Home / Fantasi / Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia / 4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

Share

4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

Author: J.A
last update Last Updated: 2025-10-17 20:00:57

Bhumi terpaku. Matanya menatap pria berkacamata bulat besar yang berdiri di hadapannya. Informasi yang diberikan oleh mata rubahnya membuat Bhumi menelan ludah dengan susah payah.

[Nama: Widodo.

Pekerjaan: Kolektor.

Umur: 55 Tahun.

Status: Penipu, mantan narapidana.]

'Oh... tukang kibul ternyata,' batin pria itu sambil menggeleng pelan. Widodo, pria berperut buncit dengan cincin batu akik berwarna merah tua melingkar di jempolnya, perlahan melangkah semakin dekat. Ia tersenyum dan sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot.

"Bagaimana, anak muda?" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di tengah hiruk pikuk pasar. "Kau lepaskan barang itu padaku. Seratus juta… sekarang juga."

Suasana pasar seketika pecah oleh bisik-bisik terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Widodo tersenyum bangga meskipun Bhumi sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. Beberapa pedagang yang tadi mencibir Bhumi kini mulai berbisik-bisik, mata mereka menyorot penuh minat ke arah mangkuk kecil yang ada di genggaman tangan Bhumi saat ini.

"Seratus juta? Serius dia?"

"Bagaimana bisa mangkuk kecil itu sampai ratusan juta?!"

Penjual yang sebelumnya menertawakan Bhumi kini wajahnya terlihat pucat pasi dan salah tingkah. Ia melangkah maju dengan panik, tangan terangkat tinggi. "Hei! Aku berubah pikiran! Jual lagi mangkuk itu padaku! Seratus sepuluh juta, bagaimana?!" teriaknya, berusaha menutupi rasa malunya dengan nada tinggi.

Kerumunan makin gaduh. Beberapa kolektor ikut menatap penuh dengan rasa penasaran ke arah mangkuk itu. Warna hitam pekatnya tampak berbeda di bawah cahaya pagi, dan di sisi luar terukir rapat pola bunga tulip yang samar berkilau seperti tinta emas.

Bhumi memutar bola matanya malas, lalu tersenyum datar. "Maaf," katanya pelan tapi tegas. "Aku tidak menjualnya."

Si kolektor gempal itu membelalak. "Tunggu! Seratus lima puluh juta! Aku naikkan lagi!" katanya cepat, keringat menetes di kedua pelipis.

Orang-orang kembali ternganga. Beberapa bahkan sampai menutup mulut tak percaya. Tapi Bhumi hanya menatapnya dengan tatapan datar, "Cih… kau pikir aku bodoh? Harga itu bahkan belum setengah nilai aslinya," batinnya, sinis.

Ia menghembuskan napas pelan lalu melangkah. "Sudah kubilang, aku tidak menjualnya."

Sambil berkata begitu, ia mulai berjalan menembus kerumunan, mendorong beberapa orang yang menghalangi dengan bahunya.

Namun belum juga ia berjalan jauh, terdengar teriakan seorang wanita terdengar jelas dari arah belakang.

"Tiga ratus sepuluh juta… harga dariku!!"

Semua orang menoleh serempak. Suara pasar yang tadi riuh mendadak hening seketika. Hanya suara angin yang meniup kain tenda lapak terdengar.

Bhumi berhenti. Bahunya kaku. Ia perlahan menoleh, matanya menatap ke arah sumber suara itu. Jantungnya berdegup kencang, dengan mata yang menatap tajam.

[Nama : Citra Ayunita.

Pekerjaan : Kolektor terkenal.

Umur : 30 tahun.

Status : Single, ukuran 38B)

Glek!

Bhumi menelan ludahnya. 'luar biasa...!' batinnya.

Dari celah kerumunan, seorang wanita muncul. Langkahnya begitu anggun, sepatu haknya beradu dengan lantai pasar yang basah. Rambut hitamnya disanggul rapi, dengan kacamata hitam bertengger di ujung hidungnya. Di belakangnya, dua pria berbadan besar berpakaian hitam mengikuti dengan ekspresi datar. Mereka tampak seperti pengawal pribadi, menenteng dua koper besar.

"Itu… Nyonya Citra! Kolektor besar dari Jakarta Selatan!"

"Gila, dia sampai datang ke pasar ini?"

"Kalau dia sudah turun tangan, berarti barang itu benar-benar istimewa!!"

Bhumi menatapnya lekat-lekat. Wanita itu menurunkan kacamatanya sedikit, memperlihatkan mata tajam berwarna cokelat terang. Bibirnya tersenyum tipis.

"Bagaimana, kau setuju?" katanya dengan nada tenang namun terdengar tak sabaran. "Tiga ratus sepuluh juta. Aku ingin mangkuk itu."

Bhumi masih terpaku. Sosok wanita di hadapannya, Citra Ayunita ratu kolektor barang antik.. terlihat jauh lebih memukau daripada yang sering ia lihat di televisi. Penampilannya anggun, seksi. Dan... Bagian tubuh yang 'Menonjol' membuat pria itu tak bisa mengalihkan pandangan.

"Ti-tiga ratus juta?" tanya Bhumi gugup.

Citra melangkah perlahan semakin mendekat. Suara langkah hak tingginya terdengar jelas di antara keheningan pasar yang kini hanya diisi oleh napas orang-orang yang menahan rasa penasaran. Aroma parfum mewahnya menyentuh hidung Bhumi, membuat pria itu tanpa sadar menegakkan tubuh, dengan tangan yang menggenggam mangkuk itu lebih erat.

Wanita itu berhenti hanya sejengkal darinya. Dengan senyum menggoda, ujung jarinya menyusuri dada Bhumi pelan, gerakannya lambat menyusuri otot dada bidang pria itu. Tubuh mereka hampir bersentuhan.

Cita berkata lirih setengah berbisik tepat di depan telinga Bhumi,

"Aku yakin, kau pasti tahu berapa harga pasarannya, bukan? Aku rasa tawaranku tidak buruk… bagaimana, hm?"

Beberapa pria di sekitar mereka mengepalkan tangan dengan wajah merah padam, menahan rasa iri yang membuncah. Sorot mata mereka seperti ingin menelan Bhumi hidup-hidup.

Bhumi mundur satu langkah dengan gugup, tapi matanya justru masih terpaku pada dada Citra yang membusung sempurna di balik kemeja putih yang dua kancing bagian atas tak terpasang dengan sempurna. "B-baik! Aku setuju!" ucapnya cepat, lalu memejamkan mata dan menggeleng keras untuk menenangkan diri. 'Buah dadanya besar sekali???' batinnya dengan menarik nafas panjang.

Citra tersenyum geli, matanya menyipit dengan ekspresi puas. "Pintar," katanya manja. "Kau mau cash atau transfer?"

Bhumi menelan ludah, lalu dengan tangan gemetar mengulurkan ponselnya. "T-transfer saja…"

Citra dengan gaya anggun dan sedikit menggoda menyelipkan jarinya ke dada bagian kiri, mengambil selembar kartu rekening dari balik payudaranya, "Ah, aku lupa… ponselku tertinggal di mobil," katanya ringan. Ia menoleh pada salah satu pengawalnya. "Sandi, ambilkan uangnya."

Pria berkacamata di belakang Citra segera membuka koper hitam besar dan menyerahkan setumpuk uang tunai berwarna merah.

"Di sini ada tiga ratus juta, sesuai nominal. Sepuluh juta tunai, sisanya sudah kutulis sandinya di belakang kartu ini. Ambillah." ucap Citra dengan mengulurkan kartu rekening dan satu tumpuk uang itu.

Bhumi menerimanya dengan kedua tangan, nyaris tak percaya. Tangannya bergetar saat memasukkan tumpukan uang dan kartu rekening ke dalam saku dalam jaket hitam yang ia kenakan. "T-terima kasih, Nona Citra…"

Citra mendekat sedikit, lalu menata ke dua bola mata Bhumi lekat-lekat, "Nomorku sudah ku tulis di balik kartu. Kalau kau punya barang istimewa yang lain," ia berhenti, lalu menarik ujung bibirnya, “…hubungi aku, ya?"

Bhumi, yang wajahnya terasa panas dan merah padam, membungkuk cepat sambil mengangguk berkali-kali. "Baik, tentu saja! Saya permisi dulu, terima kasih!" katanya gugup sebelum berbalik dan melangkah cepat menjauh dari kerumunan.

Di saat ia sudah jauh dari area pasar, Bhumi baru bisa bernafas lega. Ia menepuk jaketnya dari luar, "Tiga ratus juta..sudah di tangan, aku harus bisa memutar uang ini menjadi lebih banyak lagi," gumamnya.

Pria itu kembali melanjutkan langkah, saat tiba-tiba ponselnya berdering nyaring, satu panggilan masuk.

"Hei, Bhumi! Kau datang acara malam ini??!" suara itu langsung terdengar nyaring di telinga.

Bhumi seketika menegang dengan dada yang naik turun dengan cepat, genggaman tangan di ponselnya semakin erat. "acara malam ini?? Tentu saja aku harus datang..." jawabnya tanpa ragu.

"Kau yakin, bagaimana jika kau bertemu dengan mereka???"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   8. Benda Keras apa ini??

    "Ke-kenapa punyanya besar sekali?" Beberapa kali Dahayu mengerjapkan mata. Ia melihat dengan jelas "Pasar Darat" ( pajang besar dan berurat) yang sedang di pijat dengan cukup kasar oleh pria itu sendiri. Dahayu duduk di sisi ranjang, kedua lututnya dirapatkan, tangan menggenggam ujung seprai yang berkerut. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Apa yang baru saja terjadi? Ada pria asing di kamarnya. Dan kini... pria itu sedang menggunakan kamar mandinya seolah ia pemilik tempat ini. Wanita itu kembali menelan ludah. Dan berpikir, kenapa dia bisa datang kesini? Dan... siapa yang sudah memberinya obat? "Apa mungkin ini semua sudah di atur oleh...???" ia lalu menggeleng cepat. "Tidak mungkin," ucapnya lagi mengusir apa yang di dalam pikirannya. Dahayu lalu meraih ponsel di meja nakas, jarinya gemetar saat ingin menekan angka darurat. Namun seketika jarinya berhenti di udara. 'Kalau dia memang pria jahat, bukankah dari tadi dia sudah menyerangku

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   7. Dahayu - Janda Cantik!

    Bhumi menoleh, kaget. Seorang wanita cantik berdiri di sana, dengan rambutnya yang basah menempel di bahu. Sehelai handuk putih melilit tubuhnya erat-erat.[Nama: Dahayu NishaUmur: 35 TahunStatus: Desainer, JandaUkuran: 38 D]'Ya Tuhan .... Kenapa harus bertemu yang besar-besar di saat seperti ini?' pria itu menggerutu dalam hati.Wanita itu masih berdiri di sana dengan menyipitkan mata melihat Bhumi yang tampak salah tingkah. Dengan tangan yang putih mulus mencengkeram erat ujung handuk di dada."Ma-maaf aku, aku salah kamar," Bhumi berkata dengan tubuh yang sempoyongan hampir roboh."Pria mesum! Keluar sekarang juga!"Bhumi mendekat selangkah, tangannya terangkat setengah seperti hendak menenangkannya. Jangan sampai komplotan Reno tahu jika ia sedang bersembunyi di kamar itu, "Tunggu, aku bisa jelaskan—""Jangan mendekat!" teriak wanita itu lagi, suaranya melengking tinggi sedikit gemetar. Kedua tangannya yang mendadak terjulur ke depan, "Berhenti di sana, atau aku akan telepon p

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   6. Salah Masuk Kamar.

    Ke dua matanya, yang tadi masih menyisir kerumunan, kini terpaku pada seseorang yang sudah berdiri di hadapan mereka berdua, "Kak? Kau ada di sini?" sapa pria itu, tatapannya hangat ketika menatap Selina.'Dunia memang sempit sekali ya? Ternyata Reno, adik sepupu Selina... Haah!' gerutu Bhumi dalam hati, ia mencoba tetap tenang ketika melihat Reno, dan Alya. Mantan kekasih dan selingkuhannya itu.Alya, dengan mata yang tajam, menyenggol lengan Reno dan menunjuk Bhumi dengan lirikan mata, sinis. Reno yang menyadari keberadaan Bhumi segera melepaskan tangan Alya dan mendekat satu langkah lagi, wajahnya menyeringai sinis. "Ck...ck...ck... Berani juga kau datang ke acara reuni ini ya?" ujarnya, mengusap dagu dengan pelan."Kalian saling kenal?" tanya Selina, melihat adik keponakannya itu menyapa Bhumi. Ia lalu menatap Reno dan Bhumi bergantian, bingung. "Yah... kami satu angkatan," jawab Bhumi singkat. Tangannya masuk ke dalam saku celana, ekspresi cukup santai."Kak, kau tak tahu? Dia i

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   5. Dunia Begitu Sempit!

    Malam itu, dengan jantung berdebar, Bhumi sudah tiba di alamat yang tertera di grup teman sekolah.Pria itu masuk dengan menunduk merapikan kemeja yang baru saja ia beli setengah jam yang lalu. Membuatnya tak sangaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari lift.“Eh, maaf—”Ia segera mendongak dan matanya membulat sempurna. “Selina?” bisik Bhumi tak percaya.Wanita itu, anggun dalam balutan gaun krem yang elegan, menatapnya dengan ekspresi kaget yang sama sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang manis.“Bhumi? Astaga, kau ngapain di sini?” “Reuni kampus,” jawab Bhumi santai, “Kau sendiri?”Selina terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ada janji pertemuan. Seseorang ingin menjual barang koleksi antik dan aku tertarik untuk menjadikannya sebagai hadiah ulang tahun kakekku.”Ucapan itu baru saja meluncur dari bibirnya yang merah saat Bhumi merasakan sensasi aneh yang familiar di dada. Getaran halus dari kalung giok naga di lehernya membuat pria itu seketi

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

    Bhumi terpaku. Matanya menatap pria berkacamata bulat besar yang berdiri di hadapannya. Informasi yang diberikan oleh mata rubahnya membuat Bhumi menelan ludah dengan susah payah.[Nama: Widodo.Pekerjaan: Kolektor.Umur: 55 Tahun.Status: Penipu, mantan narapidana.]'Oh... tukang kibul ternyata,' batin pria itu sambil menggeleng pelan. Widodo, pria berperut buncit dengan cincin batu akik berwarna merah tua melingkar di jempolnya, perlahan melangkah semakin dekat. Ia tersenyum dan sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot."Bagaimana, anak muda?" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di tengah hiruk pikuk pasar. "Kau lepaskan barang itu padaku. Seratus juta… sekarang juga."Suasana pasar seketika pecah oleh bisik-bisik terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Widodo tersenyum bangga meskipun Bhumi sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. Beberapa pedagang yang tadi mencibir Bhumi kini mulai berbisik-bisik, mata mereka menyorot penuh minat ke arah mangkuk kecil

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   3. Barang Antik Seratus Juta???

    “Janu! Ranjanu, apa yang terjadi?!”Suara Bhumi memecah keheningan malam itu. Tubuh pria di hadapannya melenguh beberapa kali, ''Tolong, ah.. sakit.'' ucap pria bernama Ranjanu itu dengan mencoba mengangkat tangannya.Bhumi segera membantu sahabatnya itu untuk berdiri dengan menopangnya dari sisi kanan. Terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya, mengenai baju yang sudah lusuh dan robek di beberapa bagian.“Untung saja aku bertemu denganmu, kalau tidak... mungkin aku sudah mati di sini,” gumam Janu pelan sambil meludah, darah segar kembali keluar dari mulutnya.Bhumi menahan napas, lalu tanpa pikir panjang memapah sahabatnya itu. “Diam, jangan bicara macam-macam!” teriaknya dengan nada marah, namun tak bisa menutupi rasa cemas dan juga khawatir.Tubuh Janu terasa berat di pundaknya. Mereka berjalan terseok, melewati gang sempit yang remang diterangi lampu jalan. Suara anjing menggonggong di kejauhan bercampur dengan derit sandal Bhumi yang basah. Udara malam lembab menusuk hidung, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status