ditinggal.” Ucap Mama Anna sembari menunjuk sopir pribadinya yang sedang duduk di bangku parkiran.Sesampainya di ruangan Anna, Mamanya langsung memeluk putri semata wayangnya yang sedang terbaring lemas.“Kamu baik-baik aja kan, sayang? Mama khawatir banget sama kamu,
Jantung Rangga seperti berhenti berdetak. Ia sangat takut jika Anna benar-benar mengadukannya. Papa Anna sangat berjasa di hidup mereka.Dulu saat pekerjaan Rangga tengah terombang-ambing, Papa Anna lah yang membantu Rangga mendapatkan pekerjaan baru. Mertuanya juga yang mempromosikan Rangga hingga ada di posisi sekarang.Selain itu rumah yang mereka tempati sekarang juga hadiah pernikahan mereka dari orangtua Anna. Namun Rangga mengaku pada ibunya bahwa rumah itu ia yang membeli untuk Anna.Bukan hanya soal itu, Papa Anna juga orang yang sangat tegas dan sedikit galak. Tubuh Rangga pernah hampir dibanting gara-gara Rangga membuat putrinya menangis. Namun Anna tetap membela Rangga di depan orangtuanya.“Maafin aku, sayang. Aku khilaf. Aku terbakar api cemburu. Semuanya gara-gara Mama Zio yang manas-manasin aku. Dia ngadu ke aku kalo kamu dijemput kakakku.” Ucap Rangga pelan, mencoba mengambil hati Anna.“Jadi kamu lebih percaya orang lain, Rangga?” Tanya Anna menatap suaminya tak perc
“Jemput Anna? Maksudnya jemput Anna gimana, Mas?” Tanya Aulia terkejut.Tanpa memperdulikan sekitar, Rangga langsung menarik leher baju Raka, hingga membuat Raka berdiri.Bugh!Rangga meninju Raka tepat di pipi kirinya. Sontak semua orang yang menyaksikan berteriak dan mencoba melerai.“Rangga istighfar! Kamu apa-apaan sih!” Bentak Aulia mencoba menarik suaminya yang masih dicengkeram Rangga.“Mbak gak usah ikut campur! Harusnya Mbak juga marah kalo suami mbak sok perhatian sama istriku!” Ucap Rangga menatap Aulia nyalang.“Bawa anak-anak ke belakang, Bun.” Perintah Raka menyingkirkan tangan Aulia pelan.Tanpa membantah, Aulia langsung mengamankan kedua anaknya yang menangis karena ketakutan melihat Rangga yang dikuasai emosi.“Coba jelasin masalahnya apa, Ga. Jangan main fisik kayak gini.” Ucap Bu Rahma dengan suara bergetar, matanya sudah berkaca-kaca.Bu Rahma shock melihat Rangga memukul kakaknya. Selama ini baru sekarang ia melihat Rangga mengamuk dan berani pada kakaknya.“Merek
DegSeketika Raka dan Anna pun terdiam. Anna melihat dibalik jendela siapa yang mengetuk.“Waduh Mama Zio.” Gumam Anna terlihat panik.Anna turun dari mobil dan menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah tetangganya.“Eh Mama Zio, kenapa Ma?” Sapa Anna santai, namun hatinya tak karuan.“Mau kemana, Tante Anna? Kok nggak sama Om Rangga?” Selidik Mama Zio dengan senyum penasaran.“Mau ke rumah ibu, tapi karena aku belum kuat nyetir, jadi aku nelpon kakaknya Mas Rangga.” Ucap Anna sembari tersenyum.“Ooo, emang Om Rangganya kemana? Bukannya kerja?” Tanya Mama Zio penuh selidik.“Iya Mas Rangga kerja, aku udah chat Mas Rangga juga.” Jawab Anna menutupi kegelisahannya.Raka memperhatikan mereka dari dalam mobil. Melihat tingkah Anna yang mulai kurang nyaman, akhirnya Raka ikut turun.“Na, yuk! Bu….” Ucap Raka mengajak Anna dan menyapa tetangga Anna.“Te serius ini kakaknya Om Rangga? K