Share

Menekan Rindu

[Hmm ... pokoknya, kalau kamu sudah menikah dengan saya, tidak ada namanya kerja apalagi lembur, itu tugas dan kewajiban saya. Tugasmu cukup membuat saya merasa tidak ada orang lain di dunia ini selain kita berdua.]

Mentari terbelalak heran ketika membaca pesan itu.

“Rasanya aku belum memberikan jawaban, tapi, kok, bicaranya seperti itu? Ah, sudahlah. Dia, ‘kan Bos, jadi bebas bicara apa saja,” Mentari terkekeh sendiri.

Mentari tidak mengetikkan lagi pesan balasan, dan segera berfokus pada komputer di hadapannya.

Tepat ketika jarum pendek di jam dinding mencapai angka 20:30 WIB, pekerjaannya sudah selesai. Dia meregangkan badannya yang pegal. Lalu kini dia harus menelepon Rani untuk minta dijemput.

Tut!.

Sambungan telepon diterima.

“Halo, Ran, jadi jemput aku, ‘kan?”

[Tari, aku minta maaf karena sudah janji. Tapi, benar-benar gak bisa. Adikku masuk rumah sakit.]

“Rino masuk rumah sakit? Kenapa, Ran?”

[Penyakit lamanya kambuh, mungkin dia kecapean. Ini lagi nunggu hasi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status