Share

Bab 11

Penulis: Yuki Norin
Ziona menoleh dan langsung melihat wajah Rafatar yang penuh kemenangan.

"Aku yang lihat duluan," kata Ziona sambil mengernyit. "Balikin!"

Rafatar menjulurkan lidah, membuat wajah usil. "Siapa cepat dia dapat!"

Ziona juga ingin minuman itu, apalagi dia yang pertama kali melihatnya. Kalau dulu, dia pasti akan diam dan mengalah pada kakaknya.

Namun, belakangan ini ibunya bilang padanya, siapa pun yang berani menindasnya, boleh dilawan.

Belum sempat dia mengulurkan tangan untuk merebut botol itu kembali, tiba-tiba ada sosok yang berdiri di antara dirinya dan Rafatar.

Sierra menunduk memandang Ziona dari atas, suaranya datar. "Kalian rebutan apa?"

Nada bicaranya terdengar biasa saja, tetapi bagi anak kecil, tekanan itu terasa sangat menakutkan.

Alis Ziona berkerut rapat, tangan mungilnya mengepal erat. Belum sempat bicara, matanya sudah berkaca-kaca.

Gadis kecil itu berdiri kaku di tempat, seperti anak yang ditinggalkan tanpa ada yang peduli.

"Cengeng, mau nangis lagi? Sayangnya nggak ada yang peduli sama tangisanmu!" ejek Rafatar sambil membuka botol minuman itu. "Lagi pula, minuman ini memang bukan buatmu."

Dia mengangkat botol, hendak meminumnya tepat di depan mata Ziona. Namun, sebelum sempat menyentuh bibirnya, tiba-tiba botol itu hilang dari tangannya. Minuman itu dirampas seseorang.

Rafatar mendongak dengan kesal dan bertemu tatapan Alyssa. Dia tertegun sejenak. Itu pertama kalinya dia melihat ibunya menatapnya dengan sorot mata dingin dan asing.

Alyssa tidak berbicara sepatah kata pun. Dengan wajah tegas, dia langsung melempar botol itu ke tempat sampah. Brak! Suara kerasnya membuat Rafatar terkejut hingga jantungnya berdebar.

Kemudian, Alyssa menunduk, mengusap lembut wajah putrinya. "Sampah memang harus dibuang ke tempat sampah. Kita nggak membutuhkannya."

Kehadiran sang ibu membuat Ziona merasa punya sandaran. Dia menggigit bibir sambil mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

"Cuma sebotol minuman, perlu sampai begitu?" Suara dingin terdengar dari kejauhan.

Daniel melangkah mendekat, menatap Alyssa dengan tatapan tajam.

Alyssa menyeringai sinis. Di depan umum, sikap pilih kasihnya pada Sierra dan Rafatar sudah sangat terlihat jelas.

Demi membela Sierra dan Rafatar, dia tega menginjak harga diri Alyssa dan anaknya di depan semua orang.

Di kehidupan sebelumnya, Alyssa selalu menahan diri dalam hal-hal kecil semacam ini, hingga akhirnya dia harus kehilangan putrinya. Kebodohannya yang terus mengalah membuat nyawa putrinya menjadi taruhan. Kini, dia tidak akan mundur sedikit pun.

Alyssa mendongak, menatap dingin ke arah Daniel. "Sejak kapan aku butuh diajari kamu dalam bertindak?"

Wajah Daniel menegang, tetapi dia tetap menahan emosi.

Alyssa menggenggam tangan Ziona, lalu berbalik masuk ke ruang privat tanpa sedikit pun menoleh.

Xander melirik ke arah Daniel. "Alyssa kenapa? Nggak kayak dulu."

Benar-benar berbeda dengan dulu. Dulu, Alyssa selalu berputar di sekeliling Daniel, bahkan terhadap Rafatar pun sangat baik. Sekarang sikapnya berubah drastis.

Xander segera menyimpulkan motifnya. "Trik Alyssa makin licik. Ini cuma cara buat menarik perhatian Daniel."

"Kamu lagi nggak ada kerjaan ya?" Daniel mendengus dingin, jelas-jelas tidak tertarik sedikit pun dengan perubahan Alyssa.

"Daniel, kamu menyinggung istrimu ya? Kok akhir-akhir ini dia gampang sekali marah? Padahal biasanya nggak begitu." Sierra menepuk bahu Daniel sambil tertawa. "Kalau pulang nanti, cepat-cepat rayu dia lagi. Perempuan itu memang rewel, tapi harus dibujuk. Aku sudah berbaik hati ajarin kamu."

"Cukup. Jangan sebut-sebut perempuan itu lagi, bikin mood rusak." Xander buru-buru mengalihkan topik, menoleh pada Sierra. "Minggu depan kamu ikut ISSDC, 'kan? Gimana persiapannya?"

Sierra tersenyum percaya diri. "Sudah beres."

"Bagus, semoga kamu menang. Kalau dapat piala ISSDC, kamu bakal jadi rebutan. Dengan prestasi sehebat itu dan di usia semuda ini, semua lembaga riset pasti menginginkanmu!"

Xander tertawa kecil. "Bayangin saja, dengan wanita sehebatmu di samping, siapa sih yang masih peduli sama Alyssa, ibu rumah tangga yang bahkan nggak pantas tampil di depan orang banyak?"

....

Setelah kembali ke ruang privat, Suryo menatap Alyssa dengan sorot mata penuh penilaian, seolah-olah sedang menimbang ulang murid paling dibanggakannya itu.

"Ada apa, Pak?" Alyssa menangkap tatapan itu, agak bingung. "Ada yang ingin dikatakan?"

Pada saat yang sama, Evans berdiri, tersenyum ramah pada Ziona. "Kenapa nggak ambil minuman? Ayo, Zizi, biar Paman temani kamu ambil ya."

Ziona menyukai Evans, jadi dia dengan riang mengikutinya keluar.

Begitu mereka pergi, wajah Suryo menjadi serius. "Tadi di luar, aku lihat semuanya."

Alyssa terdiam sejenak. "Maaf sudah membuatmu kecewa."

"Suamimu mempermalukanmu di depan umum." Suara Suryo terdengar mengandung amarah. "Kupikir kamu menikah karena cinta sejati, sampai rela meninggalkan segalanya. Tapi ternyata rumah tanggamu berantakan. Demi pria semacam itu, kamu mengorbankan semua?"

Nada kecewa jelas terdengar, seperti seorang guru yang menyesali keputusan muridnya.

Alyssa menunduk, menyembunyikan perasaan getirnya. Sikap Daniel padanya? Dia sudah lama terbiasa.

Dia memang beretika, selalu sopan pada orang luar, bahkan terhadap orang asing pun memberi senyuman ramah.

Namun, pada Alyssa, dia hanya menganggapnya tidak ada, seolah-olah transparan. Bahkan lebih buruk daripada orang asing.

Dulu, Alyssa percaya cinta bisa dibalas dengan cinta. Kini, dia sadar wanita yang dibutakan oleh cinta tidak akan pernah berakhir bahagia.

Dia tersenyum pahit. "Aku pantas mendapatkannya. Salahku sendiri."

Suryo menatapnya lekat-lekat. Setelah hening cukup lama, dia akhirnya menghela napas berat. "Aku sebentar lagi pensiun. Masa lalu biarlah berlalu. Di usiaku sekarang, aku nggak mau lagi menyimpan dendam."

"Pekan depan di Kota Uttar akan ada ISSDC. Kamu mau ikut?"

ISSDC adalah kompetisi internasional di bidang eksplorasi antariksa, langsung berhubungan dengan dunia riset dirgantara. Siapa pun yang menang, bisa mendapat kesempatan magang di NASA atau bahkan bekerja sama langsung dengan mereka. Nilainya sangat tinggi.

Alyssa sedikit terkejut. "Tapi ... bukankah pendaftaran sudah ditutup?"

Dulu, dia pernah ikut ajang itu dan meraih prestasi tinggi, bahkan dapat jalur khusus S2 dan S3, serta direkrut langsung ke Pusat Riset Dirgantara. Semua biaya kuliah dan riset ditanggung.

Kini, Suryo menyebutkannya lagi, jelas ingin menguji apakah kemampuan Alyssa masih sehebat dulu.

"Kalau kamu mau ikut, aku bisa minta panitia menambahkan satu kuota." Suryo menatapnya tajam. "Anak muda pasti pernah salah. Tapi kalau kamu ingin memulai lagi, nggak ada kata terlambat."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 100

    Sierra menelepon Daniel untuk menceritakan kesulitannya saat ini."Aku cuma ingin masuk untuk belajar dan bertukar pengalaman. Waktu pertama kali ditolak masuk ke SkyNine Tech karena alasan Kak Alyssa, aku masih bisa terima. Tapi sekarang ... kalau Kak Alyssa sengaja melakukannya, bukankah itu terlalu nggak adil?"Di seberang sana, pria itu terdiam beberapa detik. Sepertinya dia sedang sibuk dengan sesuatu. Baru setelah beberapa saat, dia merespons datar, "Jangan khawatir, biar aku yang selesaikan."....Malam itu, Alyssa masih lembur. SkyNine Tech sedang meluncurkan sistem uji coba baru, data masih terus berjalan, sehingga dia belum juga pulang.Di rumah kontrakan.Zizi sendirian di rumah mengerjakan PR dengan patuh. Namun, yang dia kerjakan bukan PR TK biasa, melainkan soal-soal olimpiade matematika. Karena PR TK terlalu mudah baginya.Ketika bel pintu berbunyi, Zizi sempat tertegun. Dia meletakkan pensil dan berjalan ke pintu, tetapi tidak langsung membukanya. Sebaliknya, dia menole

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 99

    Alyssa menjelaskan secara singkat isi proyek pada Evans.Evans mendengarkan dengan saksama, lalu meletakkan sendoknya sambil tersenyum tipis, "Itu sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Dengan cara begitu, kamu memang nggak akan bisa menghubungi investor."Alyssa tentu tahu. Memang sulit sekali menjalin kontak langsung. Kalau mau, harus lewat jalur resmi dengan membuat janji ke perusahaan. Namun di sela-sela pekerjaannya, dia juga tidak ingin diam saja. Lebih banyak tahu tentu tidak ada salahnya."Aku lihat berita, bulan depan pemerintah provinsi akan mengadakan pertemuan pengusaha. Fokusnya membahas perencanaan dan inovasi untuk industri lama maupun baru. Kalau rencananya bagus, bisa dapat dukungan penuh dari pemerintah.""Aku ingin ikut, tapi jelas nggak bisa dapat undangan itu."Undangan pertemuan itu memang sangat sulit didapat. Sekalipun pengusaha sudah sangat berprestasi, belum tentu bisa masuk.Evans tersenyum kecil, "Itu memang mustahil untukmu saat ini. Jangan bua

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 98

    "Antar mereka turun gunung dulu," ucap Daniel akhirnya.Alyssa tentu paham, Daniel tidak mungkin menolak permintaan Sierra. Begitu Sierra sudah bicara, dia sudah pasti akan mengangguk menyetujui. Edric mengangguk pelan.Begitu masuk mobil, dia bertanya, "Nyonya, mau ke mana?"Alyssa bersandar di kursi dan berkata dengan suara lemah, "Ke rumah sakit terdekat."Edric sempat tertegun sejenak, tapi tidak berani banyak bertanya. Dia hanya menjalankan mobil menuju rumah sakit. Mobil Nikita yang mogok tadi, nantinya tinggal diserahkan saja pada pihak bengkel untuk ditarik.Alyssa tidak pernah menyulitkan dirinya sendiri. Kalau ada mobil untuk ditumpangi, tentu dia akan memilih naik. Bahkan Nikita sendiri juga tidak menyangka Alyssa akan langsung naik ke mobil tanpa ragu sedikit pun.....Setibanya di rumah sakit, Edric tentu menelpon Daniel untuk melaporkan bahwa dia sudah mengantar Alyssa dan Nikita sampai di sana.Di seberang, pria itu tidak menunjukkan reaksi besar, "Oke, aku mengerti."Do

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 97

    Keluar dari ruang teh, dada Nikita dipenuhi amarah yang menyesakkan. Hari ini mereka dipermalukan terang-terangan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas."Aku nggak nyangka Daniel bisa memperlakukanmu seperti itu. Andai aku tahu lebih awal, aku nggak akan pernah membiarkanmu melewati hari-hari pahit itu!"Wajah Alyssa semakin pucat, butiran keringat halus telah bermunculan di dahinya. Dia menggeleng dan berkata dengan suara lemah, "Nggak apa-apa, semua sudah berlalu."Manusia memang harus selalu menatap ke depan.Matahari siang begitu terik.Melihat kondisi putrinya yang tampak sangat lemah, Nikita merasa cemas. "Sepertinya kamu kena sengatan matahari, ya?"Alisnya berkerut, lalu berkata, "Tunggu di sini sebentar, Ibu ambil mobil. Kita ke rumah sakit." Mobil diparkir tak jauh dari sana, tetapi tetap harus melewati terik matahari.Alyssa hanya merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Dia bersandar di kusen pintu dan mengangguk pelan. Nikita pun

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 96

    "Benarkah?" Sierra tersenyum, "Kalau begitu, lain kali pasti kami akan mampir mendukung bisnis Pak Rizky."Fernando segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sierra langsung duduk menempel di samping Daniel.Barulah Rizky menoleh pada Nikita, "Mari, Bu Nikita, silakan duduk. Lalu yang ini adalah ...?" Dia menatap Alyssa, seakan menunggu perkenalan.Alyssa tersenyum tipis, "Halo, Pak Rizky. Saya sekretaris Bu Nikita, nama saya Alyssa."Rizky sempat terhenti, lalu menatapnya sekali lagi. Tadi Nikita jelas-jelas hendak memperkenalkan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Alyssa.Hal itu membuat Rizky sedikit lebih memperhatikannya. Dalam urusan bisnis, memang tidak pantas membicarakan ikatan keluarga. Apa pun kemampuan sebenarnya, sikap Alyssa yang tegas dan profesional itu sudah cukup mencuri perhatian.Setelah semua duduk, Sierra menyarankan agar kedua pihak langsung membicarakan rencana proyek bersama. Alyssa mengangguk setuju.Tiana hanya mencibir dingin. Menurutnya Alyssa dan Nikita

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 95

    Alyssa menundukkan mata menatap Sierra yang sedang menggandeng erat lengan Daniel. Sikap itu jelas-jelas seperti sedang menyatakan dengan bangga bahwa dialah wanita yang berdiri di sisi Daniel.Alyssa hanya terkekeh dingin. Baginya, wanita itu benar-benar menarik. Saat hanya ada mereka bertiga, Sierra memanggilnya dengan sebutan "Kak Alyssa", tetapi begitu berada di hadapan banyak orang, dia justru langsung berganti panggilan menjadi "Bu Alyssa".Permainan manipulatif seperti ini, Alyssa sudah terlalu paham.Wajah Daniel tetap setenang biasanya. Namun terhadap Sierra, sikapnya penuh dengan toleransi dan kelembutan.Nikita menatap pemandangan mesra itu, alisnya berkerut rapat dan wajahnya begitu kelam. Dia sangat memahami rasa sakit itu. Dia tak pernah menyangka kini putrinya juga harus mengalaminya.Baru saja Nikita hendak maju untuk bicara, Alyssa telah buru-buru menahannya. Alyssa berbisik di telinga ibunya, "Ingat tujuan kita datang hari ini. Jangan sampai terjadi konflik yang nggak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status