Pukul satu siang, Vallen terbangun dari tidurnya. Ia pun merapikan kembali tempat tidur dan segera pergi karena teringat tadi tidak sempat berpamitan pada Glad dan Barata. "Seharusnya aku menerima ponsel pemberian Glad!" gerutu Vallen dan segera pergi meninggalkan apartemen. Sementara itu Rey tidak bisa hanya sekedar tidur di ranjang rumah sakit tanpa tahu keberadaan sang istri. Ia mencabut paksa infus yang bertengger di tangannya. Ken yang tadinya ingin mengambil baju ganti milik Rey memutuskan untuk mengintai pergerakan Vallen dari jauh.[ Tuan, saya sedang mengikuti jejak Nyonya Vallen yang barusan sedang keluar dari apartemen! ]Rey tidak sempat membuka ponselnya. Ia sibuk dengan mengendarai motor yang sempat dibelinya tersebut. Ia menelusuri sepanjang jalan hingga tanpa sadar waktu semakin senja. Kepalanya berdenyut nyeri. Sementara itu Ia berhenti di kedai kopi untuk membasahi tenggorokan yang terasa kering. Vallen merasa bahwa dirinya diikuti oleh mobil di belakangnya. Ia men
"Kau kemana saja? Aku pikir kau benar-benar hilang. Glad memberitahu bahwa setelah dari toilet kau tidak kembali.""Apakah Om mengkhawatirkan aku?" tanya Vallen dan diberikan anggukkan oleh Barata.Lantas melanjutkan percakapan. "Tadi Vallen sempat pingsan Namun sudah ditangani oleh dokter.""Kenapa tiba-tiba pingsan? Apakah tidak sehat? Apa ada yang terluka?" Barata yang khawatir berlebihan membuat perawat yang melihatnya berbisik. Siapakah gerangan yang mirip dengan mendiang Sharena. Begitu kira-kira pikiran mereka."Aku sudah membaik Om. Jika boleh minta tolong, bisakah antarkan Vallen pulang ke rumah Om?""Tentu saja. Ayo kita pulang." Vallen berharap bahwa ia tidak berjumpa dengan Reyzain lagi.***Dua minggu telah berlalu, hasil DNA menyatakan bahwa Vallen merupakan anak biologis dari Barata dan Meysha. Lelaki tua itu tidak percaya dan Kembali bertanya pada dokter untuk menyakinkan hatinya."Apakah aku tidak salah baca, Dok? Hasilnya cocok? Sungguh?""Benar Tuan Barata. Saya tid
Temaram malam pun telah menyapa. Di sebuah mansion mewah milik keluarga Barata, sedang ramai sebab diadakannya sebuah pesta. Kali ini pesta dilakukan di area terbuka. Hanya ada panggung kecil yang dihiasi berbagai aneka bentuk balon warna silver, lilac dan soft pink metalik dari ukuran besar, sedang dan kecil. Desain yang sederhana itu atas arahan dari Vallenzuela meskipun pesta tersebut untuk dirinya sendiri."Terima kasih untuk para hadirin sekalian. Saya selaku pembawa acara mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu istimewa karena telah menyempatkan waktu untuk menghadiri pesta di tengah kesibukan. Langsung saja kita panggil pewaris tunggal Barsha Corp yaitu …"Sang pembawa acara menjeda kalimat sejenak. Orang-orang sedang menunggu siapakah gerangan yang ingin diperkenalkan. Banyak mata menanti seseorang yang akan keluar dari balik pintu. Hingga akhirnya…"Nona Shenina Elvianora Barata!" Pintu perlahan dibuka. Muncullah seorang wanita muda yang mengenakan gaun warna hitam berpa
Monik tetap tersenyum meskipun Barata menatap nyalang ke arahnya. "Aku kesini hanya untuk menjenguk menantuku saja. Tidak lebih. Sekaligus ingin meminta maaf atas kejadian masa lalu yang tidak disengaja.""Tunggu? Menantumu? Enteng sekali kau berkata!"Meysha masih mencerna perkataan dari sahabat dekatnya dulu. Sehingga ia melontarkan tanya, "Apakah suami dari Vallen, Hmmm maksudku adalah Shenina itu merupakan anakmu?""Apa yang tidak aku ketahui di sini, Ma?" tuntut Barata beralih pada istrinya. Alice yang mendengar perdebatan tersebut hanya duduk saja seraya memainkan ponselnya. Ia tidak begitu peduli dengan dua keluarga yang dulunya akrab menjadi musuh.Meysha akhirnya buka suara, "Sebenarnya Shenina sudah memiliki suami. Namanya adalah Reyzain.""Apakah Vallen sudah menceritakan segalanya padamu, Mey?" tanya Monik yang berusaha mendekatkan diri ke tepi ranjang.Meysha hanya mengangguk saja. Sebenarnya ia tidak bisa berlama-lama memusuhi sahabatnya dulu. Sang suamilah yang Keukeh t
"Jangan pikirkan hal-hal yang tidak-tidak, Shen. Yang utama, jaga diri untuk tidak berpikir berlebihan. Bukankah tadi pamanmu berkata jika kau dilarang stress? Sekarang beristirahatlah atau kau ingin makan sesuatu mungkin?" tanya Monik yang membuat Shen menggeleng kepalanya berkali-kali. "Tidak Mom. Sepertinya Shen butuh waktu untuk istirahat saja. Oh ya, tolong Ma, ambilkan ponselnya Shen. Shen ingin meminta nomor Rey."Meysha segera mencari ponsel Shenina yang tadi sempat diletakkan di sofa. Ia segera menyerahkan pada putrinya. Monik meminta nomor ponsel menantunya dan sekaligus mengirimkan nomor Reyzain."Mom, bisakah aku meminta foto pernikahanku dengan Rey?""Tunggu sebentar biar Mom menelepon anak nakal itu!"Monik Menyingkirkan diri sebentar guna mendial up nomor seseorang. Sementara itu Darwin segera bergabung dengan Barata yang masih sibuk minum."Hentikan minummu Bar, jika kau tidak sedang ingin mati konyol!" lirik Darwin yang menyerobot minuman yang hampir saja diminum ol
Rey yang berada di kamar segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Ia hanya mandi kilat dan segera menuju lemari. Hanya kaos oblong serta jaket hitam yang dikenakan. Tak tertinggal pula celana jeans warna hitam yang senada.[ Ken, bawa tukang salon sekarang untuk merapikan penampilanku. Sekalian bawa jet pribadi milik papa ] perintah Rey dadakan pada asistennya. [ Siap, tuan. Kita mau pergi ke mana? ] Jawab Kenzi meskipun matanya masih terpejam. Atasnya itu sudah seperti patung hidup yang tidak memiliki semangat. Sudah seminggu menghilang dan sekalinya memerintah tidak ingat waktu. [ Paris, menemui istriku tercinta!] Sahut Rey dengan nada yang terdengar bahagia. Ken berpikir jika atasnya sedang mengigau. Ditatapnya jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam.Setelah menunggu lima belas menit, Ken datang membawa tukang cukur rambut serta masuk ke dalam jet pribadi yang sedang dikendarai oleh Martin. Sementara tukang salon tersebut segera merubah tampilan r
"Benar, sayang. Kau sedang tidak ingin bermimpi," sahut Rey tersenyum simpul. Sementara Vallen masih mencerna perkataan dari pria yang baru saja meraup bibirnya. "Aku hanya takut bila semua ini hanyalah khayalan semata. Aku sungguh merindukanmu Rey," ungkap Vallen yang membuat dirinya tiba-tiba saja menitikkan air mata.Rey mengusap lelehan sebening kristal tersebut dan menciumi seluruh wajah sang istri. Terakhir memberikan kecupan singkat di bibir."Aku nyata sayang. Kau bisa memeriksanya sendiri," bisik Rey di telinga sang istri yang membuat Vallen kegelian."Rey, aku menginginkan dirimu malam ini. Jadikan aku istrimu seutuhnya," ucap Vallen yang tiba-tiba menginginkan sebuah penyatuan. Rey terbelalak pada awalnya. Namun bibirnya dibungkam oleh sang istri. Kali ini meskipun ciuman tersebut sedikit kaku, Rey menikmatinya. Sementara Vallen tidak bisa mengendalikan hasrat untuk tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.Rey berkomentar, "Aku akan memperlakukan dirimu dengan lembut dan bai
Rey dan Vallen menahan nafasnya demi melihat siapa sosok yang membukakan pintu, Rey langsung saja masuk ke lemari sebelum bocah kecil berusia enam tahun tersebut memergoki dirinya bersama dengan sang istri. Saat sudah berada di dalam lemari, ia menggerutu, "Dasar bocil pengganggu. Kenapa coba tengah malam begini malah keluyuran di kamar Vallen. Pasti ini siasat Gladwin setelah tadi sempat melamar istriku. Sialan, berani sekali Glad melawanku!"Rey tersulut emosi. Hatinya masih saja mengomel, "Aku harus mengeluarkan Vallen dari Mansion ini agar tidak bisa dekat dengan duda beranak satu tersebut. Enak saja dirinya yang hanya kakak ipar bisa berada dekat dengan istriku sementara aku? Suami sahnya harus bermain petak umpet bila ingin bertemu. Menyebalkan saja!" "Mama, bolehkah Fide tidur bersama mama Shen?" tanya anak kecil tersebut yang matanya sudah mengantuk tapi dipaksa untuk terbuka. Tadi Glad membangunkan dirinya untuk pindah ke kamar calon Mamanya, Fide juga langsung setuju sebab