Share

Bab 6

Author: Citra Lestari
Eliska tidak begitu mengerti apa maksud Arjuna bertanya begitu.

"Kalau aku membantumu memetik buah, bagaimana Nona Eliska akan membalas kebaikanku?" tanya Arjuna lagi. Ada konotasi tertentu dalam kata-katanya yang dingin.

Sindiran dalam kalimat ini sangat jelas. Jika Eliska masih seorang gadis yang belum mencapai usia dewasa, dia mungkin tidak akan mengerti.

Namun, Eliska sudah pernah menikah dan sering tidur bersama Arjuna. Mana mungkin dia tidak mengerti maksudnya? Arjuna beranggapan bahwa Eliska hendak menggoda Banyu dengan beralasan ingin membalas budi.

Eliska yang sekarang sebenarnya adalah wanita dewasa. Dia memang berniat untuk mencari suami yang baik, tetapi apa pun yang terjadi pilihannya tidak akan jatuh pada putra dari Keluarga Raja Kawiswara.

Saat ini, Eliska harus berakting selayaknya gadis muda yang polos. Dia pun berpura-pura tidak mengerti dan berucap, "Aku akan membalas kebaikan orang yang memetik buah untukku dengan kaligrafi dan lukisan. Karena Tuan Banyu nggak di sini, apa Putra Bangsawan Arjuna bersedia membantuku?"

Jika Eliska tahu sejak awal bahwa yang menemani mereka adalah Arjuna, dia tidak akan pernah meminta tolong. Berhubung nasi sudah menjadi bubur, dia hanya bisa membiarkan semua berjalan secara natural.

Jika Eliska cukup peka, gadis itu pasti mengerti peringatannya. Tujuan Arjuna sudah tercapai. Dia lantas berkata dengan nada dingin, tetapi tetap sopan, "Sebentar lagi seseorang akan mengantarnya untuk kalian."

Arjuna mengatakan kalian, bukan kamu. Entah berapa banyak gadis yang mengincarnya sehingga dia begitu berhati-hati. Namun, kini Eliska sudah bukan salah satu dari mereka.

"Terima kasih, Putra Bangsawan Arjuna," kata Eliska, lalu menurunkan tirai.

Tak lama kemudian, seseorang datang mengantar satu keranjang penuh buah liar yang sudah dicuci. Sayangnya, Eliska sudah tidak bernafsu makan.

Nindia baru bangun satu jam kemudian. Ketika melihat Arjuna di luar jendela, dia langsung berujar gembira, "Kak Arjuna, Kak Adelia keren sekali dengan pakaian berkudanya, lho. Oh iya, tolong bawakan buah-buahan liar ini padanya."

Mengantar buah hanya alasan. Tujuan Nindia yang sebenarnya adalah menciptakan kesempatan agar kedua orang itu bertemu.

Arjuna melirik keranjang buah yang tak tersentuh, lalu bertanya, "Nona Eliska sudah nggak mau makan?"

"Aku tiba-tiba hilang selera. Putra Bangsawan Arjuna, tolong bawakan untuk Kak Adelia dan yang lainnya," balas Eliska sambil tersenyum sopan.

Dalam hati, Eliska meratapi kesialannya. Barusan dia berkata ingin makan buah, tetapi sekarang buah-buahan ini bahkan tidak disentuh. Eliska jadi terkesan berbohong. Namun, dia benar-benar tidak berbohong!

Setelah pergi, Arjuna tidak datang lagi. Eliska bersyukur karenanya. Jika tidak, sisa perjalanan akan terasa sangat menyiksa.

"Kalau sudah ketemu Kak Adelia, Kak Arjuna bahkan melupakan aku, adiknya," gerutu Nindia. Namun, tidak terdengar nada menyalahkan dalam kata-katanya.

Saat itu, Eliska baru sadar mengapa Arjuna tidak kunjung kembali. Dia menurunkan pandangannya, tidak bicara.

....

Setiba di kaki Gunung Merobu, kereta kuda berhenti. Para pengawal mulai mendirikan tenda.

"Nona Eliska," panggil seseorang ketika Eliska baru turun dari kereta.

Eliska mendongak, lalu melihat Pradipta turun dari kudanya. Pemuda itu berjalan menghampirinya.

Usia Pradipta baru 18 tahun, tetapi Eliska sudah bisa melihat pesona pria dewasa dalam dirinya. Biarpun dia hanya mengenakan pakaian kain biru sederhana, ketampanan dan wibawanya sama sekali tidak bisa diabaikan.

Seorang wanita dewasa tidak hanya menilai pria dari penampilannya. Eliska merasa bahwa Pradipta adalah tipe yang "pekerja keras dan bisa diandalkan".

Eliska sudah pernah menikah, jadi dia tahu betapa pentingnya masalah ranjang dalam pernikahan. Sepasang suami istri boleh saja tidak saling mencintai, tetapi masalah ranjang tetap tidak bisa dihindari.

"Tuan Pradipta." Eliska memberi salam dengan malu-malu.

Sambil menatap Eliska, Pradipta menyerahkan tas kain di tangannya dan berkata, "Aku memetik beberapa buah liar, nggak tahu apakah Nona Eliska akan menyukainya. Kalau Nona Eliska nggak ingin makan, nggak perlu memaksakan diri."

Sebenarnya Eliska sudah tidak mau makan, tetapi dia tidak tega menolaknya. Hati seorang wanita mudah luluh pada pria tampan. Dia pun menyahut sambil tersenyum, "Terima kasih, Tuan Pradipta. Kebetulan aku memang ingin makan buah."

Eliska mengulurkan tangan dan mengambilnya. Tas itu terasa berat.

"Apa Tuan Pradipta memberi buah pada semua gadis?" tanya Eliska.

Pradipta menggeleng dan menjawab, "Aku sangat menyukai kertas cendana pemberian Nona Eliska tempo hari, jadi aku datang khusus untuk mengucapkan terima kasih pada Nona Eliska." Artinya, Pradipta khusus membawakan buah-buahan ini untuknya, bukan untuk para gadis lainnya.

Mengingat sopan santun, Pradipta tidak tinggal terlalu lama dan segera berpamitan.

Eliska mulai merenung. Pradipta memberikan buah hanya untuk dirinya. Biarpun pemuda itu tidak terang-terangan menyatakan suka, dia pasti menyimpan perasaan padanya.

Latar belakang Keluarga Bramantya tidak rumit. Pradipta juga tampan dan memiliki kepribadian yang baik. Jika dia juga setia, dia mungkin bisa jadi pilihan yang baik.

Wanita yang sudah pernah menikah mempertimbangkan calon suami dengan lebih realistis. Latar belakang keluarga dan kepribadian menjadi prioritas utama.

Masalah perasaan, itu bisa ditumbuhkan pelan-pelan. Selama pria itu cukup baik dan sayang keluarga, wanita akan menyukainya secara alami.

Saat Eliska tengah berpikir, tatapannya tanpa sengaja jatuh pada sosok Arjuna. Dia sedang duduk di atas kuda, tidak jauh darinya.

Arjuna menatap tas kain berisi buah-buahan liar di tangan Eliska. Dia tersenyum tipis penuh arti, lalu memacu kudanya pergi. Senyum itu seolah-olah menegaskan asumsinya bahwa Eliska memiliki niat tersembunyi.

Wajah Eliska sontak memerah, lalu berubah pucat. Pada akhirnya, dia hanya berpura-pura tidak melihat apa pun.

Mulai sekarang, mereka hanya orang asing bagi satu sama lain. Seperti apa pun pendapat Arjuna terhadapnya, Eliska tidak lagi peduli.

Masih cukup lama sebelum jamuan malam dimulai. Tidak baik jika para gadis terlalu mencolok. Jadi, mereka tinggal di tenda dan mengobrol santai.

"Aku penasaran tuan muda tadi dari keluarga mana. Dia sampai termangu melihat Kak Adelia," ucap putri Keluarga Jayastu.

"Pria ibu kota mana yang nggak mengagumi Kak Adelia? Banyak tuan muda yang ingin mengobrol dengan Kak Adelia, baik terang-terangan ataupun diam-diam," timpal Nindia.

Seseorang bertanya dengan nada penasaran, "Apa jangan-jangan kakakmu juga menyukai Kak Adelia?"

Nindia tersenyum ke arah Adelia, lalu menyahut, "Ibuku pernah menanyakan pendapat Kak Arjuna tentang Kak Adelia. Dia bilang kalau putri Keluarga Adipati Nismara sangat cerdas, terpelajar, dan mengagumkan."

Meski sedikit iri, semua orang tahu bahwa gadis secemerlang Adelia layak mendapatkan yang terbaik. Mereka puas mendengar Arjuna memilihnya.

"Nindia, berhentilah menggodaku. Putra Bangsawan Arjuna yang begitu hebat pasti akan mendapatkan pendamping yang cocok untuknya. Lagi pula, masalah pernikahan ditentukan oleh orang tua," ujar Adelia. Telinganya sedikit memerah, layaknya gadis muda yang malu-malu.

"Bagaimana dengan Tuan Banyu? Orang seperti apa dia?" tanya gadis lainnya.

Nindia mengerucutkan bibirnya dan menjawab, "Kak Banyu hanya tahu cara mengayunkan pedang dan tongkat. Kalau ada yang menindasku, dia akan membalas mereka dengan pedangnya. Dia benar-benar orang yang sembrono. Kakak iparku di masa depan pasti akan kesulitan."

Semua orang tergelak, tetapi tidak sedikit juga yang menyukai Banyu. Pemuda berwajah dingin dan tidak peka itu pun memiliki daya tariknya sendiri.

Eliska jadi teringat pada kakaknya. Kakak ketiganya juga sangat baik, tetapi saking lamanya dia tinggal di perbatasan, dia seakan-akan sudah dilupakan.

Eliska merindukan kakaknya. Terakhir kali dia melihatnya di kehidupan lampau, kakaknya sudah menjadi mayat dingin.

Padahal belum lama sebelumnya, sang kakak tersenyum dan mengantarnya menikah dengan tidak lupa berpesan, "Kalau Arjuna menjahatimu, Kakak akan menghajarnya. Kalau suatu hari kamu nggak ingin tinggal di Kediaman Raja Kawiswara lagi, Kakak akan membawamu pulang."

Hati Eliska dirundung sendu. Tidak ingin suasana hati suramnya dilihat yang lain, dia keluar tenda, lalu duduk sendirian di tepi danau.

Angin musim gugur yang cukup dingin menyegarkan pikiran Eliska dan mempertajam ingatannya. Dalam surat terakhirnya sebelum meninggal, Raynar hanya menulis sebaris kalimat, pesan agar Eliska menjaga diri dan ibunya dengan baik. Sangat jelas bahwa Raynar sadar bahwa dirinya berada dalam bahaya.

Kematian Raynar bukan kecelakaan. Pihak yang mendapat manfaat dari kematiannya adalah keluarga inti, Keluarga Pradaya, Keluarga Adipati Nismara, dan beberapa lainnya. Jadi, kematian Raynar pasti berkaitan dengan orang-orang ini.

Keluarga inti adalah keluarga sendiri, bisa dimengerti jika mereka mewarisi kemuliaan yang didapatkan Raynar setelah kematiannya. Yang ditakutkan adalah keluarga inti terlibat dalam kematian sang kakak.

Kelopak mata Eliska terkulai. Ini sesuatu yang paling tidak diharapkannya. Namun, jika memang itu kebenarannya ... seluruh kediaman adipati pun tidak akan bisa dibandingkan dengan kakak ketiganya.

Banyu sudah memperhatikan Eliska selama beberapa saat. Dia datang lebih awal dan berniat menghindari Eliska. Hanya saja, gadis itu sudah duduk di tepi danau sebelum dia sempat pergi.

Banyu terpaksa bersembunyi di balik batu dan menunggunya pergi. Sudah satu jam berlalu, tetapi Eliska masih belum menunjukkan tanda-tanda akan pergi. Sebaliknya, Banyu sudah harus pergi.

"Nona Eliska, nggak banyak pengawal di sini. Segeralah kembali," ucap Banyu dengan raut kaku.

Tidak peduli apakah Eliska memang memiliki motif tersembunyi atau tidak, keselamatan seorang gadis tidak bisa diabaikan. Biarpun Banyu waspada padanya, dia tetap harus mengingatkannya.

Eliska menatap pemuda di depannya. Sosoknya sedikit lebih kekar dari Arjuna. Dilihat dari tubuhnya yang gagah dan kuat, siapa pun tahu bahwa dia telah bertahun-tahun berlatih seni bela diri.

Eliska menata emosinya, lalu melirik ke belakang Banyu. Melihat tidak ada tanda-tanda Arjuna di situ, dia menghela napas lega. Eliska berdiri dan membungkuk sambil memberi salam, "Tuan Banyu."

"Pemandangan di tepi danau memang indah, tapi ini tetap di alam liar. Lebih baik minta seseorang untuk menemanimu," kata Banyu.

"Terima kasih sudah mengingatkanku, Tuan Banyu. Aku permisi dulu," sahut Eliska sambil tersenyum.

Senyuman itu sangatlah manis. Biasanya, Banyu paling tidak menyukai sikap wanita yang lembut dan manja seperti itu. Namun, kali ini dia tidak merasa risih. Sebaliknya, dia justru sedikit menikmatinya. Menyadari hal ini, Banyu sontak mengernyit.

Setelah Eliska pergi, aroma persik tercium samar di udara. Sekarang bukan musim bunga persik bermekaran atau berbuah. Mungkinkah aroma ini berasal dari tubuh Eliska?

Banyu bisa menghadapi musuh di medan perang dengan wajah datar, tetapi kini dia tidak bisa menahan wajahnya memerah. Bahkan setelah dia kembali, pikirannya terus melayang pada aroma persik itu.

Nindia beberapa kali mengajaknya bicara, tetapi tidak mendapat tanggapan Banyu. Gadis itu sampai mengomel kesal, "Kak Arjuna, coba lihat Kak Banyu. Apa dia kerasukan hantu atau jangan-jangan jiwanya sudah dicuri seorang gadis?"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 549

    Dwiana melirik mereka berdua, tetapi tidak terlalu memikirkannya. Pertengkaran pasangan adalah hal lumrah.Arjuna minum cukup banyak, jadi Eliska menopangnya naik ke kereta.Setelah mabuk, Arjuna menjadi lebih aktif bicara. Dia bertanya, "Apa lukaku jelek sekali?""Nggak jelek," sahut Eliska."Jadi kenapa kamu terus menolakku?" tanya Arjuna sambil menatapnya.Eliska tertegun."Apa kamu sudah nggak mencintaiku lagi?" tanya Arjuna lagi dengan suara serak. Jika didengar secara cermat, ada nada sedih dari cara bicaranya.Eliska merapatkan jarak dan memeluk Arjuna, lalu membujuknya, "Bukan begitu. Kamu terluka, jadi aku ingin kamu istirahat dan memulihkan diri dulu."Berhubung Arjuna terluka, Eliska-lah yang harus bekerja keras. Itu terlalu melelahkan, Eliska tidak kuat."Jadi, apa istriku mencintaiku?" desak Arjuna.Eliska menjawab dengan menciumnya. Baiklah, lebih baik berikan saja apa yang suaminya inginkan.Awalnya, Arjuna terkejut dengan pendekatan Eliska yang begitu tiba-tiba. Namun,

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 548

    Janita malah bertanya sambil tersenyum, "Apa Kak Mahesa bisa membantuku mendapatkannya? Sebagai gantinya, aku akan memperkenalkanmu pada gadis tercantik di ibu kota. Bagaimana?"Mahesa membalas, "Gadis tercantik di ibu kota? Bukannya itu kamu?"Mahesa ingin sekali berkata bahwa dia menginginkan Janita, jadi jangan mengincar sarjana itu lagi. Dirinya adalah putra mahkota. Dengan orang tua yang bijak, dia bisa membujuk mereka agar dia hanya menikahi Janita seorang."Bukan aku," bantah Janita sambil menepuk bahunya. "Putri kelima Kediaman Menteri jauh lebih cantik dariku. Dia dan Kak Mahesa akan menjadi pasangan serasi. Dia juga pernah mengirimkan kue untuk Kak Mahesa. Ingat, 'kan?"Mahesa tidak ingin mendengar lebih banyak dan berucap dingin, "Nggak ingat.""Setelah bertemu beberapa kali lagi, kamu pasti akan mengingatnya," ucap Janita.Mahesa kehilangan kata-kata."Kalau memang nggak bisa bersamanya, aku juga harus mencari suami. Kalau nggak ada pilihan lain, aku sama Adnan saja. Dia pa

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 547

    Awalnya Bara tidak berkata apa-apa. Namun begitu Eliska datang, dia tiba-tiba bertanya pada Arjuna, "Menurut Ayah siapa yang lebih cantik, Ibu atau adikku?"Arjuna melirik Bara yang sedang tersenyum. Dia tahu putra sengaja ingin mencari masalah."Tentu saja ibumu lebih cantik," sahut Arjuna dengan tenang. Putrinya belum mengerti apa yang dikatakannya. Kalaupun mengerti, istrinya tetapi paling cantik di matanya.Bara mencebikkan bibir, merasa bosan dengan tanggapan ayahnya. Dia suka orang tuanya bertengkar. Dengan begitu, dia bisa tidur ditemani ibunya di malam hari.Bagi Bara, ayahnya adalah yang terbaik dalam segala hal, kecuali fakta bahwa dia selalu memonopoli sang ibu, tidak pernah mau mengalah padanya.Arjuna menatap Bara, menyadari kilat kecewa di matanya.Malam itu, setelah Bara mandi dan bersiap tidur, pintu kamarnya dibuka seseorang. Anak itu merasa ada yang menyibak selimutnya. Sambil menggosok matanya, dia melihat ayahnya telah menggendongnya."Ayah mau bawa aku ke mana?" ta

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 546

    1. Kelahiran Janita.Eliska mengandung putrinya saat dia menemani Arjuna ke Surtara.Setiba di Surtara, Eliska baru mengerti apa yang Arjuna maksud dengan lingkungan yang keras. Kondisi kehidupan di sana jauh lebih sulit daripada perbatasan, terutama masalah kekurangan air.Sekarang karena hubungan mereka membaik, Eliska bersedia berkeliling dan melihat-lihat bersama Arjuna. Di kehidupan lampau, dia mana mau pergi bersama Arjuna yang dingin. Itu hanya akan membuatnya bertambah bosan. Lagi pula, penjagaan juga cukup ketat untuk berkeliaran.Unus telah naik jabatan dan menikah dengan Annisa. Eliska beberapa kali bertemu dengannya di Surtara. Annisa selalu terlihat canggung, tetapi tetap tetap ramah mengirimkannya makanan. Lantaran malu untuk datang sendiri, dia hanya mengutus pelayan atau Unus untuk membawanya.Eliska juga tidak berinisiatif mencari Annisa. Bukan karena dia tidak menyukainya, tetapi mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalu, memang lebih baik mereka tidak bertemu.S

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 545

    Menjelang upacara pernikahan akbar, Dwiana pergi menemui Harini. Gadis itu memanggilnya dengan mata memerah, "Bibi.""Nggak ada orang Kediaman Putri yang boleh datang, tapi ada Bibi di sini, jadi setidaknya ada keluargamu yang mengantarmu menikah," ujar Dwiana.Beberapa hari lalu, Dwiana menangis haru saat mengetahui bahwa gadis di sisi Kaisar adalah Harini. Melihatnya baik-baik saja, dia merasa kian bahagia."Eli sudah tahu sejak awal, tapi nggak pernah memberitahuku. Kalau Bibi tahu lebih cepat, Bibi pasti membuat persiapan matang untukmu," kata Dwiana dengan nada sesal."Nggak perlu khawatir, Bibi. Yang Mulia sudah menyiapkan semuanya," sahut Harini. Yervan jauh lebih teliti dan peduli pada rencana pernikahan ini darinya."Bibi senang mendengar Yang Mulia memperlakukanmu dengan baik," ujar Dwiana. Dia tahu istana tidak seperti kediaman pada umumnya. Hatinya cukup berat melepas Harini memasuki istana. Dia baru lega melihat kepedulian Yervan pada gadis itu.Yervan bukan hanya lebih pe

  • Terlahir Kembali: Menolak Cinta Putra Bangsawan   Bab 544

    Kehidupan Harini di istana berjalan cukup mudah. Semua orang memperlakukannya dengan sangat hormat, terutama setelah pertengkarannya dengan Yervan.Alasan pertengkaran itu tidak lain karena Yervan terlalu sibuk dengan urusan pemerintahan hingga melupakan waktu makan dan istirahat. Para pelayan sudah mencoba membujuknya, tetapi Yervan tidak mau mendengarkan.Ketika Harini mengetahui hal itu, dia marah besar dan langsung pergi ke Aula Baruna dengan membawa kotak makanan.Melihatnya, Yervan hanya bertanya dengan santai, "Kenapa kamu ke sini?""Untuk mengantarkan makanan bagi Yang Mulia. Sesibuk apa pun, Yang Mulia tetap perlu makan," ujar Harini, masih berusaha bicara dengan nada lembut. Bagaimanapun sekarang Yervan telah menjadi kaisar, dia tidak berani terlalu lancang."Baiklah," sahut Yervan sambil tersenyum.Namun, hingga Yervan menyelesaikan pekerjaannya, makanan itu masih tidak tersentuh. Harini masih menahan diri. Hal yang sama terjadi tiga kali. Pada akhirnya, Harini tidak tahan l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status