Hujan di musim gugur membawa hawa dingin. Embun pagi menyelimuti tanah.
Eliska yang tidak sadarkan diri beberapa hari lalu, baru saja sadar. Pada pagi hari, orang-orang di Kediaman Adipati Madaharsa sudah sibuk ke sana kemari.
"Kabarnya, orang yang mendorong Nona Eliska ke dalam air sudah ditangkap. Kemarin, Tuan Raditya sudah menginterogasinya semalaman. Orang itu juga sudah dipukul sampai babak belur, tapi belum berhasil mengetahui dalangnya."
"Sekalipun dipukul sampai mati, terus kenapa? Kalau bukan karena Nona Eliska berumur panjang .... Orang sejahat itu pantas dihukum mati!"
Eliska yang berada di dalam kamar mendengar gosip orang-orang di luar. Perasaannya tidak karuan, tetapi lebih banyak rasa bahagia.
Eliska kembali ke enam tahun yang lalu, saat dia belum dijodohkan dengan Arjuna. Dia tidak perlu merasakan penderitaan diabaikan.
Selain itu, kehidupan lampau Eliska memang termasuk berjalan lancar. Namun, ada beberapa penyesalan yang sulit untuk dilupakan. Kini, dia memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.
"Tubuhmu masih lemah. Kenapa duduk tanpa pakai mantel?" tanya Dwiana, ibu Eliska. Ketika membawakan obat dan melihat putrinya duduk di tempat tidur tanpa memakai mantel, dia mengernyit.
Dwiana meletakkan obat, lalu mengambil mantel bulu putih yang ada di samping. Ketika membungkuk untuk memakaikannya pada Eliska, tiba-tiba dia dipeluk.
"Ibu," panggil Eliska dengan suara tercekat.
Eliska tidak memiliki penyesalan apa pun terhadap kehidupan lampau, kecuali kematiannya. Seorang ibu yang sudah mengalami penderitaan atas kematian putranya, lalu kehilangan putrinya. Dia tidak bisa membayangkan hal semenyakitkan itu.
Dwiana mengelus rambut Eliska. Matanya memerah. Kemudian, dia memeluk Eliska dengan lebih erat sembari menenangkan, "Ibu pasti akan menemukan orang yang mencelakaimu. Eli jangan takut."
Tubuh Eliska seketika gemetaran.
Di kehidupan lampau, Dwiana menemukan bahwa pelaku yang mencelakai Eliska adalah Lestari, selir ayahnya. Namun, satu-satunya saksi sudah dilenyapkan oleh Lestari. Lantaran takut Lestari akan mencelakai Eliska lagi, Dwiana menghukum Lestari meski belum ada bukti yang kuat.
Latar belakang keluarga Dwiana sangat kuat sehingga Keluarga Adipati Madaharsa hanya bisa meredam masalah. Ayahnya, Raditya Madaharsa, sangat membenci Dwiana karena terlalu kejam.
Sejak kejadian itu, pemikiran Dwiana dan Raditya sudah tidak sejalan. Tidak pernah ada kedamaian. Mereka bahkan tidak dikaruniai anak lagi.
Kemudian, satu-satunya kakak Eliska meninggal dunia. Kesehatan Dwiana makin memburuk. Dia hanya sedikit tersenyum saat melihat Eliska. Selebihnya, dia tampak dingin dan seperti tidak bernyawa.
Sementara itu, semua kehormatan yang diraih kakak Eliska semasa hidup, jatuh ke tangan keluarga inti.
Mengenai pria yang ditangkap itu, dia adalah kekasih lama Lestari sebelum menjadi bagian Keluarga Madaharsa. Jadi, dia tidak mau mengakui bahwa Lestari terlibat. Eliska baru mengetahui hal ini setelah menikah dengan Arjuna.
Sayangnya, saat itu semuanya sudah terlambat. Meskipun sudah mengetahui kebenarannya, hubungan Raditya dan Dwiana sudah sulit diperbaiki.
Untung saja, Dwiana tidak akan jatuh ke dalam situasi seperti itu lagi di kehidupan ini.
"Ibu, aku mau bertemu Ayah," tutur Eliska sambil mendongak menatap Dwiana.
"Ayahmu sudah tahu kamu sadar. Dia sedang bergegas pulang. Nanti kamu bisa bertemu dengannya. Sekarang, kamu minum obat dulu," bujuk Dwiana.
Eliska mengambil obat dari tangan Dwiana. Begitu meminumnya, terdengar suara langkah kaki yang mantap. Orang yang datang itu adalah ayahnya.
Pria itu berusia 40 tahun dan bertubuh tinggi. Dia baru kembali dari istana sehingga masih memakai baju pemerintahan. Penampilannya terlihat sangat tegas, tetapi tatapannya penuh kelembutan.
"Eli," panggil Raditya.
"Ayah," balas Eliska seraya tersenyum pada Raditya. Matanya dipenuhi air mata.
"Kamu sudah menderita," ucap Raditya. Ketika melihat wajah Eliska yang makin kurus, dia merasa sangat iba. Biasanya, dia tidak berkedip sekalipun tertusuk pedang. Namun, kali ini dia menitikkan air mata beberapa kali karena masalah putrinya.
"Kali ini, kita harus berterima kasih pada Putra Bangsawan Arjuna dan Tuan Pradipta. Kalau bukan karena bantuan mereka, mungkin ...," ujar Raditya yang tidak sanggup meneruskan perkataannya. Dia hampir saja berpisah dengan putrinya untuk selamanya.
Ketika Eliska mendengar nama Arjuna lagi, kenangan masa lalu terlintas di benaknya. Hatinya terasa sangat pedih dan nyeri. Arjuna memang tidak menyukainya, tetapi Eliska benar-benar menganggap Arjuna sebagai suaminya.
Begitu mendengar nama Pradipta, Eliska merasa asing. Di kehidupan lampau, Eliska sakit untuk waktu yang cukup lama. Dia hanya mengingat bahwa yang menolongnya adalah Arjuna dan putra Keluarga Bramantya. Ketika pergi berkunjung, Eliska juga tidak pernah bertemu dengannya.
"Tuan Pradipta?" tanya Eliska.
"Pradipta baru kembali ke ibu kota bulan ini. Kamu tentu nggak kenal dia. Setelah kondisimu membaik, minta ibumu membawamu ke Kediaman Raja Kawiswara dan Kediaman Bramantya untuk berterima kasih," sahut Raditya.
Eliska tidak ingin bertemu dengan Arjuna lagi. Akan tetapi, urusan ini tidak bisa ditunda. Dia pun terpaksa mengangguk sebelum bertanya lagi, "Ayah, bagaimana hasil interogasi orang yang mendorongku?"
"Dia cukup keras kepala, Tapi, Ayah punya cara," jawab Raditya sambil tertawa dingin.
Eliska ingin mengatakan sesuatu, tetapi ragu.
Melihat keraguan Eliska, Raditya meyakinkan, "Di depan Ayah, kamu bisa katakan yang ada di pikiranmu. Nggak apa-apa."
Eliska menunduk sembari berkata, "Ayah, orang itu kekasih lama Bibi Lestari. Apa mungkin Bibi Lestari yang mencelakaiku?"
Eliska mengatakannya lebih dulu. Bagaimanapun, masalah ini tidak bisa disalahkan pada ibunya. Lagi pula, hubungan gelap kedua orang itu memang benar. Meskipun tidak bisa mendapatkan bukti bahwa Lestari yang mencelakai Eliska, Lestari setidaknya tidak akan lolos begitu saja.
Ekspresi Raditya sedikit berubah. Dia bertanya, "Apa buktimu?"
"Aku pernah melihat orang itu berpelukan dengan Bibi Lestari," jawab Eliska.
Di kehidupan lampau, Eliska tidak sadar orang yang dia lihat sedang berpelukan sebelum dirinya terjatuh ke dalam air, ternyata Lestari dan pria itu. Dia hanya mendengar pria itu memanggil nama Yuni.
Dulu, Eliska tidak tahu siapa itu Yuni. Setelah hidup di kehidupan ini, dia baru tahu semuanya dengan jelas, ternyata Yuni adalah nama lama Lestari. Lestari mencelakai Eliska karena mengira Eliska telah memegergoki hubungan gelapnya.
Begitu memikirkan hal ini, raut wajah Raditya makin muram. Selingkuh saja sudah salah. Bisa-bisanya Lestari juga mau menghabisi nyawa putri kesayangannya. Jika ini benar, dia tidak akan mengampuni Lestari.
Dwiana menyindir, "Orang-orang di sisimu itu memang sangat baik."
Meskipun Lestari adalah selir yang dinikahkan karena paksaan ibunya, kali ini Raditya juga tidak bisa membantah. Dia hanya bisa menerima sindiran istrinya dan berkata dengan lembut, "Kamu tenang saja. Aku pasti akan memberikan keadilan untuk Eli."
....
Setelah ada titik terang, masalah Eliska yang terjatuh ke dalam air diselidiki dengan sangat cepat.
Orang kepercayaan Raditya pergi ke selatan untuk mengunjungi kampung halaman Lestari. Dia mendapat informasi bahwa Lestari dan pria itu adalah teman masa kecil. Kemudian, Lestari dijual orang tuanya dan diselamatkan Gayatri, ibunya Raditya.
Gayatri menjadikan Lestari sebagai pelayan. Setelah cukup lama, Gayatri melihat Lestari sangat cerdas. Dia pun menikahkan Lestari pada Raditya.
Raditya memakai nama Lestari untuk mengancam orang yang mendorong putrinya. Pria itu mengira Raditya sudah tahu semuanya. Pada akhirnya, dia mengaku.
Kebenarannya persis yang dikatakan Eliska. Lestari takut hubungan gelapnya terbongkar. Itu sebabnya, dia merencanakan untuk melenyapkan Eliska.
Raditya tidak menyangka ternyata ada wanita sejahat itu di sisinya.
Kondisi Eliska belum pulih, tetapi Lestari sudah dihukum oleh Dwiana yang merupakan istri sah. Meskipun Lestari adalah orangnya Gayatri dan selalu mendapatkan perlakuan istimewa, kali ini Gayatri sama sekali tidak menghalangi.
Dwiana memang tidak membahas hal ini di hadapan Eliska. Namun, melihat ibunya bersikap setenang itu dan tidak pernah membahas tentang Lestari, Eliska bisa menebak bagaimana Lestari akan berakhir. Ibunya bukan orang yang bisa terima diperlakukan tidak adil.
Eliska masuk angin karena kedinginan, jadi dia hanya bisa beristirahat. Kakak keduanya masih berada di luar perbatasan.
Selain keluarga inti dan keluarga Dwiana yang menjenguknya beberapa kali, dia tidak pernah bertemu orang luar. Bisa dibilang, hidupnya tenang untuk sementara.
Dua minggu kemudian, Eliska akhirnya bisa turun dari tempat tidur.
"Beberapa hari lagi, ada jamuan untukmu di kediaman. Entah wajahmu bisa kembali gemuk lagi atau nggak," ucap Dwiana mengeluh.
"Menurut Ibu, sekarang aku sudah nggak cantik?" tanya Eliska.
"Kamu putri Ibu. Bagaimana mungkin nggak cantik?" timpal Dwiana dengan percaya diri. Dulu, dia termasuk terkenal cantik di ibu kota. Raditya juga termasuk tampan dan berbakat. Anak-anak mereka tentu tidak kalah tampan dan cantik.
Namun, Eliska sudah akan genap berusia 15 tahun. Dia malah baru mulai tumbuh tinggi. Pertumbuhannya cukup lambat dibandingkan gadis lain. Tubuhnya yang kurus membuatnya terlihat lebih mungil.
Dwiana benar-benar khawatir beberapa pemuda yang dia pertimbangkan akan diambil orang lain lebih dulu.
Keluarga Raja Kawiswara memiliki dua putra, Arjuna Rajendra dan Banyu Rajendra. Mereka bukan hanya diincar oleh banyak keluarga, bahkan diperhatikan oleh Keluarga Adipati Nismara. Dwiana tidak mau ikut berebut, jadi mereka tidak termasuk ke dalam pertimbangan.
Putra bungsu Keluarga Pradaya memang punya latar belakang keluarga yang baik. Sayangnya, ibunya sangat dominan. Dwiana tidak rela membiarkan Eliska menjadi menantu mereka.
Mengenai Keluarga Bramantya, status keluarga mereka sedikit lebih rendah. Dwiana tidak akan membiarkan putrinya menderita di keluarga itu.
Ketika Dwiana hendak mengesampingkan Keluarga Bramantya, tiba-tiba sosok Pradipta yang menyelamatkan Eliska saat itu tebersit di benaknya. Hal ini membuatnya berpikir sejenak.
Kabarnya, Pradipta berbakat dan berpengetahuan. Parasnya juga tampan. Sikapnya juga tidak arogan seperti putra keluarga bangsawan. Dia rendah hati, sopan, dan sepertinya mudah bergaul.
Dwiana mulai tertarik pada Pradipta, tetapi dia tidak membahasnya dengan Eliska. Dia akan mencari tahu semuanya untuk putrinya lebih dulu, lalu memberitahunya. Jika tidak memenuhi standar, masalah ini akan dianggap berlalu.
Dalam sekejap, hari perjamuan Keluarga Adipati Madaharsa telah tiba. Setelah Eliska lolos dari maut, Gayatri ingin menciptakan keramaian untuk mendatangkan kebahagiaan.
Ini adalah pertama kalinya Eliska muncul setelah kejadian terjatuh ke dalam air. Dia memang terlihat agak kurus, tetapi kulitnya halus, tubuhnya tinggi, alis dan matanya sangat menawan. Ketika tersenyum, kedua matanya terlihat begitu jernih seperti telaga yang tenang.
Gaun hijau muda dengan ukiran hijau zamrud sangat cocok saat dikenakan Eliska. Gaun ini membuat kecantikannya menonjol, seakan-akan bunga yang baru mekar. Begitu dia muncul, hampir semua pandangan tertuju padanya.
Eliska menemani Gayatri dan Dwiana menyambut para tamu lebih dulu. Kemudian, dia menoleh ke meja anak-anak seusianya. Di sana ada putri-putri bangsawan ibu kota. Semuanya memiliki kecantikan masing-masing. Pemandangan ini pantas disebut bunga-bunga yang bermekaran di taman.
"Belakangan ini, kamu kelihatan makin dewasa. Nggak sampai setengah tahun, pasti akan ada banyak pelamar yang berbondong-bondong ke Kediaman Madaharsa," goda Ayuna Pradaya saat melihat Eliska duduk.
Ayuna adalah putri ketiga Keluarga Pradaya. Dia sudah bertunangan dengan Giandra Madaharsa, kakaknya Eliska. Hubungan Eliska dengannya juga sangat akrab.
"Kamu nggak ada kerjaan, ya? Untuk apa menggodaku?" timpal Eliska.
"Saat itu, kamu diselamatkan Arjuna. Bagaimana perasaanmu?" tanya Ayuna. Kemudian, dia berbisik di telinga Eliska dan bertanya lagi, "Apa kamu makin jatuh hati padanya?"
Eliska seketika tertegun. Setelah beberapa saat, dia mengernyit dan tidak membalas Ayuna.
Selain Ayuna yang menyadarinya, tidak ada satu pun orang yang tahu bahwa Eliska menyukai Arjuna. Ketika diselamatkan di kehidupan sebelumnya, Eliska sudah lama merasa gembira. Kini, perasaannya sangat tidak karuan.
Eliska menatap gadis yang ada di depannya. Senyuman di matanya tampak sangat lembut dan anggun. Dia Adelia Nismara, putri kedua Keluarga Adipati Nismara dan gadis yang disukai Arjuna.
Adelia adalah gadis terkenal di ibu kota yang berparas cantik dan menguasai enam seni. Dia juga gadis yang paling dikagumi oleh Eliska.
Adat di Yardan memang tidak terlalu ketat. Namun, pria dan wanita tetap duduk terpisah.
Eliska tanpa sadar mencari sosok yang familier di tempat duduk pria. Arjuna pernah menjadi suaminya selama tiga tahun. Mereka juga sudah berbagi ranjang.
Arjuna yang sekarang baru genap berumur 20 tahun. Tubuhnya berbeda dengan dirinya di masa depan. Namun, Eliska bisa menemukan sosok Arjuna dengan mudah.
Arjuna mengenakan jubah sutra berwarna hitam. Hidungnya mancung. Paras yang tampan dan bentuk wajah yang tegas saling melengkapi. Ini membuatnya tampak dingin dan berwibawa.
Pandangannya tanpa sadar melirik ke tempat duduk wanita. Jika diperhatikan dengan saksama, dia hanya melihat satu orang, seolah-olah hanya tersisa orang itu di dunia ini.
Di kehidupan lampau, Eliska yang berada di situasi ini sama sekali tidak tahu bahwa Arjuna suka pada Adelia. Eliska duduk tepat di belakang Adelia. Dia selalu mengira Arjuna sedang menatap dirinya.
Kala ini, Eliska merasa sangat tidak nyaman. Dia masih belum sepenuhnya melepaskan identitasnya sebagai istri Arjuna. Sekarang, dia hanya merasa bahwa suaminya berselingkuh.
Eliska teringat dengan malam pernikahannya. Saat itu, Arjuna sama sekali tidak tidur sekamar dan menyentuhnya. Setelah menikah tiga bulan, Arjuna baru masuk ke kamar Eliska. Selesai berhubungan, Eliska memanggil Arjuna dengan manja, tetapi Arjuna tidak segera meresponsnya.
"Apa Arjuna sedang menatapmu?" tanya Ayuna tiba-tiba.
Eliska seolah-olah disiram air dingin. Berbagai kepedihan di kehidupan lampau seketika muncul di dalam benaknya. Hal ini membuatnya hatinya sangat terluka.
Namun, Eliska justru tersenyum sembari menimpali dengan pelan, "Kak Ayuna, sudah terlalu banyak orang yang mau menjadi menantu Keluarga Raja Kawiswara, tapi jelas bukan aku. Ke depannya, jangan goda aku seperti ini lagi."
Eliska tidak ingin merasa sakit hati lagi. Di kehidupan ini, dia tidak akan merendahkan diri demi sebuah pernikahan. Masih ada banyak pria di dunia ini.