Share

Amarah Mentari

last update Last Updated: 2023-01-06 06:09:31

Amarah Mentari

Angela membanting vas bunga yang ada di kamar. Pecahannya sampai mengenai tangannya sendiri. Ia meringis kesakitan, dadanya terasa panas karena kalah oleh Mentari. Memang benar, bahwa Angela hanyalah wanita tidak tahu malu, yang suka merebut pria orang lain. Namun, gadis itu baru pertama kali ini, merasakan gejolak emosi yang sangat dahsyat. Biasanya, Angela dengan santai meladeni istri-istri pria yang dia goda. Itu karena mereka semua menangis saat berhadapan dengan Angela, berbeda dengan Mentari yang tegas dan lantang.

Suara lemparan vas tadi, membuat Adiaz terbangun. Ia kaget dengan tangan kanan Angela yang terluka. Dengan cepat Adiaz pergi keluar kamar untuk mencari obat.

Setelah tangan Angela diobati, Adiaz dan Angela duduk di sofa, “Kamu kenapa bisa luka seperti ini, sih? Kamu sengaja banting vas bunga itu, ‘kan?" tanya Adiaz.

Angela enggan menjawab, tetapi tiba-tiba dia mendapat ide. Dia akan mengadukan semua perlakuan Mentari padanya. Dia akan berbohong pada Adiaz.

“Sayang, kamu tahu enggak? Barusan aja, tunangan kamu itu telepon aku. Dia bilang aku, tuh, cuma perempuan murahan yang gila harta kamu aja. Dia juga mengancam bakal melukai aku. Kamu gak takut, aku diapa-apakan sama dia?" Angela merajuk, ia sengaja menggunakan suara manis yang dibuat-buat. Angela bahkan mulai menangis pura-pura, dia menyembunyikan wajahnya di bahu Adiaz. Padahal, ia tidak bisa mengeluarkan air mata sedikit pun. “Hiks ... hiks ... dia jahat banget sama aku. Sayang, kamu gak bakal biarin dia melukai aku, ‘ kan?" tanyanya lagi.

Adiaz hanya terdiam sebagai tanggapannya. Dia adalah tipe pria yang sangat plin-plan. Sebentar sadar kalau perbuatannya itu salah, lalu beberapa saat kemudian, kembali lagi seperti itu. Tipe pria yang tidak punya pendirian, mudah digoyahkan oleh tipu muslihat wanita seperti Angela. Dalam hatinya, dia masih mencintai Mentari, tetapi juga merasa tidak puas dengan hubungan mereka.

“Kamu tenang saja. Aku gak bakal biarin dia berbuat jahat sama kamu!" ucap Adiaz akhirnya. Hal itu sukses membuat senyuman mengembang di bibir Angela. Dia masih berpura-pura menangis.

‘Lu gak akan bisa menang melawan gue. Lu bukan apa-apa, Mentari!' ejek Angela dalam hati.

Sementara itu di rumah sakit, dokter menyarankan Mentari untuk di rawat inap. Jadilah Rani yang menjaganya. Mentari sama sekali tidak mau memberitahukan masalah ini pada orang tuanya. Apalagi, jika mereka sampai tahu, kalau penyebab semua ini adalah Adiaz. Mentari masih berharap pada pria jahat itu, dia tidak mau orang tuanya memisahkan mereka.

Rani datang membawakan bubur beserta air mineral. Dia lalu duduk di samping ranjang Mentari. “Kamu belum makan dari tadi. Maaf lama, ya, aku susah cari tukang jualan bubur di sini," ucap Rani.

Untungnya, Mentari sudah menghapus panggilan untuk Adiaz di ponsel Rani.

“Iya. Tadi, Dokter sarani buat rawat inap. Kalau kamu mau pulang, aku gapapa, " kata Mentari.

Rani memukul pelan lengan sahabatnya itu. “Inilah gunanya sahabat waktu pasangan kamu gak berguna," ucapnya sambil tertawa. Mentari juga ikut tertawa. Dia makan perlahan demi cepat sembuh.

Atas aduan Angela, Adiaz mendatangi rumah Mentari. Namun, dia menemukan rumah itu kosong.

“Orangnya gak ada, Mas," ucap salah seorang tetangga.

Adiaz kemudian bertanya, “Memangnya, orangnya ke mana, Bu?"

“Dia tadi pagi dibawa ke rumah sakit, sama temannya. Saya yang bantu bawa ke mobil," ucapnya lagi.

Adiaz terkejut. ‘Loh? Mentari sakit?' tanyanya dalam hati. “Rumah sakit mana, ya, Bu?"

“Rumah sakit .…"

Adiaz melajukan mobilnya dengan tergesa-gesa. Dia menginjak gas, menyalip beberapa kendaraan yang melintas. Bahkan, saat lampu merah, dia dengan tidak sabar untuk segera ke rumah sakit. Begitulah Adiaz. Kadang menjelma seperti malaikat, kadang juga berubah menjadi iblis.

Sampai di rumah sakit, dia langsung mencari keberadaan Mentari. Adiaz bertanya pada seorang resepsionis. “Mbak, pasien dengan nama Mentari Almeera Daliya, ada di ruangan mana?"

“Oh, sebentar, ya, Pak. Saya akan cek terlebih dahulu." Dia membuka lembaran-lembaran catatan, serta mengecek di komputer. “Pasien dengan nama Mentari Almeera Daliya ada di ruangan nomor lima belas di lantai dua."

“Terima kasih!" Tanpa berlama-lama Adiaz langsung ke lantai dua menggunakan lift. Dia berlari melewati lorong, lalu dengan cepat membuka pintu kamar nomor lima belas.

“Mentari!?" Begitu terkejutnya Adiaz. Dia melihat tunangan yang dicintainya, di pasang selang infus, wajahnya tampak lesu dan tak bersemangat. Selain itu, ada hal lain yang membuatnya terkejut.

“Angela!?" Wanita itu juga ada di sana. “Kamu ngapain di sini!?" tanya Adiaz geram.

Angela balik bertanya, “Lho, kamu sendiri ngapain di sini? Bukannya kamu udah janji, bakal pisah sama dia? Kenapa masih khawatir kalau dia sakit?!"

Adiaz kini dihadapkan dengan dua pilihan sulit.

“Pergi!" ucap Mentari pada akhirnya. “Aku sudah lihat wajah selingkuhan kamu secara langsung. Ternyata gak ada apa-apanya. Kenapa selera kamu jadi rendah banget?" tanya Mentari.

Angela marah, ia lantas membentak Mentari. “Heh! Lu jangan asal ngomong, ya! Harusnya lu sadar diri!"

Rani ikut berbicara. “Udah! Ngapain ke sini, sih!? Bikin keruh suasana aja. Lebih baik pergi dari sini! Kamu juga Adiaz. Mentari udah muak lihat kamu!"

“Lu gak usah ikut campur, deh!" ucap Angela pada Rani. “Gue ke sini cuma mau memperjelas. Kalau Adiaz udah gak punya hubungan apa-apa lagi sama dia!" tunjuknya pada Mentari. “Lu lebih baik gak usah berharap lagi deh. Biar gua perjelas lagi, dia udah jijik sama lu! Cewek bodoh macam lu gak pantas buat dia. Lu tau? Kita berdua udah—“

Plak!

Plak!

Plak!

Tiga kali Mentari menampar pipi Angela dengan keras. Pipi kanan dan kiri perempuan itu memerah. Hal itu membuat ia diam tidak berkutik. Mulut besarnya tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Mentari lalu mengangkat dagu Angela. Dia menatapnya dengan tatapan marah dan benci. “Asal kamu tahu aja, dia masih cinta sama aku. Buktinya, dia ke sini cari aku, ‘kan?" Mentari lalu berbisik pada Angela. “Semangat jual harga dirinya. Biar dia gak balik lagi ke aku. Kamu harus, ‘kan? Jual harga diri biar dia gak kabur? Itu artinya, dia datang ke kamu dengan minta sesuatu, gak tulus sama sekali!"

Angela memegang kepalanya frustrasi. Dia menjauh dari Mentari. “Berisik!"

Mentari kini beralih pada Adiaz. “Kamu! Mau apa ke sini? Gak puas lihat aku menderita? Kamu naik jabatan gak kabari aku? Malah party dengan dia?" Mentari menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan diri, “Jangan lupa Adiaz! Semua keberhasilan yang kamu dapat sekarang, kamu pikir atas dorongan siapa? Perempuan murahan yang kamu beri perhiasan?” Mentari tertawa mengejek Adiaz.

“Mentari, Sayang, aku …." dengan tatapan nanar, Adiaz berjalan ke arah Mentari.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat di Hati yang Salah   Ending_Semoga Tuhan Memaafkanmu Karena Aku Tidak

    [Aku sudah di Acclamare Coffee, kamu di mana, Yank?]Satu pesan masuk tepat saat mobil yang dikendarai Mentari memasuki kawasan tempat di mana mereka membuat janji untuk bertemu.“Tujuh menit lagi aku sampai.” Mentari mengirimkan balasan. Tempat tujuan sudah di depan mata, perempuan itu merasakan debaran di hatinya semakin tak dapat lagi terkontrol. Ia lebih memilih berdiam diri di dalam mobil seraya meredam gejolak perasaannya yang semakin tak karuan. Lima menit sudah berlalu dari waktu tujuh menit yang ia janjikan dan kini hanya tersisa dua menit saja.Dengan langkah pelan Mentari memasuki kafe. Di salah satu sudut meja, netranya menangkap satu sosok yang dulu pernah sangat merajai hatinya, mengukir mimpi, melalui hari-hari dengannya selama delapan tahun!Sampai akhirnya sesuatu yang sampai detik ini tak pernah ia mengerti pun terjadi, Adiaz berubah menjadi seorang yang asing bagi Mentari, lalu dia menghilang bak ditelan bumi.Hari ini, setelah enam tahun berlalu. Sosok itu

  • Terjerat di Hati yang Salah    Aku Tahu Apa yang Harus Aku Lakukan

    Setelah enam tahun ....Laki-laki itu menatap nanar sebuah foto seorang wanita cantik yang sedang tertawa bahagia memeluk erat dua anak perempuan kembar. Hatinya berdenyut sakit, seandainya ia bisa mengulang waktu, tak akan dulu ia tergoda wanita malam dan meninggalkan kekasih yang telah lama membersamainya.Dia adalah Adiaz. Kehidupannya kini telah berangsur membaik. Pada dasarnya ia memang seorang yang ulet dan pekerja keras. Setelah mengalami kehancuran hidupnya bersama Angela, ia bertekad untuk memperbaiki hidup, ia kembali meniti kariernya dari bawah dengan cara membuka usaha di bidang properti dan kini usahanya sudah menunjukkan perkembangan yang cukup memuaskan. ‘Maafkan aku, Mentari. Tapi sungguh aku dulu tidak bermaksud untuk meninggalkanmu. Hanya saja, aku terlanjur salah dan jauh melangkah. Bagimu, aku menghilang, aku lari dan melupakanmu. Tak apa jika kau menilai aku seperti itu. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu, sebenarnya ... aku sedang melindungimu, karena rasa cin

  • Terjerat di Hati yang Salah   Luka Dalam Pelukan Rindu

    Tanpa terasa enam bulan sudah Mentari menyandang gelar sebagai Nyonya Maheswara. Maheswara memperlakukan Mentari seperti seorang Ratu. Apa pun yang dia minta, selalu dipenuhi oleh Maheswara. Mentari juga tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan rumah, “ Aku gak mau istriku kecapean, aku menikahimu untuk menjadi istri bukan untuk menjadi tukang bersih-bersih.” Itu jawaban Maheswara saat Mentari bersikukuh ingin membersihkan ruang kerja suaminya dengan alasan bosan tidak mengerjakan apa-apa. Kehidupannya kini jauh lebih bahagia daripada saat bersama dengan Adiaz. Hati Mentari sudah sepenuhnya terisi dan menerima Maheswara. Semua kisah masa lalu bersama Adiaz telah benar-benar ia ikhlaskan meski tak pernah ia melupakannya.‘Aku kehilangan seseorang sampai mengalami yang namanya depresi. Aku sempat terpuruk dan jatuh sejatuh-jatuhnya. Harga diriku sebagai perempuan yang punya komitmen, diinjak sampai tak tersisa oleh wanita murahan itu, tetapi kalau tahu akhirnya Tuhan akan memberik

  • Terjerat di Hati yang Salah   Menekan Rindu

    [Hmm ... pokoknya, kalau kamu sudah menikah dengan saya, tidak ada namanya kerja apalagi lembur, itu tugas dan kewajiban saya. Tugasmu cukup membuat saya merasa tidak ada orang lain di dunia ini selain kita berdua.]Mentari terbelalak heran ketika membaca pesan itu. “Rasanya aku belum memberikan jawaban, tapi, kok, bicaranya seperti itu? Ah, sudahlah. Dia, ‘kan Bos, jadi bebas bicara apa saja,” Mentari terkekeh sendiri.Mentari tidak mengetikkan lagi pesan balasan, dan segera berfokus pada komputer di hadapannya. Tepat ketika jarum pendek di jam dinding mencapai angka 20:30 WIB, pekerjaannya sudah selesai. Dia meregangkan badannya yang pegal. Lalu kini dia harus menelepon Rani untuk minta dijemput. Tut!.Sambungan telepon diterima. “Halo, Ran, jadi jemput aku, ‘kan?” [Tari, aku minta maaf karena sudah janji. Tapi, benar-benar gak bisa. Adikku masuk rumah sakit.] “Rino masuk rumah sakit? Kenapa, Ran?”[Penyakit lamanya kambuh, mungkin dia kecapean. Ini lagi nunggu hasi

  • Terjerat di Hati yang Salah   Bismillah ... Kulepas Kau Dari Hatiku

    Ketika tiba di kantor, entah mengapa atmosfer yang terasa berbeda dari sebelumnya. Semua orang tidak lagi menyapa seperti biasa, mereka menatap Mentari lalu tersenyum sungkan, tetapi ada juga yang setelahnya terlihat kasak kusuk seperti sedang bergosip, Mentari merasa heran juga dibuatnya. Belum genap lima menit Mentari duduk di kursinya, Eva membisikan sesuatu. “Ada pesan dari Pak Bos, katanya beliau meminta laporan keuangan hari ini,” ucap Eva membuat Mentari mengerutkan kening. “Hari ini? Bukannya masih ada waktu dua hari lagi, sesuai jadwal biasanya?” Mentari dibuat bingung oleh permintaan Maheswara yang menurutnya sangat absurd sekali. “Iya, Mbak, tadi pesannya seperti itu.” “Oke deh, Mbak Eva. Terima kasih, ya, eh, ngomong-ngomong sepagi ini beliau sudah datang?” “Sudah, malah sebelum karyawan datang beliau sudah ada di kantor, gitu kabar yang aku dengar dari Pak Satpam tadi.”“Ehm, tumben. Ya sudah, aku mau kerjakan dulu sesuai yang beliau minta, thankyou, ya, Mbak.“Kare

  • Terjerat di Hati yang Salah   Isi Hati dan Hukuman

    Apanya yang mendadak? Saya kan ajak kamu pergi nanti malam, sekarang masih pagi. Seharusnya, masih ada waktu untuk dandan, kan? Walaupun tidak perlu juga tidak apa-apa,” ucapnya santai. Mentari mengusap wajahnya gusar. Lelaki ini terkenal dingin, tetapi tidak terhadap Mentari.“Maksud saya, Pak, kenapa Bapak mendadak ajak saya jalan-jalan?” “Nanti juga kamu akan tahu apa alasannya. Saya ada banyak pekerjaan, kamu juga urus saja semua tugas-tugas kamu. Jangan membicarakan masalah pribadi di jam kerja, ya." Mentari mengerutkan kening, ‘Jangan membicarakan masalah pribadi di jam kerja’. “Bukankah dia yang memintaku menemuinya?"Ah, dasar aneh.” Mentari menggerutu dalam hati. “Ya, sudah, kamu boleh kembali ke mejamu,” ucapnya sedikit salah tingkah. Lagi-lagi pria itu tersipu malu. Dia mengusir Mentari karena malu tidak tahu harus bereaksi seperti apa sebenarnya. Wajahnya merona, telinganya juga merah. “Mentari, kamu bisa bikin aku gila dalam sehari. Dan itu cuma karena kita mengob

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status