Share

Bab 3

Author: Citra Lestari
Di sesi permainan minum berikutnya, Eliska tidak lagi menjadi sorotan seperti di kehidupan lampau. Kala itu, dia hanya berusaha menarik perhatian seseorang. Namun, sekarang hal itu sudah tidak perlu.

Orang yang memenangkan permainan kali ini adalah putri Keluarga Lingga.

Seperti sebelumnya, Adelia tidak pernah suka menjadi pusat perhatian. Kali ini pun demikian. Dia hanya berucap sambil tersenyum tipis, "Bakat literasi Naya sangat bagus."

"Ini karena Kak Adelia mengalah padaku," sahut putri Keluarga Lingga itu dengan wajah merona.

"Jangan terlalu menyanjungku, Naya. Oh iya, Eli, kenapa kamu pendiam sekali hari ini? Apa tubuhmu belum sepenuhnya pulih?" tanya Adelia dengan perhatian.

Hubungan Eliska dan Adelia tidak terbilang dekat, jadi dia sedikit terkejut ketika menerima perhatian gadis itu. Dia menyahut, "Ya, kurasa tubuhku masih sedikit lemas. Tapi nggak apa-apa. Kak Adelia nggak perlu khawatir."

Sebagai tuan rumah, Eliska sangat murah hati. Lagi pula, Dwiana berasal dari keluarga kaya. Hadiah yang disiapkannya kali ini adalah lukisan asli karya Mandaka, pelukis ternama dari dinasti sebelumnya.

Naya, putri Keluarga Lingga itu, kegirangan saat menerima lukisan itu. Dia berulang kali mengucapkan terima kasih.

"Kudengar Kakak juga sangat berbakat dalam kaligrafi dan melukis. Lukisan ini nggak akan terbuang percuma di tangan Kakak," ucap Eliska sambil mengibaskan tangannya. Usai berkata demikian, dia menghampiri Gayatri dan duduk dengan tenang di sebelahnya.

"Eli sudah menjadi nona muda yang dewasa," ucap Gayatri sambil menatap cucunya dengan lembut. Dia melihat dengan jelas ketika Eliska mencuri pandang ke arah putra ketiga Keluarga Raja Kawiswara tadi.

Gayatri tentu saja puas dengan Keluarga Raja Kawiswara. Selain sudah menyelamatkan nyawa Eliska, mereka juga merupakan keluarga kekaisaran yang paling dihargai Kaisar. Hanya saja, tidak ada yang tahu apakah Keluarga Raja Kawiswara sudah mengatur pernikahan untuk Arjuna.

"Barusan Kak Ayuna menggodaku, sekarang Nenek juga mau ikut-ikutan?" kata Eliska dengan nada manja.

"Mana mungkin Nenek tega?" balas Gayatri sambil tersenyum.

Suasana di tengah para pria tidak semeriah di pihak wanita. Giandra dan Arjuna sedang mendiskusikan bencana banjir yang terjadi belum lama ini. Jadi, yang lain juga menjaga sikap dan bicara mereka.

Lagi pula, sebagian besar dari mereka sibuk dengan ujian dan karier. Topik pembicaraan mereka juga seputar akademik, pemerintahan, dan sejenisnya.

"Giandra, waktu bertemu adikmu tahun lalu, dia masih seperti anak kecil. Tapi, sekarang dia sudah tumbuh menjadi primadona negeri," ucap Mardhi tanpa aba-aba.

Arjuna dan Pradipta serentak menoleh dan menatapnya.

"Lupakan saja, kamu nggak akan punya kesempatan dengan adikku," potong Giandra.

Anggota Keluarga Adipati Madaharsa tidak ramai, hanya terdiri dari satu keluarga inti dan satu keluarga cabang. Giandra, Gita, dan Rumi adalah keturunan keluarga inti, sementara Raynar dan Eliska adalah anak Raditya dari keluarga cabang.

Gita sudah menikah dan Rumi tidak berada di sini, jadi Giandra langsung tahu siapa yang dimaksudkan Mardhi.

"Memangnya menurutmu kriteria suami seperti apa yang pantas untuk adikmu?" tanya Mardhi penasaran.

Mendengar ini, Giandra terdiam sejenak, lalu menatap Pradipta. Pemuda itu berpenampilan rapi dan sedikit pendiam. Keluarga Bramantya bukan keluarga yang terlalu menonjol di ibu kota. Namun, bibi Giandra yang selalu menaruh ekspektasi tinggi, tiba-tiba menanyakan tentang latar belakang Pradipta padanya.

Tadinya, Giandra mengira orang yang bisa menarik perhatian bibinya pastilah pemuda berdarah biru seperti Arjuna. Bagaimanapun, sang bibi selalu menginginkan yang terbaik bagi Eliska.

"Yang pasti nggak seperti kamu," tandas Giandra.

Melihat sikap Giandra, Mardhi memutuskan untuk berhenti bertanya dan mempermalukan dirinya sendiri lebih jauh.

Arjuna menebak bahwa Keluarga Madaharsa mungkin sudah memiliki kandidat suami bagi putri mereka. Selama itu bukan dirinya, dia tidak peduli. Itu urusan internal Keluarga Madaharsa.

Arjuna teringat pada momen saat dia menyelamatkan Eliska yang hampir tenggelam. Awalnya Eliska menggelepar ketakutan di dalam air, tetapi ketika gadis itu mendongak dan melihatnya, dia tiba-tiba berhenti meronta.

Eliska justru memeluk Arjuna dengan erat dan memanggilnya "sayangku" dengan suara lirih. Itu adalah panggilan seorang wanita terhadap suaminya.

Arjuna tidak ingin terlibat dengan Eliska hanya karena menyelamatkannya. Namun, situasi saat itu sangat mendesak, dia tidak bisa diam saja dan membiarkan gadis itu mati.

Setelah menarik Eliska ke tepian, Arjuna memanggil Pradipta yang kebetulan lewat. Kemudian, dia memintanya menjaga Eliska sementara dia pergi mencari bantuan.

....

Setelah jamuan makan berakhir, Pradipta yang sedang berjalan bersama Arjuna tiba-tiba bertanya, "Putra Bangsawan Arjuna, hari itu kamu memanggilku karena takut kalian akan terlibat skandal gara-gara berduaan dan berakhir dijodohkan, bukan?"

Arjuna tidak menyahut.

"Menurutmu, Keluarga Adipati Madaharsa adalah calon besan yang baik untukku. Kalaupun terjadi sesuatu dan seseorang harus bertanggung jawab atas Nona Eliska, aku bisa menjadi perisaimu sehingga kamu nggak perlu terlibat," lanjut Pradipta dengan tenang.

Jika Eliska tidak memanggilnya "sayangku" tanpa alasan, Arjuna mungkin tidak akan melakukan ini. Dia hanya ingin menyelamatkan gadis itu.

Keluarga Adipati Madaharsa pasti mengerti dan tidak akan mempersulit Arjuna yang sempat memeluk Eliska. Namun, karena Eliska memanggilnya begitu, Arjuna khawatir gadis itu akan memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta pertanggungjawabannya.

Bagaimanapun, tiba-tiba menerima panggilan "sayangku" dari seorang gadis yang belum cukup umur untuk menikah pasti akan membangkitkan kewaspadaan pemuda mana pun.

Arjuna berucap dengan jujur, "Aku minta maaf."

Pradipta membalas, "Putra Bangsawan Arjuna nggak perlu meminta maaf. Aku hanya menanyakan apa yang ada di pikiranku. Aku juga nggak menyesal telah menolong Nona Eliska dan siap menerima apa pun konsekuensinya. Aku hanya berharap Putra Bangsawan Arjuna nggak akan menyesalinya kelak."

Menyesal? Arjuna mengangkat pandangan dan melirik Pradipta sekilas. Sudut matanya kebetulan menangkap sosok gadis muda yang berdiri bersama Giandra tidak jauh dari sini. Raut wajah gadis itu terlihat rumit.

Eliska diminta datang oleh Dwiana untuk menyampaikan terima kasihnya. Berhubung ada Giandra bersamanya, dia tidak takut akan digosipkan.

Eliska masih harus pergi secara pribadi ke Kediaman Raja Kawiswara dan Kediaman Bramantya nanti. Namun, karena kebetulan para penolongnya datang berkunjung hari ini, dia harus menghadap mereka dan berterima kasih.

"Karena kalian berdua di sini, aku membawa Eli datang untuk berterima kasih," jelas Giandra.

"Terima kasih pada Putra Bangsawan Arjuna dan Tuan Pradipta. Berkat pertolongan kalian hari itu, nyawa Eli berhasil terselamatkan," ujar Eliska. Tatapannya tidak tertuju pada Arjuna, melainkan pada Pradipta.

Paras Pradipta ternyata sangat tampan. Eliska tidak memiliki kesan mendalam tentangnya di kehidupan lampau.

Arjuna memang lebih menawan, tetapi penampilannya terlalu intens. Gadis muda menyukai wajah rupawan. Namun, bagi Eliska yang sudah pernah menikah, dia lebih menyukai Pradipta yang lembut dan rapi.

Lamunan Eliska disadari ketiga pemuda di sana.

Giandra melempar tatapan aneh pada Arjuna. Belum lama ini, Ayuna diam-diam memberitahunya bahwa Eli menyukai Arjuna, tetapi tampaknya kini gadis itu tertarik pada Pradipta. Adik keempatnya ini benar-benar ... menilai orang hanya dari penampilannya.

Pradipta tetap terlihat tenang. Dia membiarkan Eliska memandanginya dan bertanya dengan perhatian, "Apa Nona Eliska sudah lebih baikan?"

"Aku sudah nggak apa-apa," sahut Eliska penuh rasa terima kasih. "Aku sudah menyiapkan dua hadiah terima kasih. Kuharap Putra Bangsawan Arjuna dan Tuan Pradipta mau menerimanya."

Eliska menyiapkan kertas cendana langka untuk Pradipta dan "Antologi Puisi Tuan Wiyasa" untuk Arjuna, buku kumpulan puisi favorit Arjuna.

Di kehidupan lampau, Arjuna pernah beberapa kali meminta buku itu. Akan tetapi, Eliska justru memberikannya pada Taraka, Pangeran Keempat. Di kehidupan kali ini, Eliska memberikan buku itu sebagai tanda terima kasihnya yang tulus.

Lantaran memikirkan hal ini, Eliska membongkar banyak barang demi menemukan buku antologi puisi itu selama masa pemulihannya. Bahkan dia juga menemukan "buku spesial" yang disiapkan sang ibu untuk keperluan masa depannya.

Walaupun Eliska sudah pernah menikah, dia tetap merona ketika melihatnya. Meski begitu, gadis itu tetap membaca setiap halamannya.

Biarpun Arjuna bukan suami yang baik, dalam hal itu Eliska tetap mendapatkan kepuasan. Bahkan dia sedikit merindukannya. Melihat-lihat buku ini setidaknya bisa meringankan hasratnya. Saat dirinya bosan, Eliska juga sempat membaca beberapa halaman buku antologi puisi itu.

Eliska cukup pandai dalam memilih hadiah. Baik Arjuna maupun Pradipta tidak bisa menolak hadiah yang diberikannya.

Beberapa saat kemudian, Arjuna mencari alasan dan berpamitan. Sebaliknya, Pradipta tetap tinggal dan mengobrol sebentar.

....

Setelah pulang ke kediaman raja, Arjuna pergi mandi. Tidak punya kegiatan lain, dia pun membuka "Antologi Puisi Tuan Wiyasa" pemberian Eliska dengan santai.

Begitu membuka buku itu, Arjuna mematung. Itu sama sekali bukan antologi puisi, melainkan buku ilustrasi yang mengajarkan cara suami dan istri berhubungan intim!

Isinya sangat berani dan bisa membuat siapa pun yang melihatnya tersipu malu. Walaupun Arjuna membolak-balik halaman buku itu dengan raut datar, ujung telinganya sedikit memerah.

Di salah satu halaman, terlihat sebaris tulisan tangan wanita yang rapi di atasnya.

[ Pinggang dan perut Arjuna nggak kuat, kemungkinan nggak akan sanggup mendukung posisi ini. ]

Komentar itu seperti diwarnai nada penyesalan dan keluhan. Arjuna memandangi tulisan itu sejenak. Kemudian, dia mendengus dan melempar buku itu ke samping.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eka Yuni Astuti
bisa bisa nya salah ngasih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 341

    Berhubung Zuhair sudah mengeliminasi Taraka dari opsinya, satu-satunya orang yang cocok untuk posisi pewaris takhta adalah Yanuar."Tampaknya posisi putra mahkota akan segera ditetapkan," ujar Madana dengan ekspresi tak terbaca.Eliska tertegun, diam-diam memikirkan hal ini dengan cermat.Zuhair awalnya menikmati konflik internal antara Taraka dan Yanuar. Sekarang, dia tiba-tiba memihak Yanuar, sementara sasarannya beralih dari Taraka ke Kediaman Raja Kawiswara. Dengan menekan pengaruh Kediaman Raja Kawiswara, dia membuka jalan bagi Yanuar. Ini adalah perubahan signifikan.Di kehidupan lampau, setengah tahun lagi akan tersebar rumor bahwa Zuhair sakit parah. Setelah kondisinya memburuk, dia tidak lagi terlibat dalam politik istana. Arjuna pun kembali ke ibu kota pada saat ini.Eliska tidak tahu detail tentang jalannya perebutan kekuasaan, tetapi dia bisa menebak bahwa pemenangnya adalah Kediaman Raja Kawiswara. Sesudah itu, kendali Zuhair atas Kediaman Raja Kawiswara hampir bisa dikata

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 340

    "Penampilan dan karakter Tuan Pradipta sama-sama luar biasa," kata Eliska dengan serius."Bagaimana kalau harus memilih satu?" tanya Pradipta lagi."Ada banyak pemuda tampan di dunia. Kalau aku harus memilih, karakter tentu saja lebih penting. Penampilan akan berkurang menarik seiring bertambahnya usia, tapi aku akan selalu mengingat semua kebaikan Tuan Pradipta padaku," jawab Eliska.Ada senyum di mata Pradipta. Memang sangat tipis, tetapi jelas memancarkan kebahagiaannya. Mata itu berbinar cemerlang, membuat orang lain sulit untuk mengalihkan pandangan. Sikap dingin Pradipta saat melihat Eliska bersama Yanuar tadi seketika lenyap tak berbekas."Mengenai permintaanku tempo hari pada Tuan Pradipta ... apa orang itu sudah tiba di Palaraya?" tanya Eliska.Pradipta menjawab setelah hening sejenak, "Kurasa masih dalam perjalanan. Mungkin butuh beberapa hari lagi sebelum dia sampai ke kediaman lama keluarga Nona Eliska."Eliska hendak bertanya lebih detail ketika dia melihat seseorang mende

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 339

    Ini pertama kalinya Eliska melihat Zuhair memasang wajah semenyeramkan itu."Yang Mulia, nyawa Pangeran Yanuar nggak dalam bahaya," ujar tabib istana setelah memeriksa Yanuar.Mendengar itu, ekspresi Zuhair baru melunak. Dia berkata, "Bawa Yanuar kembali."Kemudian, sang Kaisar menoleh ke arah Eliska dan berkata dengan nada yang lebih ramah, "Semua ini berkat Eli.""Paman Zuhair, silakan bawa Kak Yanuar kembali dulu. Nggak perlu khawatirkan aku," ujar Eliska.Zuhair melirik gadis itu sekilas. Mengingat luka Yanuar, dia pun tidak menunda lebih lama. Sebelum pergi, dia berpesan pada para pengawal, "Tempat ini berbahaya, segera antar Eliska kembali. Kalau terjadi sesuatu, kalian akan kumintai pertanggungjawaban!"Eliska merasa sedikit ngeri. Setelah mengetahui bahwa nyawa Yanuar tidak dalam bahaya, Zuhair bahkan tidak turun dari kuda untuk memeriksa putranya. Dia seolah-olah tidak khawatir tentang putranya, melainkan hanya khawatir pewaris satu-satunya mati.Meski Eliska tahu bahwa hubung

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 338

    Eliska mendongak menatapnya.Lantaran batu itu cukup tinggi, Pradipta seolah-olah sedang memandang rendah orang lain. Tatapan matanya tidak selembut biasa, tetapi jauh lebih dingin.Yanuar tidak menyadari keberadaan Pradipta. Dia berkata dengan nada menggoda, "Eliska begitu pintar merawat orang. Siapa pun pasti akan tersentuh kalau dirawat olehmu." Kata-kata Yanuar ini mengandung makna tersirat. Dia tidak sedang berandai-andai tentang orang lain, melainkan bicara tentang dirinya sendiri. Tidak diragukan lagi, dia memang sedang menggoda Eliska.Tatapan Pradipta tertuju pada pemuda di bawah batu. Kemudian, dia beralih menatap Eliska. Dia tidak mengatakan apa-apa, seolah-olah sedang menunggu penjelasan darinya.Eliska terdiam sejenak, lalu menjelaskan, "Pangeran Yanuar digigit binatang buas. Aku kebetulan bertemu dengannya."Eliska tidak punya pilihan selain membantu. Jika dia meninggalkan Yanuar dan terjadi sesuatu padanya, dia pasti akan dimintai pertanggungjawaban.Di sisi lain, Pradi

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 337

    Zuhair menoleh ke arah Eliska dan berkata, "Sekarang Eli sudah 17 tahun. Di antara para gadis lain seusiamu, hanya pernikahanmu yang belum ditetapkan. Hal itu sempat tertunda karena ayahmu. Kalau ditunda lebih lama, takutnya orang tuamu akan khawatir."Pradipta sedikit mengernyit, sementara Yanuar tersenyum penuh arti. Ekspresi merenung terlihat di wajah sang Pangeran.Raja Kawiswara melirik Eliska, mencoba menolongnya dengan berkata, "Kalau Tuan Raditya benar-benar khawatir, dia pasti sudah lama menanganinya. Kurasa Tuan Raditya sudah punya rencananya sendiri."Yanuar menimpali, "Ayahanda, kata-kata Paman benar. Biarpun Ayahanda mencemaskan Tuan Raditya, persoalan ini lebih baik ditangani mereka sendiri."Zuhair menatap Yanuar, mempertimbangkan kata-kata putranya. Segera setelahnya, dia berucap lagi, "Kamu benar, aku memang terlalu khawatir."Eliska membungkuk hormat, lalu duduk di sudut. Dia tidak ikut berpartisipasi ketika para muda mudi unjuk gigi menunjukkan kebolehan mereka. Nind

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 336

    Dalam mimpinya, mayat bergelimpangan di mana-mana. Di bawah matahari terbenam, Eliska melihat dengan jelas bagaimana pedang itu menembus tubuh Arjuna.Arjuna seolah sudah tidak merasakan sakit apa pun. Dia mengangkat pedang, hendak menghabisi orang di depannya. Pedang itu menusuk tepat di tenggorokan lawan.Eliska ketakutan setengah mati. Tubuhnya mematung di tempat dan wajahnya pucat pasi.Beberapa saat kemudian, Eliska melihat Arjuna mencabut pedang yang menusuk perutnya. Darah mengucur keluar, menuruni pedang dan menetes ke tanah. Namun, dia hanya berdiri dengan ekspresi acuh tak acuh, seolah-olah tidak merasakan apa pun. Inilah Arjuna dari kehidupan lampau, dingin, angkuh, dan seolah tidak terpengaruh apa pun.Kepribadian Arjuna di kehidupan ini jauh berbeda dengan di kehidupan lampau. Perbedaannya begitu besar hingga Eliska bisa langsung tahu dalam sekali pandang.Detik berikutnya, Arjuna menoleh dan melihatnya. Eliska melihat gejolak emosi di matanya yang perlahan memerah.Kemudi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status