Terjerat di Hati yang Salah

Terjerat di Hati yang Salah

By:  Nonnie Dyannie  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
53Chapters
786views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

“Kenapa merebut milik orang lain? Jika terjadi hal yang sama padamu, kamu bisa apa? Marah? Sadar diri sedikit. Baginya, kamu bukan apa-apa. Dia hanya tertarik sebentar, setelah itu, jika melihat yang lebih, maka dia akan pergi juga darimu, sama seperti yang aku alami sekarang. Nanti, kau akan paham, bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang yang kita cintai, hanya karena perempuan murahan yang baru dikenalnya!" ~ Mentari Almeera Daliya. “Dia memilih aku karena aku lebih cantik, seksi, dan bisa membuatnya tergila-gila. Kalian sudah berhubungan selama 8 tahun, menurutmu, kenapa dia bisa dengan cepat pindah hati padaku? Itu karena dia tidak puas dengan wanita jelek sepertimu. Baginya, sekarang kau bukanlah apa-apa." ~ Anggela, Wanita Murahan dari Bar. “Kamu hanya salah paham, Sayang! Aku tidak pernah mencintai wanita lain, selain kamu!" ~ Andre Adiaz Sangsoko

View More
Terjerat di Hati yang Salah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
53 Chapters
Mentari Almeera Daliya
Entah sudah berapa lama perempuan bermata teduh itu berdiri di balik jendela seraya menatap rinai hujan. Dengan ingatan melayang pada sebuah kisah pahit yang menghantam kehidupannya. Tentang bagaimana sebuah kepercayaan, janji, dan komitmen dihancurkan begitu saja oleh orang ketiga. Padahal, derajatnya sama sekali tidak bisa dibandingkan. Perempuan itu hanyalah seorang penari telanjang, sedangkan dirinya adalah orang yang sudah membersamai selama delapan tahun, memupuk rasa cinta hingga tumbuh subur. Namun, kini ia pun percaya bahwa benar, lelaki tidak cukup hanya dengan satu wanita saja. Semakin tinggi seorang lelaki mendapatkan banyak hal, maka semakin luas juga sirkel pertemanan yang dia miliki. Sejak malam itu, lelaki yang ia agungkan di atas segalanya berubah sikap, dia lebih memilih seorang wanita penghibur, daripada dirinya yang menemani di kala susah dan senang. Tampaknya, lelaki itu benar-benar sudah lupa jati dirinya. Wanita penyuka warna hijau itu pun tidak yakin, setela
Read more
Awal Dari Semua Kecurigaan
Berjam-jam berlalu dari waktu pulang Adiaz. Mentari sampai terkantuk-kantuk menunggunya. Akhir-akhir ini, dia memang sering sekali lembur. Jarang makan di rumah. Kadang pulang sebentar lalu pergi lagi dengan alasan bertemu klien. Pulang hanya untuk mengambil keperluan seperti berkas-berkas penting yang harus dibawa. Seperti siang tadi, Mentari melihat wajah kekasihnya tampak kusut, bajunya pun acak-acakan, bagian bawah mata Adiaz menghitam seperti panda, efek karena dirinya selalu lembur demi kemajuan perusahaan, alasannya. “Sepertinya malam ini aku gak pulang. Kamu makan saja, gak usah nunggu aku. Kerjaan sedang numpuk banget aku keteteran dan harus lembur lagi," ucapnya sambil memakai jas dan memasukkan berkas ke dalam tas. “Oke, tapi kamu jangan sampe lupa makan, ya, ingat kesehatan. Aku gak mau kamu sampe sakit. Kalo kamu sakit, yang nyakitin aku siapa?" kelakar Mentari sukses membuat Adiaz terkekeh kecil seraya mengacak rambut wanitanya. Bagi Mentari, tak masalah jika ia d
Read more
Se-Amin Tak Seiman
“Adiaz, apa ini!?" Mentari melonjak kaget. Dia menatap nanar ke arah Adiaz. Sedangkan Adiaz melongo, wajahnya seketika pias. Lalu ia merebut lipstik itu dari tangan Mentari. Segera membuangnya ke jalanan. “Itu bukan apa-apa," ucapnya. Ia mencoba untuk tetap tenang. Mentari melayangkan tatapan marah. Kemudian ia tertawa sarkas. “Bukan apa-apa!? Ada benda perempuan lain, kamu bilang bukan apa-apa!?" “Itu punya teman kerja aku! Kita kemarin ada meeting!" jawab Adiaz ikut berteriak. “Kita sengaja cuma pakai satu mobil, karena jalanan sedang macet!" “Alasan kamu gak logis!" “Apanya yang gak logis, sih!?" “Kalau kamu tahu ada lipstik orang yang ketinggalan, kenapa nggak langsung kamu kembalikan? Dan itu ... kenapa harus dibuang?" “Aku aja baru sadar sekarang! Udah! Jangan ajak aku debat lagi. Kamu ngajak ribut cuma gara-gara hal sepele ini!?" Hari itu, rencana belanjanya gagal total. Adiaz lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia sengaja melakukan itu, supaya Mentar
Read more
Berubah
Aksi Adiaz terhenti saat ia sadar apa yang akan diperbuatnya. Ia menurunkan kembali tangannya. Memilih pergi begitu saja. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 24:00 WIB.Adiaz meraih kunci mobil dan mengenakan jaket, dengan tanpa menoleh ke arah Mentari, ia keluar seraya membanting pintu. Lalu ia menghubungi Angela. “Aku jadi ke sana.”Angela tertawa penuh kemenangan. “Tuh, ‘kan, apa kubilang. Dia itu cuma perempuan yang membosankan, Sayang. Aku akan buat kamu puas malam ini," ucapnya. Kondisi jalanan yang lengang membuat Adiaz yang sedang kalut mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dalam benaknya saat ini hanya terbayang asap kenikmatan yang disuguhkan Angela, sudah dua bulan terakhir ini Adiaz dikenalkan dengan ‘surga dunia' ala Angela, wanita seksi yang berprofesi sebagai penari telanjang di sebuah klub malam.Sampai di tempat tujuan, Adiaz menghubungi Angela. Namun, berkali-kali panggilan Adiaz tak dijawab oleh Angela. Ia kemudian masuk ke klub yang sudah padat p
Read more
Wanita Murahan itu Unjuk Gigi
Kediaman Mentari tampak sepi, tak ada apa pun yang menandakan ada kehidupan di dalam. Adalah Rani yang merupakan teman baik Mentari. Gadis berambut lurus yang dibiarkannya tergerai itu berdiri di depan pintu, setelah berkali-kali mengetuk pintu, tetapi tak kunjung ada jawaban, gadis itu berinisiatif untuk melakukan panggilan telepon. Rencananya, hari ini dia akan mengajak sahabatnya itu untuk pergi rekreasi. Kemarin, Mentari curhat padanya, mengenai perubahan sikap Adiaz yang sangat drastis sekali.Kemarin. “Ran, kamu sibuk gak? Ada banyak yang ingin aku ceritakan ....” Mentari bertanya melalui sambungan telepon. Rani tertawa, “Sibuk apanya? Aku biasa aja, kok, ada apa, Tari? Tumben sekali pake ada kata curhat segala. Atau, kamu mau aku ke rumahmu sekarang?”“Gak usahlah, nanti kamu cape. Ran ... aku bingung. Sikap Adiaz ke aku berubah drastis––" Mentari mulai menangis. “Dia jadi kasar sama aku. Kami jadi sering bertengkar. Aku pernah nemuin lipstik di dalam mobilnya. Selain
Read more
Amarah Mentari
Amarah MentariAngela membanting vas bunga yang ada di kamar. Pecahannya sampai mengenai tangannya sendiri. Ia meringis kesakitan, dadanya terasa panas karena kalah oleh Mentari. Memang benar, bahwa Angela hanyalah wanita tidak tahu malu, yang suka merebut pria orang lain. Namun, gadis itu baru pertama kali ini, merasakan gejolak emosi yang sangat dahsyat. Biasanya, Angela dengan santai meladeni istri-istri pria yang dia goda. Itu karena mereka semua menangis saat berhadapan dengan Angela, berbeda dengan Mentari yang tegas dan lantang. Suara lemparan vas tadi, membuat Adiaz terbangun. Ia kaget dengan tangan kanan Angela yang terluka. Dengan cepat Adiaz pergi keluar kamar untuk mencari obat. Setelah tangan Angela diobati, Adiaz dan Angela duduk di sofa, “Kamu kenapa bisa luka seperti ini, sih? Kamu sengaja banting vas bunga itu, ‘kan?" tanya Adiaz. Angela enggan menjawab, tetapi tiba-tiba dia mendapat ide. Dia akan mengadukan semua perlakuan Mentari padany
Read more
Drama Sang Pelakor
Drama Sang PelakorMelihat Adiaz yang mendekat ke arah Mentari, Angela segera berlari keluar. Dia menahan semua rasa malu, hal itu bukankah yang pertama kali ia alami. Sudah banyak kejadian serupa sebelumnya. Itu bukan apa-apa bagi Angela, tetapi kali ini perkataan Mentari begitu menusuk hatinya.Langkah Adiaz terhenti. Dia lebih memilih untuk mengejar Angela yang keluar dari ruangan. Adiaz menarik tangan perempuan itu. Memintanya untuk bersabar sementara menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin. “Kamu tenang dulu. Jangan marah-marah, Sayang." Angela melepaskan tangan Adiaz. “Tenang kamu bilang? Setelah semua hinaan yang dia kasih ke aku? Kamu mikir gak, sih?" Dia mulai menangis, memperlihatkan wajah penuh emosional. “Kamu juga, kenapa pergi ke rumah sakit? Kamu khawatir sama dia? Kamu sebenarnya niat pisah enggak, sih, sama cewek sialan itu? Mana janji-janji Kamu sama aku Adiaz!?" Angela berteriak sangat kencang. Hal itu menjadikan mereka tontonan orang-or
Read more
Luka Hati Mentari
Bab 8 Luka Hati MentariMentari termenung setelah kepergian Adiaz dan Angela. Hatinya terasa kosong. Pikirannya kalut. Seandainya, dia tidak tutup mata sejak awal, mungkin semua masalah ini tidak akan terjadi. Mentari terlalu mencintai Adiaz, walaupun dia tahu kesalahan Adiaz, wanita itu masih tetap bertahan, seakan tidak terjadi apa pun, seakan tidak ada yang salah. Hal itu menyebabkan banyak luka di hati Mentari. Rani menghampirinya, “Kamu baik-baik aja, ‘kan? Mau makan lagi?" tanya Rani khawatir. Diam. Sama sekali tidak ada jawaban. Mentari masih melamun, menatap kosong ke depan. Semuanya seakan hanya mimpi buruk. Ia berharap bisa tidur panjang, lalu bangun ketika semuanya sudah baik-baik saja. Rani mendekap erat tubuh Mentari. Merasakan bajunya basah karena air mata gadis itu. “Sudah ... gak apa-apa. Kamu mau disakiti terus sama laki-laki bejat seperti itu? Sudah, jangan dipikirkan. Dia gak pantas buat kamu. Percaya sama aku, Mentari, Tuhan jauhkan kal
Read more
Trauma Masalalu Rani
Di tempat lain, Angela sedang sibuk berbelanja. Dia berniat untuk menghabiskan semua uang dari Adiaz. Membeli banyak pakaian branded. Dia juga pergi ke salon untuk perawatan. Wanita itu benar-benar tidak peduli dengan keadaan Mentari yang semakin memburuk. “Bodo amat sama perempuan bodoh itu. Yang penting aku bisa beli barang-barang mahal. Hahaha. Sekarang aku punya bank pribadi." Angela berbicara sendiri. Kedua tangannya penuh dengan kantong belanjaan, perempuan itu tertawa senang, “Cukup untuk hari ini. Besok, kita shopping lagi. Tenang Angela ... sekarang kamu memiliki pohon uang yang akan selamanya menjadi milikmu, hahaha ....” Angela berbicara sendiri seraya melangkahkan kakinya keluar dari mal. Tiba-tiba, seseorang menghampirinya. Orang itu menatap Angela dengan tajam. Lalu ia menyeretnya ke belakang mal.“Sini, lu!" Rani menarik dengan kasar tangan Angela. Belanjaan Angela jatuh berserakan, kakinya tersandung.Angela meringis kesakitan. Dia ingin melepaskan cengkeraman ta
Read more
Mentari Kenapa?
Jadi, lu … anak itu?" Rani tertawa sarkas. “Iya, gue anak itu. Lu gak puas apa, udah ngebunuh orang, bikin orang menderita. Punya otak gak, sih? Kenapa sampai segitunya cari uang? Kamu gak menyesal atas perbuatan kamu? Kenapa masih melakukan hal yang sama berulang kali? Mau berapa anak yang lu hancurkan hidupnya, mau berapa anak yang lu buat mereka kehilangan sosok ayah, pemberi nafkah, demi memberikan kesenangan ke orang gak tau diri seperti kamu?" Rani benar-benar sudah gelap mata. Dia mengambil sebuah batu yang besarnya satu kepalan tangan. Lalu menghantam kepala Angela dengan kuat. Darah mengucur deras. Angela meringis kesakitan. Dia berteriak minta tolong, tetapi percuma, tidak ada orang di sana. Dia mulai kehilangan kesadaran, dan mendengar sedikit apa yang diucapkan oleh Rani. ”Gue gak yakin kehidupan lu bakal baik-baik aja setelah ini. Lihat aja! Gue dan Mentari bakal buat kehidupan lu gak tenang. Elu memang berhasil dan merasa menang sekarang, tapi itu gak akan tahan
Read more
DMCA.com Protection Status