Share

Bab 2

Author: Citra Lestari
Hujan di musim gugur membawa hawa dingin. Embun pagi menyelimuti tanah.

Eliska yang tidak sadarkan diri beberapa hari lalu, baru saja sadar. Pada pagi hari, orang-orang di Kediaman Adipati Madaharsa sudah sibuk ke sana kemari.

"Kabarnya, orang yang mendorong Nona Eliska ke dalam air sudah ditangkap. Kemarin, Tuan Raditya sudah menginterogasinya semalaman. Orang itu juga sudah dipukul sampai babak belur, tapi belum berhasil mengetahui dalangnya."

"Sekalipun dipukul sampai mati, terus kenapa? Kalau bukan karena Nona Eliska berumur panjang .... Orang sejahat itu pantas dihukum mati!"

Eliska yang berada di dalam kamar mendengar gosip orang-orang di luar. Perasaannya tidak karuan, tetapi lebih banyak rasa bahagia.

Eliska kembali ke enam tahun yang lalu, saat dia belum dijodohkan dengan Arjuna. Dia tidak perlu merasakan penderitaan diabaikan.

Selain itu, kehidupan lampau Eliska memang termasuk berjalan lancar. Namun, ada beberapa penyesalan yang sulit untuk dilupakan. Kini, dia memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.

"Tubuhmu masih lemah. Kenapa duduk tanpa pakai mantel?" tanya Dwiana, ibu Eliska. Ketika membawakan obat dan melihat putrinya duduk di tempat tidur tanpa memakai mantel, dia mengernyit.

Dwiana meletakkan obat, lalu mengambil mantel bulu putih yang ada di samping. Ketika membungkuk untuk memakaikannya pada Eliska, tiba-tiba dia dipeluk.

"Ibu," panggil Eliska dengan suara tercekat.

Eliska tidak memiliki penyesalan apa pun terhadap kehidupan lampau, kecuali kematiannya. Seorang ibu yang sudah mengalami penderitaan atas kematian putranya, lalu kehilangan putrinya. Dia tidak bisa membayangkan hal semenyakitkan itu.

Dwiana mengelus rambut Eliska. Matanya memerah. Kemudian, dia memeluk Eliska dengan lebih erat sembari menenangkan, "Ibu pasti akan menemukan orang yang mencelakaimu. Eli jangan takut."

Tubuh Eliska seketika gemetaran.

Di kehidupan lampau, Dwiana menemukan bahwa pelaku yang mencelakai Eliska adalah Lestari, selir ayahnya. Namun, satu-satunya saksi sudah dilenyapkan oleh Lestari. Lantaran takut Lestari akan mencelakai Eliska lagi, Dwiana menghukum Lestari meski belum ada bukti yang kuat.

Latar belakang keluarga Dwiana sangat kuat sehingga Keluarga Adipati Madaharsa hanya bisa meredam masalah. Ayahnya, Raditya Madaharsa, sangat membenci Dwiana karena terlalu kejam.

Sejak kejadian itu, pemikiran Dwiana dan Raditya sudah tidak sejalan. Tidak pernah ada kedamaian. Mereka bahkan tidak dikaruniai anak lagi.

Kemudian, satu-satunya kakak Eliska meninggal dunia. Kesehatan Dwiana makin memburuk. Dia hanya sedikit tersenyum saat melihat Eliska. Selebihnya, dia tampak dingin dan seperti tidak bernyawa.

Sementara itu, semua kehormatan yang diraih kakak Eliska semasa hidup, jatuh ke tangan keluarga inti.

Mengenai pria yang ditangkap itu, dia adalah kekasih lama Lestari sebelum menjadi bagian Keluarga Madaharsa. Jadi, dia tidak mau mengakui bahwa Lestari terlibat. Eliska baru mengetahui hal ini setelah menikah dengan Arjuna.

Sayangnya, saat itu semuanya sudah terlambat. Meskipun sudah mengetahui kebenarannya, hubungan Raditya dan Dwiana sudah sulit diperbaiki.

Untung saja, Dwiana tidak akan jatuh ke dalam situasi seperti itu lagi di kehidupan ini.

"Ibu, aku mau bertemu Ayah," tutur Eliska sambil mendongak menatap Dwiana.

"Ayahmu sudah tahu kamu sadar. Dia sedang bergegas pulang. Nanti kamu bisa bertemu dengannya. Sekarang, kamu minum obat dulu," bujuk Dwiana.

Eliska mengambil obat dari tangan Dwiana. Begitu meminumnya, terdengar suara langkah kaki yang mantap. Orang yang datang itu adalah ayahnya.

Pria itu berusia 40 tahun dan bertubuh tinggi. Dia baru kembali dari istana sehingga masih memakai baju pemerintahan. Penampilannya terlihat sangat tegas, tetapi tatapannya penuh kelembutan.

"Eli," panggil Raditya.

"Ayah," balas Eliska seraya tersenyum pada Raditya. Matanya dipenuhi air mata.

"Kamu sudah menderita," ucap Raditya. Ketika melihat wajah Eliska yang makin kurus, dia merasa sangat iba. Biasanya, dia tidak berkedip sekalipun tertusuk pedang. Namun, kali ini dia menitikkan air mata beberapa kali karena masalah putrinya.

"Kali ini, kita harus berterima kasih pada Putra Bangsawan Arjuna dan Tuan Pradipta. Kalau bukan karena bantuan mereka, mungkin ...," ujar Raditya yang tidak sanggup meneruskan perkataannya. Dia hampir saja berpisah dengan putrinya untuk selamanya.

Ketika Eliska mendengar nama Arjuna lagi, kenangan masa lalu terlintas di benaknya. Hatinya terasa sangat pedih dan nyeri. Arjuna memang tidak menyukainya, tetapi Eliska benar-benar menganggap Arjuna sebagai suaminya.

Begitu mendengar nama Pradipta, Eliska merasa asing. Di kehidupan lampau, Eliska sakit untuk waktu yang cukup lama. Dia hanya mengingat bahwa yang menolongnya adalah Arjuna dan putra Keluarga Bramantya. Ketika pergi berkunjung, Eliska juga tidak pernah bertemu dengannya.

"Tuan Pradipta?" tanya Eliska.

"Pradipta baru kembali ke ibu kota bulan ini. Kamu tentu nggak kenal dia. Setelah kondisimu membaik, minta ibumu membawamu ke Kediaman Raja Kawiswara dan Kediaman Bramantya untuk berterima kasih," sahut Raditya.

Eliska tidak ingin bertemu dengan Arjuna lagi. Akan tetapi, urusan ini tidak bisa ditunda. Dia pun terpaksa mengangguk sebelum bertanya lagi, "Ayah, bagaimana hasil interogasi orang yang mendorongku?"

"Dia cukup keras kepala, Tapi, Ayah punya cara," jawab Raditya sambil tertawa dingin.

Eliska ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu.

Melihat keraguan Eliska, Raditya meyakinkan, "Di depan Ayah, kamu bisa katakan yang ada di pikiranmu. Nggak apa-apa."

Eliska menunduk sembari berkata, "Ayah, orang itu kekasih lama Bibi Lestari. Apa mungkin Bibi Lestari yang mencelakaiku?"

Eliska mengatakannya lebih dulu. Bagaimanapun, masalah ini tidak bisa disalahkan pada ibunya. Lagi pula, hubungan gelap kedua orang itu memang benar. Meskipun tidak bisa mendapatkan bukti bahwa Lestari yang mencelakai Eliska, Lestari setidaknya tidak akan lolos begitu saja.

Ekspresi Raditya sedikit berubah. Dia bertanya, "Apa buktimu?"

"Aku pernah melihat orang itu berpelukan dengan Bibi Lestari," jawab Eliska.

Di kehidupan lampau, Eliska tidak sadar orang yang dia lihat sedang berpelukan sebelum dirinya terjatuh ke dalam air, ternyata Lestari dan pria itu. Dia hanya mendengar pria itu memanggil nama Yuni.

Dulu, Eliska tidak tahu siapa itu Yuni. Setelah hidup di kehidupan ini, dia baru tahu semuanya dengan jelas, ternyata Yuni adalah nama lama Lestari. Lestari mencelakai Eliska karena mengira Eliska telah memegergoki hubungan gelapnya.

Begitu memikirkan hal ini, raut wajah Raditya makin muram. Selingkuh saja sudah salah. Bisa-bisanya Lestari juga mau menghabisi nyawa putri kesayangannya. Jika ini benar, dia tidak akan mengampuni Lestari.

Dwiana menyindir, "Orang-orang di sisimu itu memang sangat baik."

Meskipun Lestari adalah selir yang dinikahkan karena paksaan ibunya, kali ini Raditya juga tidak bisa membantah. Dia hanya bisa menerima sindiran istrinya dan berkata dengan lembut, "Kamu tenang saja. Aku pasti akan memberikan keadilan untuk Eli."

....

Setelah ada titik terang, masalah Eliska yang terjatuh ke dalam air diselidiki dengan sangat cepat.

Orang kepercayaan Raditya pergi ke selatan untuk mengunjungi kampung halaman Lestari. Dia mendapat informasi bahwa Lestari dan pria itu adalah teman masa kecil. Kemudian, Lestari dijual orang tuanya dan diselamatkan Gayatri, ibunya Raditya.

Gayatri menjadikan Lestari sebagai pelayan. Setelah cukup lama, Gayatri melihat Lestari sangat cerdas. Dia pun menikahkan Lestari pada Raditya.

Raditya memakai nama Lestari untuk mengancam orang yang mendorong putrinya. Pria itu mengira Raditya sudah tahu semuanya. Pada akhirnya, dia mengaku.

Kebenarannya persis yang dikatakan Eliska. Lestari takut hubungan gelapnya terbongkar. Itu sebabnya, dia merencanakan untuk melenyapkan Eliska.

Raditya tidak menyangka ternyata ada wanita sejahat itu di sisinya.

Kondisi Eliska belum pulih, tetapi Lestari sudah dihukum oleh Dwiana yang merupakan istri sah. Meskipun Lestari adalah orangnya Gayatri dan selalu mendapatkan perlakuan istimewa, kali ini Gayatri sama sekali tidak menghalangi.

Dwiana memang tidak membahas hal ini di hadapan Eliska. Namun, melihat ibunya bersikap setenang itu dan tidak pernah membahas tentang Lestari, Eliska bisa menebak bagaimana Lestari akan berakhir. Ibunya bukan orang yang bisa terima diperlakukan tidak adil.

Eliska masuk angin karena kedinginan, jadi dia hanya bisa beristirahat. Kakak keduanya masih berada di luar perbatasan.

Selain keluarga inti dan keluarga Dwiana yang menjenguknya beberapa kali, dia tidak pernah bertemu orang luar. Bisa dibilang, hidupnya tenang untuk sementara.

Dua minggu kemudian, Eliska akhirnya bisa turun dari tempat tidur.

"Beberapa hari lagi, ada jamuan untukmu di kediaman. Entah wajahmu bisa kembali gemuk lagi atau nggak," ucap Dwiana mengeluh.

"Menurut Ibu, sekarang aku sudah nggak cantik?" tanya Eliska.

"Kamu putri Ibu. Bagaimana mungkin nggak cantik?" timpal Dwiana dengan percaya diri. Dulu, dia termasuk terkenal cantik di ibu kota. Raditya juga termasuk tampan dan berbakat. Anak-anak mereka tentu tidak kalah tampan dan cantik.

Namun, Eliska sudah akan genap berusia 15 tahun. Dia malah baru mulai tumbuh tinggi. Pertumbuhannya cukup lambat dibandingkan gadis lain. Tubuhnya yang kurus membuatnya terlihat lebih mungil.

Dwiana benar-benar khawatir beberapa pemuda yang dia pertimbangkan akan diambil orang lain lebih dulu.

Keluarga Raja Kawiswara memiliki dua putra, Arjuna Rajendra dan Banyu Rajendra. Mereka bukan hanya diincar oleh banyak keluarga, bahkan diperhatikan oleh Keluarga Adipati Nismara. Dwiana tidak mau ikut berebut, jadi mereka tidak termasuk ke dalam pertimbangan.

Putra bungsu Keluarga Pradaya memang punya latar belakang keluarga yang baik. Sayangnya, ibunya sangat dominan. Dwiana tidak rela membiarkan Eliska menjadi menantu mereka.

Mengenai Keluarga Bramantya, status keluarga mereka sedikit lebih rendah. Dwiana tidak akan membiarkan putrinya menderita di keluarga itu.

Ketika Dwiana hendak mengesampingkan Keluarga Bramantya, tiba-tiba sosok Pradipta yang menyelamatkan Eliska saat itu tebersit di benaknya. Hal ini membuatnya berpikir sejenak.

Kabarnya, Pradipta berbakat dan berpengetahuan. Parasnya juga tampan. Sikapnya juga tidak arogan seperti putra keluarga bangsawan. Dia rendah hati, sopan, dan sepertinya mudah bergaul.

Dwiana mulai tertarik pada Pradipta, tetapi dia tidak membahasnya dengan Eliska. Dia akan mencari tahu semuanya untuk putrinya lebih dulu, lalu memberitahunya. Jika tidak memenuhi standar, masalah ini akan dianggap berlalu.

Dalam sekejap, hari perjamuan Keluarga Adipati Madaharsa telah tiba. Setelah Eliska lolos dari maut, Gayatri ingin menciptakan keramaian untuk mendatangkan kebahagiaan.

Ini adalah pertama kalinya Eliska muncul setelah kejadian terjatuh ke dalam air. Dia memang terlihat agak kurus, tetapi kulitnya halus, tubuhnya tinggi, alis dan matanya sangat menawan. Ketika tersenyum, kedua matanya terlihat begitu jernih seperti telaga yang tenang.

Gaun hijau muda dengan ukiran hijau zamrud sangat cocok saat dikenakan Eliska. Gaun ini membuat kecantikannya menonjol, seakan-akan bunga yang baru mekar. Begitu dia muncul, hampir semua pandangan tertuju padanya.

Eliska menemani Gayatri dan Dwiana menyambut para tamu lebih dulu. Kemudian, dia menoleh ke meja anak-anak seusianya. Di sana ada putri-putri bangsawan ibu kota. Semuanya memiliki kecantikan masing-masing. Pemandangan ini pantas disebut bunga-bunga yang bermekaran di taman.

"Belakangan ini, kamu kelihatan makin dewasa. Nggak sampai setengah tahun, pasti akan ada banyak pelamar yang berbondong-bondong ke Kediaman Madaharsa," goda Ayuna Pradaya saat melihat Eliska duduk.

Ayuna adalah putri ketiga Keluarga Pradaya. Dia sudah bertunangan dengan Giandra Madaharsa, kakaknya Eliska. Hubungan Eliska dengannya juga sangat akrab.

"Kamu nggak ada kerjaan, ya? Untuk apa menggodaku?" timpal Eliska.

"Saat itu, kamu diselamatkan Arjuna. Bagaimana perasaanmu?" tanya Ayuna. Kemudian, dia berbisik di telinga Eliska dan bertanya lagi, "Apa kamu makin jatuh hati padanya?"

Eliska seketika tertegun. Setelah beberapa saat, dia mengernyit dan tidak membalas Ayuna.

Selain Ayuna yang menyadarinya, tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa Eliska menyukai Arjuna. Ketika diselamatkan di kehidupan sebelumnya, Eliska sudah lama merasa gembira. Kini, perasaannya sangat tidak karuan.

Eliska menatap gadis yang ada di depannya. Senyuman di matanya tampak sangat lembut dan anggun. Dia Adelia Nismara, putri kedua Keluarga Adipati Nismara dan gadis yang disukai Arjuna.

Adelia adalah gadis terkenal di ibu kota yang berparas cantik dan menguasai enam seni. Dia juga gadis yang paling dikagumi oleh Eliska.

Adat di Yardan memang tidak terlalu ketat. Namun, pria dan wanita tetap duduk terpisah.

Eliska tanpa sadar mencari sosok yang familier di tempat duduk pria. Arjuna pernah menjadi suaminya selama tiga tahun. Mereka juga sudah berbagi ranjang.

Arjuna yang sekarang baru genap berumur 20 tahun. Tubuhnya berbeda dengan dirinya di masa depan. Namun, Eliska bisa menemukan sosok Arjuna dengan mudah.

Arjuna mengenakan jubah sutra berwarna hitam. Hidungnya mancung. Paras yang tampan dan bentuk wajah yang tegas saling melengkapi. Ini membuatnya tampak dingin dan berwibawa.

Pandangannya tanpa sadar melirik ke tempat duduk wanita. Jika diperhatikan dengan saksama, dia hanya melihat satu orang, seolah-olah hanya tersisa orang itu di dunia ini.

Di kehidupan lampau, Eliska yang berada di situasi ini sama sekali tidak tahu bahwa Arjuna suka pada Adelia. Eliska duduk tepat di belakang Adelia. Dia selalu mengira Arjuna sedang menatap dirinya.

Kala ini, Eliska merasa sangat tidak nyaman. Dia masih belum sepenuhnya melepaskan identitasnya sebagai istri Arjuna. Sekarang, dia hanya merasa bahwa suaminya berselingkuh.

Eliska teringat dengan malam pernikahannya. Saat itu, Arjuna sama sekali tidak tidur sekamar dan menyentuhnya. Setelah menikah tiga bulan, Arjuna baru masuk ke kamar Eliska. Selesai berhubungan, Eliska memanggil Arjuna dengan manja, tetapi Arjuna tidak segera meresponsnya.

"Apa Arjuna sedang menatapmu?" tanya Ayuna tiba-tiba.

Eliska seolah-olah disiram air dingin. Berbagai kepedihan di kehidupan lampau seketika muncul di dalam benaknya. Hal ini membuatnya hatinya sangat terluka.

Namun, Eliska justru tersenyum sembari menimpali dengan pelan, "Kak Ayuna, sudah terlalu banyak orang yang mau menjadi menantu Keluarga Raja Kawiswara, tapi jelas bukan aku. Ke depannya, jangan goda aku seperti ini lagi."

Eliska tidak ingin merasa sakit hati lagi. Di kehidupan ini, dia tidak akan merendahkan diri demi sebuah pernikahan. Masih ada banyak pria di dunia ini.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 549

    Dwiana melirik mereka berdua, tetapi tidak terlalu memikirkannya. Pertengkaran pasangan adalah hal lumrah.Arjuna minum cukup banyak, jadi Eliska menopangnya naik ke kereta.Setelah mabuk, Arjuna menjadi lebih aktif bicara. Dia bertanya, "Apa lukaku jelek sekali?""Nggak jelek," sahut Eliska."Jadi kenapa kamu terus menolakku?" tanya Arjuna sambil menatapnya.Eliska tertegun."Apa kamu sudah nggak mencintaiku lagi?" tanya Arjuna lagi dengan suara serak. Jika didengar secara cermat, ada nada sedih dari cara bicaranya.Eliska merapatkan jarak dan memeluk Arjuna, lalu membujuknya, "Bukan begitu. Kamu terluka, jadi aku ingin kamu istirahat dan memulihkan diri dulu."Berhubung Arjuna terluka, Eliska-lah yang harus bekerja keras. Itu terlalu melelahkan, Eliska tidak kuat."Jadi, apa istriku mencintaiku?" desak Arjuna.Eliska menjawab dengan menciumnya. Baiklah, lebih baik berikan saja apa yang suaminya inginkan.Awalnya, Arjuna terkejut dengan pendekatan Eliska yang begitu tiba-tiba. Namun,

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 548

    Janita malah bertanya sambil tersenyum, "Apa Kak Mahesa bisa membantuku mendapatkannya? Sebagai gantinya, aku akan memperkenalkanmu pada gadis tercantik di ibu kota. Bagaimana?"Mahesa membalas, "Gadis tercantik di ibu kota? Bukannya itu kamu?"Mahesa ingin sekali berkata bahwa dia menginginkan Janita, jadi jangan mengincar sarjana itu lagi. Dirinya adalah putra mahkota. Dengan orang tua yang bijak, dia bisa membujuk mereka agar dia hanya menikahi Janita seorang."Bukan aku," bantah Janita sambil menepuk bahunya. "Putri kelima Kediaman Menteri jauh lebih cantik dariku. Dia dan Kak Mahesa akan menjadi pasangan serasi. Dia juga pernah mengirimkan kue untuk Kak Mahesa. Ingat, 'kan?"Mahesa tidak ingin mendengar lebih banyak dan berucap dingin, "Nggak ingat.""Setelah bertemu beberapa kali lagi, kamu pasti akan mengingatnya," ucap Janita.Mahesa kehilangan kata-kata."Kalau memang nggak bisa bersamanya, aku juga harus mencari suami. Kalau nggak ada pilihan lain, aku sama Adnan saja. Dia pa

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 547

    Awalnya Bara tidak berkata apa-apa. Namun begitu Eliska datang, dia tiba-tiba bertanya pada Arjuna, "Menurut Ayah siapa yang lebih cantik, Ibu atau adikku?"Arjuna melirik Bara yang sedang tersenyum. Dia tahu putra sengaja ingin mencari masalah."Tentu saja ibumu lebih cantik," sahut Arjuna dengan tenang. Putrinya belum mengerti apa yang dikatakannya. Kalaupun mengerti, istrinya tetapi paling cantik di matanya.Bara mencebikkan bibir, merasa bosan dengan tanggapan ayahnya. Dia suka orang tuanya bertengkar. Dengan begitu, dia bisa tidur ditemani ibunya di malam hari.Bagi Bara, ayahnya adalah yang terbaik dalam segala hal, kecuali fakta bahwa dia selalu memonopoli sang ibu, tidak pernah mau mengalah padanya.Arjuna menatap Bara, menyadari kilat kecewa di matanya.Malam itu, setelah Bara mandi dan bersiap tidur, pintu kamarnya dibuka seseorang. Anak itu merasa ada yang menyibak selimutnya. Sambil menggosok matanya, dia melihat ayahnya telah menggendongnya."Ayah mau bawa aku ke mana?" ta

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 546

    1. Kelahiran Janita.Eliska mengandung putrinya saat dia menemani Arjuna ke Surtara.Setiba di Surtara, Eliska baru mengerti apa yang Arjuna maksud dengan lingkungan yang keras. Kondisi kehidupan di sana jauh lebih sulit daripada perbatasan, terutama masalah kekurangan air.Sekarang karena hubungan mereka membaik, Eliska bersedia berkeliling dan melihat-lihat bersama Arjuna. Di kehidupan lampau, dia mana mau pergi bersama Arjuna yang dingin. Itu hanya akan membuatnya bertambah bosan. Lagi pula, penjagaan juga cukup ketat untuk berkeliaran.Unus telah naik jabatan dan menikah dengan Annisa. Eliska beberapa kali bertemu dengannya di Surtara. Annisa selalu terlihat canggung, tetapi tetap tetap ramah mengirimkannya makanan. Lantaran malu untuk datang sendiri, dia hanya mengutus pelayan atau Unus untuk membawanya.Eliska juga tidak berinisiatif mencari Annisa. Bukan karena dia tidak menyukainya, tetapi mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu, memang lebih baik mereka tidak bertemu.S

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 545

    Menjelang upacara pernikahan akbar, Dwiana pergi menemui Harini. Gadis itu memanggilnya dengan mata memerah, "Bibi.""Nggak ada orang Kediaman Putri yang boleh datang, tapi ada Bibi di sini, jadi setidaknya ada keluargamu yang mengantarmu menikah," ujar Dwiana.Beberapa hari lalu, Dwiana menangis haru saat mengetahui bahwa gadis di sisi Kaisar adalah Harini. Melihatnya baik-baik saja, dia merasa kian bahagia."Eli sudah tahu sejak awal, tapi nggak pernah memberitahuku. Kalau Bibi tahu lebih cepat, Bibi pasti membuat persiapan matang untukmu," kata Dwiana dengan nada sesal."Nggak perlu khawatir, Bibi. Yang Mulia sudah menyiapkan semuanya," sahut Harini. Yervan jauh lebih teliti dan peduli pada rencana pernikahan ini darinya."Bibi senang mendengar Yang Mulia memperlakukanmu dengan baik," ujar Dwiana. Dia tahu istana tidak seperti kediaman pada umumnya. Hatinya cukup berat melepas Harini memasuki istana. Dia baru lega melihat kepedulian Yervan pada gadis itu.Yervan bukan hanya lebih pe

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 544

    Kehidupan Harini di istana berjalan cukup mudah. Semua orang memperlakukannya dengan sangat hormat, terutama setelah pertengkarannya dengan Yervan.Alasan pertengkaran itu tidak lain karena Yervan terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan hingga melupakan waktu makan dan istirahat. Para pelayan sudah mencoba membujuknya, tetapi Yervan tidak mau mendengarkan.Ketika Harini mengetahui hal itu, dia marah besar dan langsung pergi ke Aula Baruna dengan membawa kotak makanan.Melihatnya, Yervan hanya bertanya dengan santai, "Kenapa kamu ke sini?""Untuk mengantarkan makanan bagi Yang Mulia. Sesibuk apa pun, Yang Mulia tetap perlu makan," ujar Harini, masih berusaha bicara dengan nada lembut. Bagaimanapun sekarang Yervan telah menjadi kaisar, dia tidak berani terlalu lancang."Baiklah," sahut Yervan sambil tersenyum.Namun, hingga Yervan menyelesaikan pekerjaannya, makanan itu masih tidak tersentuh. Harini masih menahan diri. Hal yang sama terjadi tiga kali. Pada akhirnya, Harini tidak tahan l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status