Share

5. Dunia Begitu Sempit!

Penulis: J.A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-17 20:24:39

Malam itu, dengan jantung berdebar, Bhumi sudah tiba di alamat yang tertera di grup teman sekolah.

Pria itu masuk dengan menunduk merapikan kemeja yang baru saja ia beli setengah jam yang lalu. Membuatnya tak sangaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari lift.

“Eh, maaf—”

Ia segera mendongak dan matanya membulat sempurna. “Selina?” bisik Bhumi tak percaya.

Wanita itu, anggun dalam balutan gaun krem yang elegan, menatapnya dengan ekspresi kaget yang sama sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang manis.

“Bhumi? Astaga, kau ngapain di sini?”

“Reuni kampus,” jawab Bhumi santai, “Kau sendiri?”

Selina terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ada janji pertemuan. Seseorang ingin menjual barang koleksi antik dan aku tertarik untuk menjadikannya sebagai hadiah ulang tahun kakekku.”

Ucapan itu baru saja meluncur dari bibirnya yang merah saat Bhumi merasakan sensasi aneh yang familiar di dada. Getaran halus dari kalung giok naga di lehernya membuat pria itu seketika menegang. Sekejap kemudian, layar hologram kecil berwarna biru muncul tepat di atas kepala Selina, memberikan informasi penting.

[Misi baru terdeteksi!

Tugas: Selina akan tertipu uang 1 milyar oleh seorang.

Bantu dia mengatasi masalah ini dan selamatkan uangnya.

Hadiah: uang 50 juta.]

Bhumi menelan ludah, lalu melipat ke dua bibirnya kedalam untuk menenangkan dirinya sendiri, 'Mengungkap penipu? Ha! Misi yang mudah,' pikirnya, senyum kecil tersungging di bibir, 'Dengan mata rubahku ini semua itu tak jadi masalah!"

“Ah, itu…” Bhumi memberanikan diri, mendekat selangkah. “Boleh aku ikut? Aku juga tertarik dengan barang antik, siapa tahu bisa memberikan pendapat.”

Selina menyipitkan mata, menatapnya dengan tatapan menyelidik yang membuat jantung Bhumi berdebar tak karuan. Namun, setelah berpikir sejenak, ia mengangguk setuju. “Baiklah, asal jangan ganggu urusanku ya,” ucapnya, dengan nada menggoda.

Mereka pun berjalan berdampingan menuju salah satu ruangan di lantai dasar hotel yang mewah itu. Pintu kayu tebal berukir indah terbuka dengan suara berderit pelan, memperlihatkan suasana ruangan semi formal yang hangat dengan meja kaca besar di tengahnya. Di balik meja itu, berdiri seorang pria gempal dengan sebuah senyum palsu, dan Bhumi langsung mengenali siapa orang itu.

“Widodo… penipu ini lagi?” batin Bhumi, menahan tawa kecut yang nyaris lolos dari bibirnya.

“Silakan duduk, Nona Selina,” sapa Widodo ramah, suaranya dibuat semanis mungkin. Lalu, matanya melirik Bhumi dengan tatapan sinis. Senyumnya mendadak kaku dan menghilang. “Kau!!?” ia menunjuk Bhumi dengan ekspresi tak suka .

Selina menatap mereka bergantian dengan ekspresi bingung. “Kalian sudah saling kenal?” tanyanya pelan, alisnya sedikit terangkat.

“Ya!” jawab Widodo cepat, berusaha mengendalikan emosi.

“Tidak,” sahut Bhumi acuh.

Selina berkedip bingung, "Ha? Bagaimana??"

Bhumi tersenyum paksa, berusaha mencairkan suasana yang mendadak tegang. “Maksudku, aku hanya tahu namanya. Kami tidak akrab sama sekali,” jelas pria itu menunjuk dadanya sendiri lalu menunjuk Widodo.

Wanita itu mengangguk pelan dengan senyum tipis, tak ingin memperpanjang masalah. “Baiklah. Pak Widodo, bagaimana dengan barangnya? Sudah Anda bawa?”

Senyum lebar kembali menghiasi wajah pria itu, seolah tak terjadi apa-apa. Ia mengeluarkan kotak kayu kecil berukir halus dari tasnya dengan gerakan perlahan. Lalu dengan gerakan dramatis, ia membuka penutupnya dan memperlihatkan sebuah gelang hijau berkilau yang tampak mewah.

“Lihatlah... gelang giok langka dari abad ke-19. Nilainya bisa lebih dari satu milyar, Nona. Indah sekali bukan?"

Mendengar itu, Bhumi langsung menyipitkan mata, meneliti gelang itu dengan mata rubah yang ia miliki. Di balik pupil matanya data transparan muncul secara otomatis.

[Gelang Replika Kelas 2.

Harga pasar: Rp200.000

Bahan: Giok sintetis kualitas rendah.]

Bhumi hampir tertawa keras, tapi langsung ia tahan, 'Satu milyar untuk barang pinggir jalan? Dasar penipu kelas kakap, 'pikirnya geram.

“Selina,” panggil Bhumi sedikit berbisik, ia menatap wanita itu dengan tatapan serius. “Kau yakin ingin membelikan kakekmu barang murah seharga dua ratus ribu itu?”

“Hah?!” Selina menoleh cepat, matanya melebar, terkejut.

Begitu juga dengan Widodo yang langsung berdiri dari kursinya dengan rahang mengeras. Wajahnya merah padam sampai ke telinga, “Hei, tutup mulutmu?! Ini barang asli, jangan asal bicara!” bentaknya, jarinya menunjuk-nunjuk ke arah Bhumi.

Bhumi yang sedari tadi diam, dengan wajah datar tiba-tiba mengambil gelang itu dari kotak yang ada di atas meja. Tanpa ragu, ia langsung melemparkannya ke lantai dengan keras.

prakk!

Gelang itu langsung pecah berhamburan di lantai. Widodo dan Selina sontak ternganga tak percaya, dengan mulut mereka yang terbuka lebar.

“Hei! Gila kau?! Apa yang kau lakukan, hah?!” Widodo kembali berteriak dengan menggebrak meja.

Namun Bhumi tetap tenang, tak sedikit pun merespon penipu itu. Ia lalu menunduk, memungut pecahan gelang satu per satu, lalu memperlihatkannya pada Selina dengan tatapan serius.

“Lihat baik-baik. Tidak ada serat alami di dalam batu ini seperti giok asli. Ini sintetis. Harganya tidak lebih dari dua ratus ribu,” jelasnya, tanpa ragu dengan melirik Widodo yang kini sudah pucat pasi.

Selina menatap pecahan gelang di tangannya, mengamatinya dari dekat dengan cermat. Ia bisa melihat permukaannya halus seperti mutiara buatan, bukan batu alam yang memiliki tekstur khas.

“Pak Widodo! Apa maksudnya ini?!” serunya dengan nada marah sambil melemparkan pecahan gelang itu ke arah pria gempal yang kini terlihat sangat panik.

Di saat Selina dan Widodo masih berdebat dengan sengit, Bhumi justru menatap layar hologram biru yang muncul di atas meja dengan senyum puas.

[Selamat, Bos. Misi selesai!

Hadiah uang 50 juta sudah ditransfer ke rekening Anda.]

Bhumi tersenyum kecil. “Misi mudah, hadiah besar,” gumamnya puas. Namun begitu ia menoleh lagi, Widodo sudah kabur keluar ruangan dengan sumpah serapah meluncur deras dari mulutnya.

“Hei, kau biarkan saja dia lari begitu?” tanya Bhumi, menatap Selina dengan heran.

Selina duduk lemas di kursi, memijat keningnya yang berdenyut pening. “Sudahlah, yang penting aku tak tertipu olehnya. Dan… terima kasih, Bhumi. Kau menolongku lagi,” ucapnya tulus.

Bhumi mengangguk, tersenyum hangat. “Tak masalah. Kau ingin tetap di sini, atau.... ?” Ia menunjuk ke arah pintu keluar, menawarkan pilihan.

Selina berdiri perlahan. “Ah, ya. Aku lupa, kau sendiri juga ada acara reuni. Sebaiknya aku juga pergi sekarang. Aku harus segera mencari hadiah baru untuk kakek,” ucapnya lesu.

“Kapan ulang tahunnya?” tanya pria itu tiba-tiba dengan antusias.

“Dua hari lagi,” jawab Selina.

Bhumi berpikir sejenak. “Bagaimana kalau aku bantu carikan hadiah itu? Besok aku kabari lagi,” tawar Bhumi.

“Boleh! Terima kasih,” jawab wanita itu cepat, matanya langsung berbinar penuh harap.

Mereka lalu keluar dari ruangan bersama, berjalan berdampingan. Baru beberapa langkah dari pintu, Selina tiba-tiba menepuk lengan Bhumi, membuat pria itu menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya.

“Hei, itu sepupuku!” kata Selina dengan menunjuk ke arah pintu masuk.

Bhumi menoleh, mengikuti arah jarinya. Namun begitu melihat siapa yang dimaksud, kedua matanya langsung membulat sempurna dengan alis yang menukik tajam hampir menyatu.

Pria itu mengalihkan pandangannya lagi ke arah Selina dengan menarik bahu wanita itu membuat mereka saling berhadapan satu sama lain.

“D-di- dia… dia sepupumu?!” ucapnya lagi tak percaya, "Dia? Sungguh...?"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   8. Benda Keras apa ini??

    "Ke-kenapa punyanya besar sekali?" Beberapa kali Dahayu mengerjapkan mata. Ia melihat dengan jelas "Pasar Darat" ( pajang besar dan berurat) yang sedang di pijat dengan cukup kasar oleh pria itu sendiri. Dahayu duduk di sisi ranjang, kedua lututnya dirapatkan, tangan menggenggam ujung seprai yang berkerut. Matanya menatap kosong ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Apa yang baru saja terjadi? Ada pria asing di kamarnya. Dan kini... pria itu sedang menggunakan kamar mandinya seolah ia pemilik tempat ini. Wanita itu kembali menelan ludah. Dan berpikir, kenapa dia bisa datang kesini? Dan... siapa yang sudah memberinya obat? "Apa mungkin ini semua sudah di atur oleh...???" ia lalu menggeleng cepat. "Tidak mungkin," ucapnya lagi mengusir apa yang di dalam pikirannya. Dahayu lalu meraih ponsel di meja nakas, jarinya gemetar saat ingin menekan angka darurat. Namun seketika jarinya berhenti di udara. 'Kalau dia memang pria jahat, bukankah dari tadi dia sudah menyerangku

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   7. Dahayu - Janda Cantik!

    Bhumi menoleh, kaget. Seorang wanita cantik berdiri di sana, dengan rambutnya yang basah menempel di bahu. Sehelai handuk putih melilit tubuhnya erat-erat.[Nama: Dahayu NishaUmur: 35 TahunStatus: Desainer, JandaUkuran: 38 D]'Ya Tuhan .... Kenapa harus bertemu yang besar-besar di saat seperti ini?' pria itu menggerutu dalam hati.Wanita itu masih berdiri di sana dengan menyipitkan mata melihat Bhumi yang tampak salah tingkah. Dengan tangan yang putih mulus mencengkeram erat ujung handuk di dada."Ma-maaf aku, aku salah kamar," Bhumi berkata dengan tubuh yang sempoyongan hampir roboh."Pria mesum! Keluar sekarang juga!"Bhumi mendekat selangkah, tangannya terangkat setengah seperti hendak menenangkannya. Jangan sampai komplotan Reno tahu jika ia sedang bersembunyi di kamar itu, "Tunggu, aku bisa jelaskan—""Jangan mendekat!" teriak wanita itu lagi, suaranya melengking tinggi sedikit gemetar. Kedua tangannya yang mendadak terjulur ke depan, "Berhenti di sana, atau aku akan telepon p

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   6. Salah Masuk Kamar.

    Ke dua matanya, yang tadi masih menyisir kerumunan, kini terpaku pada seseorang yang sudah berdiri di hadapan mereka berdua, "Kak? Kau ada di sini?" sapa pria itu, tatapannya hangat ketika menatap Selina.'Dunia memang sempit sekali ya? Ternyata Reno, adik sepupu Selina... Haah!' gerutu Bhumi dalam hati, ia mencoba tetap tenang ketika melihat Reno, dan Alya. Mantan kekasih dan selingkuhannya itu.Alya, dengan mata yang tajam, menyenggol lengan Reno dan menunjuk Bhumi dengan lirikan mata, sinis. Reno yang menyadari keberadaan Bhumi segera melepaskan tangan Alya dan mendekat satu langkah lagi, wajahnya menyeringai sinis. "Ck...ck...ck... Berani juga kau datang ke acara reuni ini ya?" ujarnya, mengusap dagu dengan pelan."Kalian saling kenal?" tanya Selina, melihat adik keponakannya itu menyapa Bhumi. Ia lalu menatap Reno dan Bhumi bergantian, bingung. "Yah... kami satu angkatan," jawab Bhumi singkat. Tangannya masuk ke dalam saku celana, ekspresi cukup santai."Kak, kau tak tahu? Dia i

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   5. Dunia Begitu Sempit!

    Malam itu, dengan jantung berdebar, Bhumi sudah tiba di alamat yang tertera di grup teman sekolah.Pria itu masuk dengan menunduk merapikan kemeja yang baru saja ia beli setengah jam yang lalu. Membuatnya tak sangaja menabrak seseorang yang baru saja keluar dari lift.“Eh, maaf—”Ia segera mendongak dan matanya membulat sempurna. “Selina?” bisik Bhumi tak percaya.Wanita itu, anggun dalam balutan gaun krem yang elegan, menatapnya dengan ekspresi kaget yang sama sebelum bibirnya melengkung membentuk senyum kecil yang manis.“Bhumi? Astaga, kau ngapain di sini?” “Reuni kampus,” jawab Bhumi santai, “Kau sendiri?”Selina terkekeh pelan, lalu menganggukan kepalanya. “Aku ada janji pertemuan. Seseorang ingin menjual barang koleksi antik dan aku tertarik untuk menjadikannya sebagai hadiah ulang tahun kakekku.”Ucapan itu baru saja meluncur dari bibirnya yang merah saat Bhumi merasakan sensasi aneh yang familiar di dada. Getaran halus dari kalung giok naga di lehernya membuat pria itu seketi

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   4. Wanita dengan Ukuran Dada 38B.

    Bhumi terpaku. Matanya menatap pria berkacamata bulat besar yang berdiri di hadapannya. Informasi yang diberikan oleh mata rubahnya membuat Bhumi menelan ludah dengan susah payah.[Nama: Widodo.Pekerjaan: Kolektor.Umur: 55 Tahun.Status: Penipu, mantan narapidana.]'Oh... tukang kibul ternyata,' batin pria itu sambil menggeleng pelan. Widodo, pria berperut buncit dengan cincin batu akik berwarna merah tua melingkar di jempolnya, perlahan melangkah semakin dekat. Ia tersenyum dan sesekali membenarkan kacamatanya yang melorot."Bagaimana, anak muda?" ucapnya pelan namun masih terdengar jelas di tengah hiruk pikuk pasar. "Kau lepaskan barang itu padaku. Seratus juta… sekarang juga."Suasana pasar seketika pecah oleh bisik-bisik terkejut dan tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Widodo tersenyum bangga meskipun Bhumi sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. Beberapa pedagang yang tadi mencibir Bhumi kini mulai berbisik-bisik, mata mereka menyorot penuh minat ke arah mangkuk kecil

  • Terlahir Kembali Menjadi Raja Uang di Dunia   3. Barang Antik Seratus Juta???

    “Janu! Ranjanu, apa yang terjadi?!”Suara Bhumi memecah keheningan malam itu. Tubuh pria di hadapannya melenguh beberapa kali, ''Tolong, ah.. sakit.'' ucap pria bernama Ranjanu itu dengan mencoba mengangkat tangannya.Bhumi segera membantu sahabatnya itu untuk berdiri dengan menopangnya dari sisi kanan. Terlihat darah mengalir dari sudut bibirnya, mengenai baju yang sudah lusuh dan robek di beberapa bagian.“Untung saja aku bertemu denganmu, kalau tidak... mungkin aku sudah mati di sini,” gumam Janu pelan sambil meludah, darah segar kembali keluar dari mulutnya.Bhumi menahan napas, lalu tanpa pikir panjang memapah sahabatnya itu. “Diam, jangan bicara macam-macam!” teriaknya dengan nada marah, namun tak bisa menutupi rasa cemas dan juga khawatir.Tubuh Janu terasa berat di pundaknya. Mereka berjalan terseok, melewati gang sempit yang remang diterangi lampu jalan. Suara anjing menggonggong di kejauhan bercampur dengan derit sandal Bhumi yang basah. Udara malam lembab menusuk hidung, b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status