Banyu merasa canggung mendengar pertanyaan itu. Dia tidak pernah digoda tentang masalah asmara sebelumnya, jadi dia sangat tidak terbiasa. Namun, hal itu tidak kentara karena ekspresi wajahnya yang selalu datar.
"Aku bukan tipe orang yang akan dipengaruhi gadis cantik. Kamu tenang saja," ujar Banyu sambil duduk tegak.
Melihat sikap serius Banyu, Nindia tidak punya pilihan selain berhenti menggodanya. Diam-diam, dia mengeluh betapa membosankan kakaknya itu.
Arjuna tahu bahwa Banyu bertemu Eliska tadi, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Trik Eliska tidak sehebat itu hingga Arjuna perlu merasa khawatir.
Para gadis bangsawan sudah berganti pakaian untuk pesta api unggun malam itu. Meskipun tidak semewah dan seindah biasanya, pakaian mereka tetap unik, jelas merupakan buah pemikiran cermat mereka.
Eliska mengenakan pakaian pas tubuh berwarna terang. Desain aksesori rambutnya juga tidak mencolok. Penampilannya dibuat sesederhana mungkin.
"Semua tuan muda di ibu kota ada di sini. Kenapa kamu berpakaian begitu sederhana?" tanya Ayuna sambil menatap Eliska.
Eliska memang cantik natural, tetapi dengan pakaian seperti ini, dia sama sekali tidak akan menarik perhatian di tengah keramaian.
Eliska memang sengaja berdandan seperti ini supaya tidak mencolok. Sebelum dirinya bertunangan di kehidupan lampau, Eliska harus menghadapi beberapa pelamar yang tidak menyenangkan.
Salah satuya adalah Yanuar, Pangeran Keenam. Jika bukan karena pertunangannya dengan Arjuna, dia mungkin akan dipaksa menjadi selir pemuda itu.
Di antara para pangeran, saat ini hanya Yanuar yang berada di ibu kota. Dia pasti datang ke perburuan musim gugur. Eliska tidak ingin menarik perhatiannya.
"Kak Ayuna, aku datang untuk berlatih berkuda dan memanah, bukan untuk memilih pendamping," ujar Eliska sambil tersenyum.
"Nggak apa-apa kalau begitu. Mendapat terlalu banyak perhatian juga bukan hal yang baik," sahut Ayuna. "Aku harus menyiapkan para penari sebentar lagi. Aku akan mencarimu lagi setelah senggang."
Putri Keluarga Pradaya ini cukup ahli dalam musik dan tari. Setya, sang kepala keluarga bekerja di Kementerian Ritus dan bertanggung jawab atas upacara, ritual, dan sejenisnya.
Setiap kali tamu asing datang, Keluarga Pradaya selalu bertugas mengatur para penari. Kali ini, tanggung jawab diserahkan pada Ayuna.
Eliska mengangguk.
Jamuan makan dimulai pada sore hari. Para gadis bangsawan ibu kota datang dengan pesona mereka masing-masing. Begitu mereka muncul, seakan-akan ada ratusan bunga yang tiba-tiba bermekaran.
Ada Adelia yang anggun seperti bunga teratai, murni dan tanpa terkesan menggoda. Nindia yang ceria dan lincah bak bunga sepatu. Ada pula Kendhis Lawana yang cantik dan angkuh seperti anggrek. Banyak sekali gadis cantik yang berkumpul di sana.
Kemunculan mereka seketika menimbulkan kegaduhan di tengah para tuan muda yang belum bertunangan.
Giandra mencari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan adiknya. Tiba-tiba, seseorang menarik lengan bajunya dan memanggilnya.
Giandra menunduk dan melihat seorang gadis berpakaian warna terang. Dia tidak lain adalah adik yang sedang dicarinya.
Biarpun wajah Eliska sangatlah menawan, pakaiannya begitu polos dan tidak menarik perhatian. Jika tidak memperhatikannya secara khusus, dia mungkin bisa dikira pelayan.
"Kak, apa aku boleh pinjam kuda besok?" tanya Eliska, duduk di samping Giandra.
Eliska ingin memenangkan gelar Gadis Berbakat. Medan Gunung Merobu terjal dan berliku-liku. Jika dia berlatih berkuda dan memanah dengan baik di sini, memperoleh nilai tertinggi dalam ujian seharusnya tidak akan menjadi masalah.
"Kamu nggak pandai berkuda, bahaya kalau berlatih di sini," tolak Giandra.
Eliska melirik Pradipta yang duduk tegak di seberangnya. Pemuda itu tengah menatapnya. Tatapannya begitu lekat, bahkan ada binar sayang di sana. Seakan-akan hatinya rapuh karena kehilangan sesuatu dan telah mendapatkannya kembali.
Eliska melempar senyum cerah padanya. Pradipta tertegun sejenak, lalu segera menoleh ke arah lain. Meskipun wajahnya tidak menunjukkan perubahan ekspresi, telinganya terlihat sedikit memerah.
Eliska berpikir sejenak sebelum berkata, "Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk berlatih. Kak, tolong tanyakan pada Tuan Pradipta apa dia bersedia mengajariku berkuda."
Giandra adalah seorang pejabat sipil, dia tidak ahli dalam bela diri. Di antara para tuan muda di sini, memang lebih pas untuk meminta bantuan Pradipta.
Pertama, Pradipta orang yang jujur, bukan tipe yang akan bermain-main dengan wanita. Kedua, keterampilan berkuda dan memanahnya memang sangat baik. Selain itu, Eliska juga tidak keberatan berdekatan dengannya.
Giandra sedikit dilema, tetapi akhirnya berkata, "Sebenarnya Tuan Pradipta juga menanyakan hal ini padaku. Dia bilang kalau kamu nggak mengerti sesuatu, kamu bisa tanya padanya."
Eliska sempat khawatir ada orang lain yang mendahuluinya meminta bantuan pada Pradipta. Meskipun Keluarga Bramantya bukan keluarga yang menonjol di ibu kota, Pradipta tetap sangat menarik di mata para gadis. Setelah mendengar perkataan Giandra, Eliska merasa lega.
Kaisar Zuhair dan Putri Belani tiba belakangan.
Usia Zuhair sudah di atas 50 tahun, tetapi rambutnya masih belum beruban. Sosoknya energik dan aura kaisarnya begitu mendominasi seperti dewa.
Putri Belani memiliki fitur wajah yang khas, sedikit berbeda dari orang-orang Yardin. Dia juga gadis yang sangat cantik.
Yang datang bersama mereka adalah Arjuna dan Yanuar. Keduanya adalah saudara sepupu. Ibu Yanuar, Selir Agung Marani, adalah adik Raja Kawiswara dan saat ini sangat disayangi Kaisar.
Selain para pangeran, satu-satunya yang memiliki kualifikasi untuk menemani Kaisar di acara seperti ini adalah Arjuna. Bukan tanpa alasan orang-orang berkata bahwa Raja Kawiswara adalah kerabat yang paling dihargai Kaisar.
"Yang Mulia, para gadis Yardin benar-benar secantik dewi yang turun dari surga. Aku sampai silau dengan pesona mereka," ujar Putri Belani.
"Apa pemuda di Yardin nggak tampan?" balas Zuhair sambil tersenyum.
"Itu karena aku bertemu giok murni seperti Putra Bangsawan Arjuna dan Pangeran Yanuar dulu. Biarpun yang lainnya juga tampan, mereka jadi nggak terlihat memukau," kata Putri Belani.
Putri Belani berkata begitu sambil melirik Arjuna. Pemuda itulah yang menjemputnya di ibu kota. Pada pertemuan pertama itu, bunga seperti kehilangan wanginya dan giok seperti luntur pesonanya. Daya tarik putra bangsawan itu seperti bunga plum, wangi hingga meresap ke dalam tulang.
"Karena kamu merasa keponakanku seperti giok murni, bagaimana kalau aku menjodohkanmu dengannya?" goda Zuhair sambil memandang Arjuna.
Kata-kata ini mengejutkan banyak orang. Eliska tahu bahwa sang putri ingin mencari pendamping, tetapi dia tidak menduga pilihannya akan jatuh pada Arjuna. Bahkan wajah Adelia juga sedikit memucat.
Eliska menatap Arjuna dan tidak menemukan perubahan ekspresi di wajahnya. Setelah dia memikirkannya sejenak, dia mengerti.
Raja Kawiswara memegang kekuasaan militer. Mana mungkin putranya akan diizinkan menjadi pendamping putri dari negara asing?
Zuhair hanya berkata seperti itu untuk menguji Arjuna. Dia mungkin ingin tahu pendapat pemuda itu tentang pernikahannya.
Zuhair memercayai Raja Kawiswara, tetapi dia tidak ingin ambisi Keluarga Raja Kawiswara tumbuh terlalu besar. Yang diinginkan para penguasa adalah konflik internal di antara para menterinya, bukan aliansi yang kuat.
"Apa Yang Mulia benar-benar bersedia membiarkan Putra Bangsawan Arjuna menjadi suamiku?" tanya sang putri dengan mata berbinar. Tampaknya dia menganggap serius kata-kata Kaisar.
Masih sambil tersenyum, Zuhair menjawab, "Itu tergantung keputusan Arjuna sendiri. Aku nggak bisa memaksanya."
Putri Belani menatap Arjuna dengan penuh semangat.
Arjuna berkata pada Zuhair, "Biarpun perang di Surtara sudah berakhir, masih butuh waktu hingga situasi benar-benar stabil. Ayahku belum kembali dalam kemenangan. Aku belum ingin mempertimbangkan pernikahan untuk saat ini."
Eliska sudah menduga Arjuna akan menggunakan Raja Kawiswara sebagai alasan untuk menolak. Raja Kawiswara telah memenangkan perang tahun lalu dan sekarang sedang memerintah Surtara. Kaisar tentu harus menunjukkan rasa hormatnya.
Eliska melirik Adelia lagi. Terlihat jelas bahwa gadis itu sudah merasa lebih tenang.
Putri Belani tetap ceria, sama sekali tidak terlihat sedih karena ditolak. Dia berkata, "Putra Bangsawan Arjuna, kalau kamu sudah mengenalku dengan lebih baik, kamu akan tahu betapa baiknya aku."
"Putri adalah gadis hebat yang berstatus tinggi. Hanya saja, itu bukan ambisiku," sahut Arjuna dengan sopan.
Zuhair berujar, "Karena Arjuna mengkhawatirkan urusan negara, aku nggak akan mempersulitnya. Masih ada banyak pemuda hebat di Yardin, aku akan carikan suami yang baik untuk Putri."
Jamuan makan dilanjutkan dengan pertunjukan menyanyi dan menari. Putri Belani memperagakan Tarian Pedang Belani yang sangat heroik dan berani. Orang-orang bertepuk tangan takjub melihatnya.
Saking tidak mencoloknya, Eliska yang duduk di sebelah Giandra hampir transparan. Bukan saja Yanuar, bahkan mata Arjuna yang luar biasa tajam pun tidak memperhatikannya.
Namun, Eliska tidak bisa menikmati tarian pedang Putri Belani dengan tenang. Seorang pelayan diam-diam menghampirinya dan berbisik, "Nona Eliska, Nona Ayuna mencarimu."
Melihat ekspresi panik si pelayan, Eliska tahu pasti telah terjadi suatu masalah. Dia segera mengikuti pelayan itu pergi.
Di belakang panggung, air mata Ayuna hampir tumpah. Dia berucap dengan panik, "Eli, aku harus bagaimana?"
"Kak Ayuna, ceritakan pelan-pelan. Ada apa?" tanya Eliska.
Ayuna menata emosinya, lalu menjelaskan akar permasalahan. Dia telah merancang koreografi tarian, tetapi dia melalaikan sesuatu.
Yang diperhatikan Ayuna adalah penampilan tarian itu terlihat bagus. Namun, seorang penari baru saja mengingatkan suatu hal yang sangat penting.
Salah satu segmen dalam tarian, yakni "Tubuh Giok Berbaring", hanyalah gerakan tarian biasa di Yardin. Namun, itu adalah tarian terlarang di Belani yang menyindir kebejatan keluarga kerajaan.
Jika gerakan tari ini ditampilkan di hadapan Putri Belani, seperti apa dampaknya pada kedua negara nanti? Yang jelas, Ayuna tidak akan sanggup menanggungnya.
"Tarian ini nggak boleh ditampilkan," kata Eliska dengan tenang.
Ayuna mengangguk dan berujar, "Rencananya aku mau ganti ke Tarian Tekuk Pinggang. Para penari sudah sering berlatih tarian ini, jadi nggak akan ada kesalahan. Hanya saja ... kami masih kurang satu orang."
Eliska menangkap maksud Ayuna. Dia memang bisa menarikan Tarian Tekuk Pinggang, tetapi seorang gadis bangsawan harus menjaga kehormatannya. Jika Eliska ketahuan menari dengan penari lain di acara seperti ini, reputasinya akan tercoreng. Martabat keluarga adipati juga akan terpengaruh.
Namun, Ayuna adalah calon menantu Keluarga Adipati Madaharsa. Jika Keluarga Pradaya tertimpa masalah, keluarga adipati juga akan ikut terseret.
Eliska mempertimbangkan pilihannya dalam hati. Bagaimanapun, Ayuna selalu memperlakukannya dengan baik dan tulus. Dia juga tidak akan meminta bantuannya jika tidak benar-benar terdesak.
"Kak Ayuna, ini adalah rahasia kita berdua. Kalau ada yang tanya, katakan saja aku nggak enak badan dan sedang beristirahat di tendamu," ucap Eliska.
Ayuna mengangguk, lalu berkata pada pelayannya, "Kenakan pakaian Eli dan berbaringlah di tenda. Kalau ada yang masuk, jangan bicara. Pura-pura tidur saja."
Eliska pergi ke belakang layar dan segera mengenakan kostum tari yang memang dirancang untuk menonjolkan lekuk tubuhnya. Begitu dia keluar sesudah berganti pakaian, Ayuna bahkan tersipu melihatnya.
Eliska mengikuti Ayuna mendekati para penari, lalu berlatih sebentar. Untuk menyembunyikan identitasnya dari para penari, Eliska mengenakan cadar dan tidak berbicara. Kemudian, dia mengikuti para penari naik ke atas panggung.
Posisi Eliska tidak berada di tengah-tengah, tetapi dia merasakan banyak pasang mata mengawasinya, baik sengaja maupun tidak sengaja.
Eliska melirik ke arah Pradipta. Pemuda itu tengah mengernyit. Tatapan Eliska beralih ke arah Arjuna. Keduanya saling bertatapan untuk sesaat. Kemudian, dia memandang ke kursi kosong di sebelah Giandra.
Jantung Eliska berdebar-debar. Hawa dingin menjalar ke punggungnya. Namun, sekarang bukan waktunya untuk berpikir macam-macam.
Begitu musik didendangkan, Eliska mulai menari dengan gerakan anggun. Ketika dia mengangkat lengan baju dan memutar pinggangnya, tak seorang pun yang bisa mengalahkan pesonanya.
Kecantikan seorang wanita sangatlah memikat. Banyak pemuda yang matanya terpaku pada tubuh Eliska.
Di tengah tarian, Eliska bertukar posisi dengan penari di sebelahnya. Kini, dia berdiri tepat di depan Arjuna.
Eliska sedikit malu untuk menari dengan begitu sensual di hadapan Arjuna. Bahkan saat ingin membujuk pemuda itu bercinta di kehidupan lampau, dia juga tidak pernah segenit ini.
Arjuna melirik pinggang Eliska sejenak, lalu dia mengangkat gelas anggurnya. Sambil menyesap minumannya dengan tenang, matanya kembali sesekali melirik pinggang gadis itu.
Untung saja Eliska bisa menyembunyikan rasa malunya di balik cadar. Tarian itu terasa sangat panjang baginya.
Begitu sesi tarian berakhir, Eliska buru-buru kabur. Saat itu, dia tidak sengaja melihat Yanuar sedang menatapnya, tepatnya ke arah dadanya.
Yanuar adalah orang yang paling ingin dijauhi Eliska. Makin dekat seseorang dengan kekuasaan istana, makin berbahaya pula dirinya.
Di kehidupan lampau, Eliska sangat sering ditindas Yanuar. Di satu sisi, pemuda itu meremehkannya, tetapi di sisi lain dia juga memaksa Eliska menjadi selirnya.
Eliska berjalan secepat yang dia bisa.
"Para penari dari Kementerian Ritus ini menarik juga," gumam Yanuar sambil memandangi punggung para penari yang berjalan pergi.
Arjuna hanya mengelus gelasnya, tidak berkata apa-apa.