Sosok pengawal bayangan ini tampak familier di mata Eliska. Kemudian, dia teringat bahwa Arjuna di kehidupan lampau juga mengutus orang yang sama untuk melindunginya. Paras pengawal bayangan ini cukup tampan.Melihat orang familier dari kehidupan lampau, Eliska mengangkat sudut bibir dan tersenyum padanya. Pengawal bayangan itu tetap memasang wajah datar.Kemudian, Eliska melihat Pradipta keluar dari salah satu kedai.Pradipta tertegun sejenak saat melihat Eliska. Sejurus kemudian, dia mengangguk sopan."Kudengar pertunangan Nona Eliska dengan Putra Bangsawan sudah diresmikan," kata pemuda itu.Eliska mengangguk."Baguslah. Nona Eliska nggak akan menderita bersamanya," kata Pradipta. Nada bicaranya tenang dan ringan, tetapi terdengar sedikit sendu.Beberapa hari kemudian, utusan dari Kediaman Raja Kawiswara datang untuk menetapkan tanggal pernikahan. Baik Gayatri maupun Dwiana merasa itu terlalu cepat.Talita berucap dengan wajah berseri-seri, "Ini hari terbaik tahun ini. Memang sediki
Candil tidak berani sembarang berspekulasi. Dia hanya menjawab, "Saya nggak berani mengomentari masalah asmara Putra Bangsawan.""Kedekatan Kediaman Raja Kawiswara dan Kediaman Adipati bukan hal yang baik. Tapi, hubungan suami istri nggak menjamin hati mereka bisa selaras," kata Zuhair penuh arti.Candil merenungkan kata-kata Zuhair. Tampaknya sang Kaisar sudah memiliki cara untuk mencegah persatuan harmonis kedua keluarga itu. Tidak peduli pernikahan ini akan terlaksana atau tidak, Zuhair pasti akan menemukan cara untuk memecah belah mereka."Sayang sekali aku nggak memiliki putra seperti Arjuna," desah Zuhair, merasa langit tidak adil padanya. Andai dia memiliki putra secakap itu, dia tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal.Mengapa Zuhair tidak memberikan dekret pernikahan bagi Yanuar dan Eliska? Sebenarnya, dia telah mempertimbangkan hal ini baik-baik. Kendali diri Yanuar dalam urusan wanita tidak cukup kuat. Sekalipun dia menikahi Eliska, pernikahan mereka belum tentu bisa bertahan
"Sebaiknya kamu pulang ke Kediaman Raja dulu," kata Eliska.Arjuna tersenyum tipis dan berucap, "Pertunangan kita akan segera tersebar luas. Saat itu, mata semua orang akan mengawasi kita. Aku mungkin nggak akan leluasa menemuimu untuk sementara waktu. Aku akan meminta Nindia untuk datang menggantikanku."Selain itu juga masih banyak hal yang harus diurus untuk persiapan pernikahan."Kalau terjadi sesuatu, utus seseorang untuk datang. Aku akan pergi ke Paviliun Awani," ujar Eliska sambil menunduk."Baik." Arjuna berucap lagi, "Beri aku waktu dua bulan. Aku akan menikahimu dan membawamu kembali ke Kediaman Raja."Eliska ingin bertanya apakah itu tidak terlalu terburu-buru, tetapi dia lantas berpikir ada bagusnya seperti itu. Hal penting sebaiknya segera didahulukan untuk menghindari masalah yang tidak perlu.Sekarang setelah mereka bertunangan, semua terasa berbeda. Meski Arjuna tetap bersikap sopan dan menjaga jarak, Eliska bisa merasakan kedekatan yang sulit digambarkan di antara mere
Lamaran dari Kediaman Raja Kawiswara datang jauh lebih cepat dari perkiraan Eliska.Hari itu cuaca sangat cerah. Eliska sedang berjemur di pintu Paviliun Bambu ketika Wanti tiba-tiba berlari mendekat dan berkata, "Nona Eliska, Putra Bangsawan dan Ratu sudah datang."Wajah Eliska sontak memerah. Tanpa dipikir pun, dia tahu alasan kedatangan mereka. Namun, dia berpura-pura tidak tahu dan pergi ke Paviliun Raksi.Ketika Eliska tiba di Paviliun Raksi, Dwiana, Ulfa, dan Gayatri sudah berada di sana. Melihat mereka tersenyum padanya, wajah gadis itu kian merona.Arjuna mengenakan jubah sutra merah dan mahkota giok, berpakaian lebih formal dari biasanya. Mendengar suara langkah kaki di belakang, dia berbalik dan menatap Eliska. Meskipun ekspresinya tetap tenang, matanya memancarkan senyum."Eli sudah datang," ucap Talita, membuka percakapan."Ya," sahut Eliska, lalu membungkuk hormat. "Salam pada Ratu dan Putra Bangsawan."Talita mengulum senyum cerah. Gayatri melambaikan tangannya, isyarat a
Arjuna memang sengaja menyebut nama Kendhis, tahu bahwa Raynar yang masih berutang budi padanya tidak akan bereaksi terlalu keras.Namun, Raynar sama sekali tidak menyentuh teh yang dihidangkan Arjuna. Dia tidak sudi luluh hanya karena jamuan hangat ini."Apa Putra Bangsawan sudah mulai mengincar adikku saat dia masih bertunangan?" tanya Raynar dengan tatapan penuh selidik.Arjuna membalas, "Pertunangannya dengan Tuan Pradipta nggak akan berhasil. Itu sekadar solusi untuk menghindari Yanuar. Aku hanya terlambat kembali ke ibu kota."Andai Arjuna menyelesaikan masalah di Surtara dan kembali ke ibu kota lebih awal, mereka sama sekali tidak akan memiliki kesempatan bertunangan."Putra Bangsawan terlalu berkuasa, aku nggak tenang menyerahkan adikku padamu," kata Raynar.Sekarang saja Arjuna sudah terkesan tidak berperasaan dan mengintimidasi. Jika mereka menikah dan bertengkar di masa depan, pasti Eliska yang akan menderita."Bagaimana kalau Tuan Raynar melihatnya dari sudut pandang berbed
Mendengar Arjuna menyanggupi dengan begitu cepat, Eliska buru-buru berkata, "Aku belum selesai bicara.""Nggak ada yang lebih penting dari menikahimu. Apa pun harga yang harus kubayar, aku bersedia," tegas Arjuna. Raut wajahnya terlihat sangat serius.Eliska berucap dengan nada tercekat, "Belum tentu itu harga yang sanggup dibayar Putra Bangsawan.""Aku tetap bersedia," kata Arjuna.Jawaban ini membuat pipi Eliska panas. Meskipun kata-kata ini tidak bernada romantis, terlebih lagi Arjuna mengucapkannya dengan sangat serius, dia merasa ada sedikit rayuan yang terkandung di dalamnya.Arjuna berkata lagi, "Aku nggak tahu apa rencanamu, tapi urusanmu adalah urusanku juga. Aku pernah bilang, aku bersedia menanggung segalanya bersamamu. Biarpun aku bukan orang seperti ini di kehidupan lampau, tapi seseorang yang telah membuka hatinya pasti berubah. Eli, sudah kubilang jangan memandangku seolah aku adalah orang yang sama seperti di kehidupan lampau."Jantung Eliska berdebar lebih kencang dan