Vallen segera berbalik badan, pandangan matanya tertuju kepada Glad yang juga menatapnya seolah memindai."Masuklah, Len. Maafkan aku yang barusan bangun tidur!"Vallen hanya tersenyum tipis. Wajar saja saat ini masih pukul setengah tiga. Dan ia bertamu ditempat seorang duda beranak satu yang sangat menganggap dirinya sebagai Sharena.Tangan mungil Fide menarik Vallen untuk segera masuk ke rumah Glad. "Hari masih pagi, bila masih mengantuk, kamu lanjutkan saja tidur di kamar Fide," ucap Glad masih dalam posisi berdiri.Vallen sedikit ragu untuk bercerita tentang pernikahan bersama Reyzain. Wajah murung itu ditangkap oleh Glad. Sehingga lelaki berambut pirang tersebut melontarkan tanya, "Apakah ada yang mengganggu pikiranmu, Len?""Hmmm, tidak ada Glad. Sebaiknya kamu melanjutkan tidur biar aku temani Fide. Besok saja aku ceritakan.""Oke. Selamat beristirahat."***Suhu ruangan mendadak dingin di apartemen yang ditempati oleh Reyzain karena diluar terguyur hujan. Ia menarik selimut d
Glad yang ditanya segera mengangguk. Barata Murung saat melihatnya. Namun ia masih berpikir bahwa wanita dihadapannya adalah putrinya yang telah lama hilang."Jika begitu, mari kita ke ruangan. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan."Glad dan Vallen segera mengikuti langkah Barata menuju ke ruangan Direktur Utama. Barata duduk di kursi kebesaran dan meraih sesuatu di laci. lantas menyerahkan selembar foto anak kecil.Barata mulai bercerita, "Dahulu, saya dan Meysha sempat memiliki anak kembar perempuan. Hanya saja waktu itu, rumah kami mengalami kebakaran. Bayi kami yang satu tidak ditemukan hingga sekarang. Sharena Elvianori Barata yang ditemukan. Sementara Shenina Elvianora Barata …."Lelaki tua tersebut berkaca-kaca saat menceritakan kejadian dua puluh tahun silam. Ia lantas menatap lama wajah Vallenzuela. "Nak, siapa nama orang tuamu? Kau berasal dari mana?"Vallen yang ditanya segera menjawab, "Hmmm, saya berasal dari Swiss, Om. Mengenai orang tua, saya tidak tahu sebab sudah
"Apa yang Mama ketahui tentang wanita jadi-jadian itu? Apakah kamu akan percaya dengan ucapan Mama?" tantang Monik yang kembali memangkas bunga adenium. Rey kesal saat mamanya justru melempar pertanyaan. "Rey sedang tidak ingin bercanda Mama.""Jika begitu tanyakan saja pada Istrimu. Kurasa dia lebih banyak tahu. Lagipula kemana Vallen? Kenapa lama sekali jika mandi?" gerutu Monik yang menatap ke arah pintu. Ia segera menghentikan aktivitasnya dan ingin menuju kamar menantunya. Akan tetapi lengan ibunya ditahan oleh Rey."Saat ini Rey pulang ke Mansion sendiri. Vallen masih berada di Paris."Monik langsung terbelalak mendengar kalimat anaknya. "Apaaa? Apakah kamu gila Rey? Bisa-bisanya kamu meninggalkan istrimu di Paris sendirian. Benar-benar lelaki tidak punya otak.""Ma, Rey hanya sementara saja meninggalkan Vallen. Sekarang tolong katakan pada Rey. Bagaimana Mama mengawasi Denara dan katakan dengan detail," pinta Rey dengan menyatukan kedua tangan di depan dada."cobalah cari tahu
Vallen tidak bisa diam saja saat perdebatan anak-anak berlangsung, jadi ia berusaha menengahi dengan berucap, "tidak baik saling mengejek satu sama lain apalagi kalian berdua sama-sama cucu. Sekarang Abigail makan, dan Fide habiskan makanannya.""Tapi–,""Yang dikatakan Tante Vallen benar sayang. Habiskan saja lalu tidur sama Nenek Meysha ya?" tawar Meysha yang diberi anggukkan kepala oleh Fide. Sementara Abigail menatap Vallen dengan tatapan penuh tanda tanya. "Tante ini, kembarannya Tante Sharena kah?" "Entahlah, Tante sendiri belum memastikan."Barata segera menyahut, "Oh, ya, bagaimana bila nanti kita pergi ke rumah sakit keluarga untuk pengecekan tes DNA, apakah kau keberatan, Nak?""Sama sekali tidak, Om."Mereka yang mendengarnya tersenyum merekah."Mama Vallen tidur bersama Fide juga ya?" pinta bocah perempuan tersebut yang diberikan anggukkan.***Sementara itu Rey hanya menatap kosong ruangan yang terasa sangat sepi. Ia hanya teringat bagaimana dirinya memperlakukan sang i
Entah mengapa, perasaan Vallen mendadak gelisah. Ia semakin memikirkan suaminya sehingga matanya sulit terpejam. Sementara itu Rey sedang berada dalam perjalanan menuju ke rumah sakit setelah adanya laporan kecelakaan di jalan.Rey segera ditangani oleh tim medis. Kebetulan ada salah satu rekan ayahnya yang mengenali Reyzain. "Astaga, kenapa kau bisa kecelakaan seperti ini Rey?" tanya sang dokter yang menangani pasien."Kenapa Rey malam-malam keluyuran di Paris?" tanyanya pada diri sendiri dan segera mengecek bagian tubuh Rey.Setelah membersihkan area darah di bagian wajah. Ia mengganti pakaian Rey sendiri. Biasanya ia akan membiarkan perawat yang menggantikannya."Huft, beruntung saja daya tahan tubuh bocah ini bagus. Meskipun wajahnya sedikit memar dan pelipisnya mengeluarkan darah. Beruntung tidak begitu parah. Monik pasti terkejut melihat anaknya di ruangan rumah sakit!" gerutu Felix dan segera mendial up nomor seseorang.[ Hey, Felix. Apa kabar? Tumben sekali kamu menelponku mal
Pukul satu siang, Vallen terbangun dari tidurnya. Ia pun merapikan kembali tempat tidur dan segera pergi karena teringat tadi tidak sempat berpamitan pada Glad dan Barata. "Seharusnya aku menerima ponsel pemberian Glad!" gerutu Vallen dan segera pergi meninggalkan apartemen. Sementara itu Rey tidak bisa hanya sekedar tidur di ranjang rumah sakit tanpa tahu keberadaan sang istri. Ia mencabut paksa infus yang bertengger di tangannya. Ken yang tadinya ingin mengambil baju ganti milik Rey memutuskan untuk mengintai pergerakan Vallen dari jauh.[ Tuan, saya sedang mengikuti jejak Nyonya Vallen yang barusan sedang keluar dari apartemen! ]Rey tidak sempat membuka ponselnya. Ia sibuk dengan mengendarai motor yang sempat dibelinya tersebut. Ia menelusuri sepanjang jalan hingga tanpa sadar waktu semakin senja. Kepalanya berdenyut nyeri. Sementara itu Ia berhenti di kedai kopi untuk membasahi tenggorokan yang terasa kering. Vallen merasa bahwa dirinya diikuti oleh mobil di belakangnya. Ia men
"Kau kemana saja? Aku pikir kau benar-benar hilang. Glad memberitahu bahwa setelah dari toilet kau tidak kembali.""Apakah Om mengkhawatirkan aku?" tanya Vallen dan diberikan anggukkan oleh Barata.Lantas melanjutkan percakapan. "Tadi Vallen sempat pingsan Namun sudah ditangani oleh dokter.""Kenapa tiba-tiba pingsan? Apakah tidak sehat? Apa ada yang terluka?" Barata yang khawatir berlebihan membuat perawat yang melihatnya berbisik. Siapakah gerangan yang mirip dengan mendiang Sharena. Begitu kira-kira pikiran mereka."Aku sudah membaik Om. Jika boleh minta tolong, bisakah antarkan Vallen pulang ke rumah Om?""Tentu saja. Ayo kita pulang." Vallen berharap bahwa ia tidak berjumpa dengan Reyzain lagi.***Dua minggu telah berlalu, hasil DNA menyatakan bahwa Vallen merupakan anak biologis dari Barata dan Meysha. Lelaki tua itu tidak percaya dan Kembali bertanya pada dokter untuk menyakinkan hatinya."Apakah aku tidak salah baca, Dok? Hasilnya cocok? Sungguh?""Benar Tuan Barata. Saya tid
Temaram malam pun telah menyapa. Di sebuah mansion mewah milik keluarga Barata, sedang ramai sebab diadakannya sebuah pesta. Kali ini pesta dilakukan di area terbuka. Hanya ada panggung kecil yang dihiasi berbagai aneka bentuk balon warna silver, lilac dan soft pink metalik dari ukuran besar, sedang dan kecil. Desain yang sederhana itu atas arahan dari Vallenzuela meskipun pesta tersebut untuk dirinya sendiri."Terima kasih untuk para hadirin sekalian. Saya selaku pembawa acara mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu istimewa karena telah menyempatkan waktu untuk menghadiri pesta di tengah kesibukan. Langsung saja kita panggil pewaris tunggal Barsha Corp yaitu …"Sang pembawa acara menjeda kalimat sejenak. Orang-orang sedang menunggu siapakah gerangan yang ingin diperkenalkan. Banyak mata menanti seseorang yang akan keluar dari balik pintu. Hingga akhirnya…"Nona Shenina Elvianora Barata!" Pintu perlahan dibuka. Muncullah seorang wanita muda yang mengenakan gaun warna hitam berpa