Ketika menemukan orang itu, Yanuar hampir mengira dirinya salah lihat. Laki-laki itu memang agak mungil, tetapi tidak terlihat seperti seorang gadis.Uraga memberi tahu, "Kekuasaan di dalam Paviliun Mekar sangat rumit. Pangeran Yanuar sebaiknya jangan berlama-lama." Usai berkata demikian, dia langsung menggendong orang itu pergi.Saat Yanuar melihat dia berjalan ke arah pintu, dia menarik jubahnya lebih tinggi, seolah-olah tidak rela memperlihatkan sedikit pun tubuh orang yang digendong Uraga. Itu terlihat seperti rasa sayang yang sangat mendalam.Uraga tak kuasa tersenyum. Mana ada laki-laki yang benar-benar tulus dan jujur? Pada dasarnya, semua hanya soal selera yang tinggi. Jika bertemu dengan seseorang yang benar-benar luar biasa cantik, mana mungkin seorang laki-laki tidak bereaksi?Hanya saja, Arjuna memang pandai menjaga citranya di depan umum sehingga semua orang menganggapnya sebagai laki-laki yang sungguh bermoral.Pada saat ini, pakaian yang dikenakan Eliska sangat tipis. Ba
Bahkan jika Eliska tidak memahami laki-laki, dia juga tahu bahwa Uraga sedang kesal. Dia tersenyum kian lebar dan berkata, "Boleh saja kalau kamu mau. Tapi, karena kamu bekerja untuk Kediaman Raja Kawiswara, kamu nggak mungkin bersedia menyerahkanku. Hanya saja, aku rasa kamu nggak semata bekerja untuk Kediaman Raja Kawiswara."Eliska mengucapkan kalimat terakhir itu untuk menguji Uraga. Namun, kata-katanya juga merupakan sebuah penegasan."Ganti pakaianmu," ujar Uraga. Entah dari mana dia mendapatkan pakaian wanita.Sebelum Eliska mengatakan apa pun, Uraga sudah berbalik, tidak lagi menatapnya.Eliska juga tidak ragu-ragu. Lagi pula, ada penghalau pandangan dari tirai di tempat tidur. Dia segera mengganti pakaiannya dalam waktu singkat, lalu berkata, "Aku sudah selesai."Uraga tidak menyahut, hanya menyampirkan jubahnya ke bahu gadis itu. Ternyata dia berencana membawanya pergi.Tepat saat Eliska hendak bangun dari tempat tidur, tubuhnya sudah digendong. Pemuda itu menggendongnya deng
Eliska tidak pernah menyangka akan mendengar kata "rindu" dari bibir Uraga. Untuk sesaat, dia tidak tahu apa maksud pemuda itu."Memangnya kamu tahu arti merindukan seseorang?" tanya Eliska setelah berpikir sejenak.Uraga terpaku di tempatnya, kembali terdiam. Jawaban atas pertanyaan Eliska ini membuatnya sedikit tidak percaya. Setelah jeda lama, dia akhirnya berkata dengan datar, "Aku tahu."Uraga tidak menjawab pertanyaan itu secara langsung. Dia hanya menatap Eliska. Matanya yang dalam dan tak terselami itu samar-samar memancarkan emosi rumit. Entah apa yang sedang dipikirkannya.Eliska tidak bertanya lebih jauh. Rindu dan dendam tak berujung. Jika terus memikirkan seseorang, pasti karena ada sedikit rasa suka."Yang kamu rindukan itu aku atau uangku?" tanya Eliska sambil tersenyum, mencoba memutuskan suasana ambigu di antara mereka. Dalam hati, dia bertanya-tanya apa tujuan Uraga.Uraga menatap Eliska sejenak. Dia tidak merasa malu dituduh mata duitan dan justru menyahut dengan juj
Sentuhan tidak langsung itu anehnya terasa lebih tabu daripada ciuman sungguhan. Eliska hanya diam, sementara Arjuna terus bergerak.Tanpa sadar, tubuh mereka saling terjalin, seolah-olah benar-benar sedang bermesraan. Eliska bisa merasakan tubuh Arjuna yang tegang, seakan-akan dia ingin menelannya.Detik berikutnya, pintu dibuka dari luar.Begitu melihat dua orang yang tampak sedang bermesraan di dalam, gairah Yanuar langsung bangkit. Dia makin tidak sabar ingin menemukan Eliska.Tepat saat Yanuar hendak menyuruh anak buahnya untuk memeriksa identitas orang di depan, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Kemudian, senyum penuh arti tersungging di wajahnya."Tuan Uraga, apa itu kamu?" tanya Yanuar."Ya," jawab Arjuna, terdengar sedikit tidak senang karena diganggu. Dia sudah melepaskan Eliska meski napasnya masih terengah-engah. Tangannya terulur untuk membelai bibir gadis itu dengan lembut.Eliska yang sudah lemas hanya bisa bersandar di dada Arjuna, memejamkan mata sambil menetralkan napas
Uraga terlihat sangat tenang saat mencondongkan tubuhnya lebih dekat.Eliska menatap pola pada topengnya. Ular piton yang menakutkan itu merayap turun bawah, seolah-olah menyatu dengan kulit di bawah topengnya. Pemuda ini memancarkan aura berbahaya yang kentara.Saat pria dan wanita berjarak terlalu dekat, batas pertahanan satu sama lain mudah runtuh. Tangan Eliska terulur, menahan dada Uraga."Kita sesama lelaki, apa yang kamu takutkan?" ucap Uraga datar."Aku hanya nggak terbiasa," sahut Eliska dengan alis berkerut. "Apa kamu nggak menyukai laki-laki?"Uraga melirik bibir Eliska yang berisi dan lembap, lalu mendongak menatap matanya. Katanya, "Aku nggak suka."Ternyata dugaan Eliska tepat sasaran. Uraga menjerumuskan diri secara sukarela demi uang."Aku suka laki-laki. Kalau kamu nggak mau aku macam-macam padamu, sebaiknya kamu jangan menggodaku." Eliska mengulurkan tangannya ke tengkuk Uraga sambil melanjutkan, "Biarpun aku tertarik padamu, aku nggak suka memaksa."Uraga tidak berge
"Hari ini, nggak ada yang boleh meninggalkan Paviliun Mekar tanpa izin! Siapa pun yang melanggar akan diperlakukan sebagai buronan!"Ayuna mencengkeram tangan Eliska erat-erat. Jantungnya berdebar kencang saat dia bertanya, "Apa yang terjadi?""Jangan takut," bisik Eliska sambil membawa Ayuna kembali ke lantai atas.Eliska membuat perhitungan dengan cepat dalam benaknya. Jika dia mencari Madana sekarang, takutnya sang tabib akan terlibat, lalu rahasianya akan berisiko terungkap. Jadi, Eliska tidak boleh menemuinya.Kemudian, Eliska teringat telah meminta Kendhis menyampaikan pesan. Gadis itu pasti sudah memberi tahu Arjuna.Mengingat sifat Putra Bangsawan yang mudah curiga, dia pasti akan mengutus seseorang untuk mengawasinya. Arjuna dan Yanuar berada di pihak yang sama, jadi sang Pangeran pasti tidak akan mempersulit orang-orang Arjuna. Orang itu mungkin sedang mengawasi Eliska sekarang.Eliska mengetahui banyak informasi tentang Arjuna. Kalau dia ditangkap dan disiksa Yanuar, lalu me