Share

Bab 8

Author: Citra Lestari
"Ah, maaf. Aku lupa kalau Kak Arjuna nggak peduli dengan para penari. Bahkan para penari Suku Surtara di kediamanku juga nggak pernah menarik perhatianmu," kata Yanuar.

Bagi Yanuar, Banyu adalah si dungu yang tidak mengerti masalah asmara. Di sisi lain, Arjuna mengerti segalanya, tetapi tidak begitu tertarik. Ambisi Arjuna hanya berkaitan dengan kekuasaan.

Keluarga Raja Kawiswara adalah keluarga ibu Yanuar. Jadi, dia senang-senang saja melihat pengaruh Keluarga Raja Kawiswara kian besar.

"Para penari Suku Surtara yang kubawa itu bukan untuk hiburanmu," ujar Arjuna dengan tenang.

"Kak Arjuna, terkadang nggak ada garis batas yang jelas antara urusan resmi dan pribadi," balas Yanuar sambil tersenyum tipis. Kemudian, dia memanggil pelayannya dan berkata, "Pergi dan tanyakan tentang identitas para penari cantik tadi."

Ketika Arjuna menatap ke arah Giandra lagi, dia menyadari Pradipta juga tengah memandang ke tempat yang sama. Senyuman dingin dan cuek terlihat sekilas, lalu menghilang dengan cepat dari wajahnya.

....

Eliska kembali ke belakang panggung, berganti pakaian secepat kilat, lalu bergegas pergi ke tenda Ayuna.

"Eli, aku benar-benar nggak tahu bagaimana harus berterima kasih padamu," ucap Ayuna sambil menggenggam tangan Eliska. Bahkan dia masih sedikit gemetar ketakutan. Hatinya sekarang terasa sangat lega, tetapi air matanya mengalir tanpa bisa ditahan.

Eliska memeluk erat gadis itu dan menyeka air matanya. Katanya, "Kak Ayuna, kamu tahu kalau aku selalu menganggapmu seperti kakakku sendiri. Aku nggak ingin kamu tertimpa masalah."

"Mulai sekarang, hidupku ini adalah milikmu. Kalau kamu punya masalah, aku akan mengusahakan segalanya untuk membantumu," janji Ayuna.

Eliska samar-samar merasakan bahwa hubungan mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Hal ini membuatnya gembira dan tersentuh.

"Kak Ayuna, kalau ada yang menanyakan tentang penari itu, cari saja gadis yang sosoknya mirip denganku untuk menipu mereka," pesan Eliska. Sekarang malam hari, jadi seharusnya orang-orang tidak bisa melihat sosoknya dengan terlalu jelas.

Ayuna juga tahu bahwa Eliska memang terlalu menarik perhatian kali ini. Berhubung orang lain mengira dia hanya seorang penari, bukan tidak mungkin ada yang berniat untuk mendapatkannya.

"Tenang saja, nggak ada yang akan menebak kalau itu adalah kamu," ujar Ayuna.

Eliska hanya tersenyum pahit dalam hati. Seseorang sudah mengenalinya.

Eliska tidak kembali ke acara jamuan. Meskipun risiko terjadi masalah cukup rendah, dia terus berpikir sepanjang malam apakah perbuatannya akan diketahui semua orang. Jika ketahuan semua orang, bagaimana dia bisa melindungi reputasi keluarga adipati?

Namun, Eliska rasa dia sudah mengambil pilihan terbaik. Takdir keluarga adipati dan Keluarga Pradaya kini sudah terikat. Mereka akan berjaya dan jatuh bersama.

Jika Keluarga Pradaya melakukan sesuatu yang mempermalukan negara, Ayuna akan dijatuhi hukuman mati dan keluarga adipati juga pasti ikut terseret. Karier ayahnya, pamannya, dan kedua kakak laki-lakinya juga akan terpengaruh. Hal ini jauh lebih buruk daripada rusaknya reputasi Eliska.

Berbagai pemikiran ini membuat Eliska tidak bisa tidur semalaman. Esok harinya, gadis itu jatuh sakit.

Tabib istana yang ikut pergi memeriksa denyut nadinya. Eliska didiagnosis sakit karena terlalu banyak pikiran. Ditambah kondisi tubuhnya yang lemah, dia pun masuk angin.

Ayuna tidak keluar tenda untuk bermain, melainkan merawatnya dengan perhatian. Suara orang-orang pergi berburu terdengar menyenangkan. Sayang sekali, Ayuna dan Eliska tidak bisa ikut.

"Tebakanmu benar. Banyak yang datang dan bertanya tentang penari itu, tapi aku mengusir mereka semua," kata Ayuna.

Tubuh Eliska terasa lesu dan tidak bersemangat.

Ayuna teringat sesuatu, lalu menambahkan, "Oh iya, barusan aku bertemu Putra Bangsawan Arjuna. Dia bertanya tentang kondisimu."

Eliska sedikit panik saat mendengar Arjuna bertanya tentangnya. Katanya, "Dia hanya tanya tentang kondisiku?"

"Dia tanya apa kamu sudah merasa baikan, hanya itu," jawab Ayuna.

Eliska tidak tahu apa maksud Arjuna dengan tiba-tiba bertanya seperti itu. Sekarang dia hanya bisa bersabar dan menunggu.

Menjelang sore, Giandra datang menengok Eliska. Pradipta juga ikut bersamanya.

Eliska tidak seharusnya menerima tamu pria yang bukan keluarga di tenda. Namun, berhubung ada kakaknya di sini, jadi tidak apa-apa.

"Kak Giandra, Tuan Pradipta," sapa Eliska.

"Sebelum kita pergi, Bibi sudah berpesan agar aku menjagamu baik-baik. Tapi, sekarang kamu malah sakit. Aku nggak tahu bagaimana harus menjelaskannya pada Bibi nanti," keluh Giandra.

Eliska mengulum senyum dan berkata, "Aku akan sembuh dalam beberapa hari, Kakak nggak usah khawatir. Aku masih harus berlatih berkuda dan memanah. Tuan Pradipta, aku akan merepotkanmu lagi."

Sambil berkata begitu, Eliska menatap Pradipta. Raut wajah pemuda itu terlihat sangat cuek. Eliska belum pernah melihatnya sedingin itu sebelumnya.

Pradipta yang menyadari tatapan Eliska lantas menyahut datar, "Nggak masalah."

Eliska tidak berkata lebih banyak. Di kehidupan lampau, dia sudah terbiasa diperlakukan dingin oleh Arjuna. Dia sudah terlalu malas untuk meladeninya.

Dua hari kemudian, Eliska sudah lebih berenergi. Ketika dia tiba di arena berkuda, dari kejauhan dia melihat Pradipta yang duduk di samping sebuah batu. Eliska penasaran apakah pemuda itu sedang menunggunya.

Lantaran sikap Pradipta yang dingin tempo hari, Eliska tidak memberitahunya kapan dia akan berlatih berkuda. Dia juga tidak tahu apakah pemuda itu datang atau tidak selama beberapa hari terakhir.

"Tuan Pradipta," panggil Eliska seraya berjalan mendekat.

Pradipta berdiri, membersihkan debu yang sebenarnya tidak ada dari pakaiannya. Dia membalas, "Nona Eliska."

"Apa kamu selalu menungguku di sini selama beberapa hari ini?" tanya Eliska.

Pradipta menatapnya, lalu mengangguk pelan.

Hati Eliska sedikit luluh. Dia berkata dengan nada yang lebih ramah, sekaligus diliputi rasa bersalah, "Seharusnya aku kasih tahu kapan aku akan datang. Maaf membuatmu menunggu sia-sia."

Pradipta tampak tidak peduli dan mulai mengajari Eliska berkuda. Dia mengajar dengan serius dan profesional.

Hanya dalam waktu singkat, Pradipta sudah bisa melihat kelemahannya. Namun, sikap Pradipta masih acuh tak acuh dan tidak banyak bicara. Dia hanya menjawab saat ditanya.

Eliska mulai kesal lagi dan langsung berkata, "Tuan Pradipta, sikapmu ini mirip sekali dengan seseorang."

Pradipta menoleh, lalu bertanya dengan tenang, "Mirip siapa?"

Eliska menurunkan pandangan, tidak berkata apa-apa. Seperti Arjuna. Bukan Arjuna yang sekarang, tetapi Arjuna saat menjadi suaminya di kehidupan lampau.

"Tuan Pradipta, kalau ada kesalahan yang kubuat selama beberapa hari ini, kamu bisa katakan padaku," ujar Eliska.

Gadis itu memikirkannya sejenak, lalu melanjutkan, "Kita pernah berinteraksi sebelumnya, jadi aku tahu kamu bukan orang yang dingin. Aku nggak suka diabaikan, rasanya sedikit menyakitkan."

Pradipta terdiam sejenak, lalu berkata, "Nona Eliska ... kamu salah satu dari antara para penari hari itu, 'kan?"

Begitu hal itu diungkit, tubuh Eliska sontak meringkuk, seolah-olah titik lemahnya baru saja diketahui orang lain.

"Para penari itu diatur oleh Nona Ayuna. Aku rasa Nona Ayuna pasti mengalami masalah tertentu, tapi Nona Eliska nggak seharusnya mengambil risiko sebesar itu," ucap Pradipta.

"Aku juga ketakutan setelahnya. Ke depannya aku akan lebih berhati-hati. Tolong rahasiakan hal ini, Tuan Pradipta," mohon Eliska.

Pradipta mengernyit dan membalas, "Aku tentu saja nggak akan mengumbar tentang urusan Nona Eliska pada orang lain."

Keterampilan berkuda Eliska tidak buruk. Setelah membiasakan diri selama dua hari, dia mulai paham triknya. Pradipta pada dasarnya adalah orang asing, jadi Eliska lebih sering berlatih sendiri.

Terkadang, Eliska bertemu Adelia dan Arjuna yang bersama-sama. Putra bangsawan itu bukan orang hangat, lagi pula dia sangat sibuk. Banyak yang meminta bimbingannya dalam berkuda. Namun, dia hanya setuju untuk mengajar Adelia. Meski begitu, keduanya tetap menjaga jarak yang pantas.

Adelia pendiam dan Arjuna selalu berhati-hati. Keduanya paling mengerti sopan santun dan bersikap penuh pertimbangan agar tidak menimbulkan skandal.

Eliska juga sengaja menghindari mereka. Namun, ada kalanya seseorang justru dipertemukan dengan hal yang dihindari.

Hari ini, Eliska bangun pagi-pagi seperti biasa. Kabut pagi menyelimuti gunung, membuatnya terasa seperti negeri dongeng.

Eliska menuntun kudanya, siap untuk mulai berlatih. Dia diam-diam menghela napas, memikirkan pujian semua orang atas kemajuan pesatnya dalam berkuda dan memanah. Hanya sedikit yang tahu bahwa dia berlatih lebih keras daripada siapa pun.

Sekitar 100 meter dari danau, Eliska melepaskan kekang, hendak membiarkan kudanya makan rumput.

Namun, begitu memandang ke kejauhan, Eliska malah melihat Arjuna yang bertelanjang dada. Bahu lebar dan pinggang rampingnya terpampang jelas. Pemuda itu baru selesai mandi.

Seperti bunga teratai yang muncul dari air, Arjuna begitu indah. Ketampanan yang dimilikinya sangat langka di dunia ini.

Tempat berburu ini terpencil, tidak seperti ibu kota yang serba praktis. Tenaga kerja juga terbatas di sini. Air panas diprioritaskan untuk para gadis bangsawan mandi. Kebanyakan pria lebih memilih untuk mandi di danau saat tidak ada orang.

Arjuna memakai pakaian ketat, menutupi keindahan tubuhnya, lalu mengencangkan ikat pinggang.

Eliska menahan napas, situasi ini membuatnya terpojok. Dia melihat tubuh Arjuna dan sekarang mereka hanya berduaan. Orang yang reputasinya akan tercoreng jelas adalah dirinya.

Detik berikutnya, kuda Eliska malah berderap dengan berisik. Suara itu membuat Arjuna berbalik.

Tatapan pemuda itu begitu memesona hingga jantung Eliska berdebar gila-gilaan. Dibalik aura mulia dan wibawa Arjuna, terdapat pesona yang menggoda. Hanya saja, matanya menyorot tajam dan dingin.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 100

    "Sekarang cuma bisa mengikuti takdir."Tak ingin Gita mengira dirinya tak peduli soal perjodohan, Eliska pun berkata sambil berpura-pura pusing.Gita juga tak ingin memberinya tekanan lebih, jadi tidak melanjutkan topik itu lagi. Mereka pun pergi menemui para senior di keluarga ini, termasuk ibu mertua Gita, Acha.Anak bungsunya yang kini baru berumur empat atau lima tahun itu sedang nakal-nakalnya, menangis ingin bermain layang-layang."Biar kutemani saja," kata Eliska.Acha sangat menyukai Gita dan memperlakukannya dengan penuh kehangatan. Kebetulan, Eliska juga ingin keluar menghirup udara segar."Kalau begitu, terima kasih, Eliska," ujar Acha."Terima kasih, Kak. Ayo," kata Prabu.Eliska menggandeng tangan Prabu keluar, diikuti Gita. Soal bermain layang-layang dan ketapel, Eliska memang jagoannya. Kemampuannya itu membuat Prabu terkagum-kagum."Kakak, kamu hebat sekali," seru Prabu. "Aku ingin menjadikanmu kakak laki-lakiku!"Eliska mencubit pipinya yang tembam. "Aku nggak menerima

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 99

    Kalau bukan karena Dwiana punya uang, Sadali tidak akan mampu membangun hubungan baik dan tidak akan ada kenaikan jabatan seperti sekarang.Sejak suaminya berpihak padanya dan mengusulkan pemisahan rumah tangga, kehidupan Dwiana jadi jauh lebih lancar. Baik keluarga besar maupun Gayatri, kini mereka harus berpikir beberapa kali sebelum berkata sesuatu. Tidak ada lagi yang berani menyinggungnya."Baiklah, aku pergi dulu," kata Dwiana, hanya sempat duduk dan menyesap teh sebentar sebelum bangkit untuk pergi.Ulfa lalu menoleh pada Eliska dan berkata, "Gita akhir-akhir ini bosan di rumah, katanya ingin kamu menemaninya. Tapi, aku nggak memaksamu kok."Eliska berpikir sejenak. Sekarang Gita sedang mengandung. Kalau dia sampai berkata begitu, berarti dia benar-benar ingin menemuinya. Lagi pula, Gita adalah kakaknya. Dia tidak tega menolak.Saat Eliska sampai di rumah, perut Gita sudah membesar, tampak bulat dan mungil. Namun, hari ini Buala tidak terlihat."Untung kamu datang juga. Aku hamp

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 98

    Tak heran Pradipta membutuhkan waktu begitu lama untuk memberantas para perampok. Besar kemungkinan Arjuna memang memanfaatkan para perampok itu untuk menyeimbangkan kekuatan berbagai faksi di Provinsi Ergos.Selama kekuatan-kekuatan itu belum dibereskan, mana mungkin dia membiarkan para perampok itu dibasmi sepenuhnya?Hubungan antara Pradipta dengan Arjuna juga tidak buruk. Bisa jadi proses pemberantasan yang lambat itu memang disengaja.Eliska mengirim surat itu dengan menggunakan nama Arjuna. Toh apa yang diinginkan Arjuna adalah stabilitas Provinsi Ergos. Jika kini dia bersedia membantu, ayahnya pasti tidak akan merasa curiga.....Setengah bulan setelah Raditya secara sukarela meminta untuk ditugaskan ke luar kota, Sadali dipromosikan dari jabatan Kementerian Upacara menjadi Kementerian Transportasi, membuat pihak keluarga besar bersukacita.Alasan sebenarnya di balik permintaan Raditya untuk ditugaskan ke luar diketahui oleh Eliska dan Dwiana, tetapi orang lain menganggap bahwa

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 97

    "Eliska, kenapa merendahkan dirimu sendiri? Enam keahlianmu termasuk yang terbaik di seluruh Yardin.""Kalau kamu bukan wanita cerdas, di dunia ini nggak banyak lagi wanita yang layak disebut cerdas. Kalaupun kamu harus mengatur Kediaman Raja Kawiswara, itu bukan hal yang sulit bagimu." Arjuna berjalan mendekatinya, membungkuk sedikit, dan mengulurkan tangan ke arahnya."Itu hanya kecerdikan kecil saja, nggak pantas dibanggakan," jawab Eliska, masih berlutut tanpa bergerak. Meskipun Arjuna menyebut soal Kediaman Raja Kawiswara, Eliska sama sekali tidak menyinggung soal itu.Arjuna tahu apa yang dia hindari. Senyum di wajahnya melebar, tetapi jelas tanpa kehangatan. Dia menatapnya dengan dingin, "Suka sekali berlutut ya?"Sebenarnya dari sikap Eliska, bisa ditebak bahwa dia tak punya rasa ketertarikan pada Keluarga Raja Kawiswara, apalagi pada Arjuna. Kalau tidak, mana mungkin dia tak pernah sekali pun menyebut masa lalu mereka di hadapan Arjuna?Ironisnya, justru Arjuna yang tak mengin

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 96

    Arjuna nyaris langsung menoleh begitu Eliska selesai berbicara, meskipun ekspresinya tak banyak berubah.Hanya saja, saat dia meletakkan dokumen di tangannya, terdengar bunyi yang teredam tetapi cukup nyaring, seolah-olah menjadi isyarat atas suasana hatinya. Suara itu cukup untuk membuat jantung orang lain berdebar ketakutan.Mendengar itu, Eliska mulai mempertimbangkan apakah perkataannya tadi terkesan seperti "habis manis sepah dibuang". Kemudian, dia berkata dengan hati-hati, "Kalau memang ada urusan penting, silakan menyuruh orang mencariku. Selama aku sanggup, aku pasti membantu."Sebelumnya, dia memang hanya berniat melakukan transaksi yang damai dengan Arjuna. Makanya, dia tak keberatan jika harus lebih dekat dengannya. Niatnya hanya supaya Arjuna lebih mengenalnya.Namun sekarang, dengan sikap Arjuna yang seperti ini padanya, Eliska terpaksa mengubah sikapnya.Arjuna menatapnya dalam-dalam, lalu bertanya pelan, "Kamu takut bergaul denganku, Nona Eliska?"Tepat sasaran. Dia mem

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 95

    Ekspresi Eliska sedikit berubah. Dia tak kuasa menoleh dan menatap Uraga.Wajah pria itu tersembunyi di balik topeng, sulit ditebak ekspresinya. Namun, sepasang matanya sangat tenang. Dalam ketenangan itu, sepertinya ada sedikit kenakalan.Dia menatapnya sejenak, lalu tersenyum dan berkata, "Dunia ini penuh ketidakpastian. Kamu benar, mungkin saja di kehidupan sebelumnya aku memang punya suami. Meskipun aku punya suami, belum tentu dia ahli dalam urusan ranjang. Mungkin saja ... dia impoten?"Uraga menyipitkan matanya, tetapi sudut bibirnya terangkat dan membentuk senyuman. Jika para perwira di utara melihat senyuman ini, mereka pasti akan merasakan bahaya besar. Itulah senyuman yang ditunjukkan saat dia menjatuhkan hukuman mati pada orang-orang yang mengkhianati bangsa dengan memberi informasi kepada musuh.Adapun semua adegan yang muncul dalam mimpinya, jika itu memang bayangan di kehidupan masa lalu, seharusnya tidak akan seburuk yang diucapkan oleh Eliska. Karena wanita ini sendiri

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 94

    "Ayo." Hari ini, Eliska mengganti kipasnya dengan kipas lipat bergagang giok.Keduanya kembali ke Paviliun Mekar. Karena sudah pernah ke sana sebelumnya, perjalanan terasa lebih mudah. Saat wanita yang menyambut mereka melihat Eliska, matanya langsung berbinar. Dia berkata, "Cepat beri tahu Uraga, tuan mudanya datang lagi!"Tak lama kemudian, Uraga muncul di hadapan Eliska."Terima kasih sudah membayar agar aku bisa beristirahat," ucap Uraga dengan suara pelan.Berbeda dari pertemuan sebelumnya saat Uraga tampak angkuh dan dingin, kali ini dia terlihat lebih hangat dan lembut. Eliska pun segera menyadari bahwa pria ini bukanlah orang yang sama dengan yang terakhir kali.Namun, itu tidak mengherankan. Karena Uraga begitu digemari, mungkin saja Paviliun Mekar menyuruh orang menyamar menjadi Uraga untuk meraup lebih banyak keuntungan.Eliska kembali membawanya ke ruang pribadi, menyeduh teh sejenak, lalu dipandu Sutomo untuk naik dan bertemu dengan Madana."Penawar Racun Teratai sudah sel

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 93

    "Aku sudah baca semua buku sejarah yang Ayah berikan padaku. Setiap kejadian di dunia ini pasti sudah pernah terjadi di dalam sejarah," sahut Eliska sambil tersenyum.Eliska mengajukan saran seperti itu karena dia tahu bahwa saat ayahnya ditugaskan ke daerah lain, ayahnya berhasil mencapai beberapa hal besar. Kalau bukan karena prestasi itu, Zuhair tidak akan mengubah pandangannya terhadap keluarga mereka. Bisa jadi, keluarga mereka sudah lama kehilangan pengaruhnya.Di kehidupan lampau, sang ayah masih dianggap menebus dosa dengan jasa. Namun, di kehidupan ini, jasa itu nyata dan besar sehingga tak ada alasan untuk tidak melangkah.Seperti yang sudah diperkirakan Raditya, keesokan harinya orang-orang dari Kementerian Hukum datang menggeledah Kediaman Adipati Madaharsa.Pasukan penjaga yang datang bertubuh tinggi dan tegap, wajah mereka dingin dan serius. Jika ada yang melanggar, mereka bisa langsung dihukum di tempat.Namun, Kediaman Adipati Negara Madaharsa telah bersiap sebelumnya.

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 92

    Dia kembali memikirkan soal Arjuna yang pergi ke luar kota. Setengah bulan lagi kasus suap Sutopo akan diselidiki secara menyeluruh. Sekarang Arjuna meninggalkan ibu kota, kemungkinan besar karena hal ini.Setelah menunggu hampir setengah tahun, akhirnya masalah ini akan mencapai akhirnya.Malam itu, Raditya pulang ke rumah dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia hanya menanyakan pelajaran Eliska, lalu segera menyuruhnya pergi.Saat malam tiba, di bagian taman belakang rumah, api mulai menyala. Semua surat rahasia terkait hubungan dengan Sutopo dibakar habis hingga menjadi abu, lalu dikumpulkan satu per satu dan ditebarkan ke danau."Siapa pun yang berani membocorkan apa yang terjadi malam ini ke orang luar, akan aku potong lidahnya!" Wajah Raditya diterangi oleh cahaya api, tampak dingin dan tegas.Ketika kembali ke Paviliun Lotus, Dwiana juga tampak gelisah. Dia berkata, "Pangeran Yanuar memberitahumu soal ini lebih awal, sepertinya karena ingin menarikmu ke pihaknya."Raditya hanya ter

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status