Share

Bab 12

Author: Yuki Norin
Napas Alyssa memburu. Seketika, matanya terasa panas. Dia segera berdiri, membungkuk dalam-dalam kepada Suryo. "Maaf, kali ini aku nggak akan mengecewakanmu lagi."

Suryo dijemput dengan mobil khusus, lalu kembali ke Pusat Riset Dirgantara.

Evans mengantar Alyssa pulang. Saat Alyssa berbincang dengan Suryo, dia sempat membawa Ziona membeli banyak makanan enak, alat tulis, dan mainan. Tangannya menenteng dua kantong besar.

Ziona bermain dengan riang, senyuman lebar tidak lepas dari wajahnya.

"Kenapa kamu beliin dia sebanyak ini?" tanya Alyssa.

Evans melirik Alyssa sambil mengangkat alis. "Ini buat anak kecil. Masa kamu mau bayar balik? Nggak perlu. Nanti kamu kerja keras buat aku saja."

Alyssa tersenyum. "Ternyata dari awal kamu sudah ada maunya."

Evans bertanya, "Kamu memang berniat tinggal di hotel bersama anakmu terus?"

"Aku sudah mulai cari rumah." Alyssa ingin mencari tempat tinggal yang dekat dengan sekolah Ziona.

"Kirimkan saja syarat rumah yang kamu mau. Biar aku bantu cari juga."

Alyssa tidak sungkan. "Terima kasih, tapi tolong jangan yang terlalu mahal."

Sekarang dia belum punya penghasilan, tidak mungkin menyewa rumah yang terlalu mahal. Terus tinggal di hotel dengan Ziona memang kurang praktis.

....

Sesampainya di rumah, Alyssa langsung menyalakan komputer untuk mempersiapkan diri menghadapi kompetisi ISSDC.

Teknologi berkembang begitu cepat. Sudah bertahun-tahun dia tidak benar-benar praktik, jadi dia harus membuat persiapan dengan sungguh-sungguh.

Begitu laptop menyala, notifikasi email masuk muncul di pojok kanan bawah. Dia membukanya. Ternyata undangan resmi untuk ikut serta ISSDC.

Alyssa sempat tertegun, tidak menyangka akan datang secepat ini. Matanya menatap kosong ke layar.

Sekilas, dia merasa seperti kembali ke masa pertama kali mengikuti ISSDC. Semua kenangan dan bayangan masa lalu bermunculan di benaknya.

Mungkin, Tuhan sedang memberinya kesempatan kedua. Kali ini, dia akan menggenggam erat setiap peluang. Dia mulai menata jalannya kembali, berkonsentrasi penuh pada persiapan proyek.

Di sisi lain, hari ini Rafatar menonton pameran dirgantara. Meskipun senang, begitu pulang ke rumah dan tidak melihat ibunya, hatinya tetap terasa kosong.

Itu berarti malam ini dia tidak bisa makan camilan malam buatan ibunya. Sudah beberapa hari dia tidak merasakannya dan dia mulai merindukan rasanya.

Masakan Tari sama sekali tidak bisa menandingi masakan ibunya. Dia juga sudah lama tidak tidur bersama ibunya. Ibunya sudah beberapa hari tidak pulang.

Rafatar tidak percaya Alyssa benar-benar meninggalkannya. Dulu, jelas-jelas Alyssa yang paling menyayanginya.

"Papa." Rafatar memeluk robot mainannya, berdiri di depan pintu ruang kerja Daniel. "Mama ke mana? Kapan dia pulang? Aku kangen Mama ...."

Daniel yang sedang mengurus dokumen menoleh ke anaknya. "Kalau kamu kangen, coba telepon dia."

Rafatar berpikir sebentar, lalu merasa ide itu bagus. Dia pun segera menelpon Alyssa.

Sekitar pukul 11 malam, Alyssa yang sedang sibuk membuat persiapan kompetisi dikejutkan oleh dering telepon. Tanpa melihat layar, dia langsung mengangkat.

Suara Rafatar terdengar di seberang. "Mama, kapan pulang? Aku kangen Mama."

Alyssa terdiam, lalu melirik ke layar ponsel dengan dahi berkerut. Terhadap Rafatar, dia masih punya perasaan. Bagaimanapun, dia membesarkan anak itu selama lima tahun, sudah seperti anak kandung sendiri. Namun, sekarang Rafatar sudah memilih ibu kandungnya, jadi dia pun melepas Rafatar.

Kini Rafatar menelepon, rasanya aneh. Dialah yang dulu bersikeras ingin punya ibu baru. Namun, sekarang justru dia yang bilang kangen.

Alyssa menarik napas dalam-dalam, lalu menjawab dengan tenang, "Aku sudah bukan mamamu lagi. Jangan panggil aku begitu."

Di ujung telepon, Rafatar sempat kaget. Kemudian, dia bertanya, "Mama cuma cemburu karena aku lebih dekat sama Bibi Sierra, 'kan?"

Dia tidak percaya ibunya benar-benar meninggalkannya. Dulu Alyssa selalu menyayanginya tanpa syarat, bahkan lebih menyayanginya daripada Ziona!

Alyssa tidak bisa membuang waktu berdebat dengan anak kecil, apalagi saat ini dia sedang sibuk. "Kalau nggak ada urusan penting, aku tutup dulu ...."

Tut ... tut ... tut .... Belum sempat dia menyelesaikan kalimat, Rafatar sudah lebih dulu menutup telepon.

Alyssa tidak peduli pada gangguan kecil itu, lalu kembali tenggelam dalam simulasi jalur orbit.

Rafatar meletakkan ponsel dengan wajah kesal. Hah! Bukankah ibunya yang duluan pergi dari rumah? Sekarang masih mau Rafatar yang minta maaf? Tidak akan!

Dia mengentakkan kaki dengan kesal ke karpet, hendak naik ke kamar, tetapi kebetulan bertemu Daniel yang turun. Daniel pun menepuk kepala putranya. "Mama bilang apa?"

Rafatar menjawab, "Nggak ada. Tapi aku yakin Mama sebenarnya mau balik, cuma gengsi saja. Dia pasti nunggu aku yang minta, tapi aku nggak mau!"

Daniel menatap anaknya dengan penuh arti. "Masa?"

"Tentu saja! Mama sayang banget sama aku. Papa pikir Mama benaran mau ninggalin aku?"

Daniel menggeleng. "Nggak, Mama nggak akan ninggalin kamu. Itu cuma kata-kata karena emosi."

Mendengar jawaban itu, Rafatar semakin yakin ibunya hanya sedang marah sementara. Pasti beberapa hari lagi akan pulang. Saat itu, dia bisa kembali makan masakan ibunya lagi.

....

Keesokan hari, Alyssa bangun lebih pagi. Setelah mengantar Ziona ke sekolah, dia kembali mempersiapkan kompetisi.

Sore harinya ketika sudah waktunya Ziona pulang, tiba-tiba Daniel menelepon. Alyssa belum memblokir nomornya karena mereka secara resmi belum bercerai. Dia masih menunggu Daniel menandatangani dokumen perceraian agar prosesnya tuntas.

Begitu tersambung, suara dingin Daniel terdengar dari ujung telepon. "Hari ini Bi Tari libur. Aku sibuk. Kamu jemput Rafatar di sekolah."

Itu bukan permintaan, melainkan perintah. Seperti biasa, Daniel selalu memperlakukannya seolah-olah dia hanya seorang pembantu. Alyssa merasa dirinya terlalu sabar di kehidupan lampau.

Alyssa tersenyum sinis. "Aku sibuk. Suruh Sierra yang jemput."

Daniel mengerutkan kening. "Kamu itu wali Rafatar. Jangan lupa tanggung jawabmu."

Selesai berbicara, dia langsung menutup telepon, tidak memberi Alyssa kesempatan menjawab.

Alyssa tiba di sekolah Ziona agak terlambat.

Ziona sudah menunggu dengan sabar. Begitu melihat Alyssa, dia langsung berlari ke pelukan ibunya. "Mama."

"Mama, kenapa lama sekali?" Rafatar sudah menunggu dengan wajah masam, lalu langsung masuk ke belakang mobil. "Papa bilang kamu yang jemput. Setiap kali Bibi Sierra datang menjemput, dia selalu menunggu di depan. Lagian kamu naik mobil jelek begini, nanti temanku ketawain aku."

Dia terus mengomel, lalu memerintah, "Cepat antar aku ke arena balap. Jangan sampai aku ketinggalan pertandingan Bibi Sierra karena kamu. Aku sudah janji mau dukung dia."

"Rafa, kamu nggak boleh bicara begitu ke Mama!" Ziona menegur dengan wajah serius, "Itu nggak sopan!"

"Salah Mama sendiri yang telat!" Rafatar semakin tidak sabar. "Mama, cepat jalan. Jangan sampai terlambat lagi!"

Alyssa menoleh padanya, lalu berkata dengan nada datar, "Rafatar, aku nggak pernah bilang mau menjemputmu. Sekarang juga, turun dari mobilku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 247

    Alyssa menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya dengan tatapan mengejek. "Katakan saja terus terang, kamu cuma takut kesayanganmu bakal kalah, 'kan?"Begitu ucapannya selesai, dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sedikit pun.....Begitu tiba di kantor SkyNine Tech, Evans menghampiri dengan wajah serius. Dia meletakkan tablet di meja kerja Alyssa. Tampilan layarnya menunjukkan halaman berita. "Ada masalah."Alyssa tertegun sejenak. "Masalah apa?"Dia segera mengambil tablet itu dan membacanya. Ternyata perusahaan mitra yang mereka ajak makan malam kemarin, setelah berpesta sampai larut malam dan tampak sudah sepakat bekerja sama, justru langsung menandatangani kontrak dengan Meganova begitu meninggalkan tempat pertemuan.Padahal saat makan malam, pihak mitra memberi kesan sangat tertarik bekerja sama. Lagi pula, proyek yang sedang mereka garap adalah proyek besar, langsung terkait dengan kerja sama pemerintah dan melibatkan perusahaan b

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 246

    Malam terasa panjang dan sulit dilewati. Rasa rindu seorang anak pada kasih sayang ayahnya selalu menjadi luka yang tak bisa disembuhkan oleh seorang ibu.Meskipun Alyssa sudah berkali-kali berkata kepada Ziona dengan nada tegas bahwa mulai sekarang mereka tidak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Daniel, hati seorang anak kecil tidak mungkin bisa melepaskan semudah itu.Daniel tetaplah ayahnya. Kenapa dia tidak boleh memanggilnya "Papa"?Sejak kecil Ziona sudah tumbuh dengan pemahaman yang tertanam dalam-dalam tentang siapa ayahnya. Kalau sekarang Alyssa mengatakan bahwa Daniel bukan ayah kandungnya, Ziona pasti akan terluka.Sama seperti saat ini, ketika dia terlihat seolah-olah sudah menerima kenyataan bahwa mereka pindah keluar dari rumah itu, di dalam hatinya dia tetap sedih setiap kali melihat keluarga itu pergi berlibur bersama.Mungkin di pikirannya, Ziona bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu menyayangi Rafatar, tetapi tidak pernah sayang padanya dan ibunya?Perasaan seper

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 245

    "Mm." Evans mengusap pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ada urusan mendadak, jadi sudah pergi."Tangan Alyssa yang memegang sup pereda alkohol menegang sedikit. Tatapannya tampak agak kosong, pikirannya berantakan. Dia berusaha keras menenangkan diri agar tetap sadar."Jadi ... soal kerja samanya gimana? Pihak sana tertarik nggak?"Evans mengangguk. "Sepertinya hampir pasti. Besok aku bakal datang langsung ke kantor mereka lagi."Hari ini Alyssa minum jauh lebih banyak dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman. Dia seolah-olah kehabisan tenaga, bahkan kepala pun terasa berat.Evans memanggil sopir pengganti dan memastikan Alyssa diantar pulang dengan selamat. Saat dia tiba di rumah, waktu baru menunjukkan pukul 8.30 malam.Ziona melihat ibunya pulang dengan tubuh yang berbau alkohol kuat dan wajah yang tampak menahan sakit. Kata-kata yang ingin dia ucapkan langsung tertelan kembali di tenggorokannya.Ziona buru-buru mendekat. "Mama ...," katanya pelan sambil berdiri di sisi so

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 244

    Mendengar itu, Sierra tersenyum. "Mana mungkin mereka nggak datang? Kesempatan kayak begini seharusnya mereka berebut buat hadir.""Bagaimanapun juga, EraNet itu pemain papan atas di industri. Sekadar datang buat tukar pengetahuan dan diskusi teknologi saja sudah cukup bikin mereka belajar lama."Sebelumnya, bukankah mereka hampir ikut semua konferensi industri? Toh tujuannya hanya untuk menambah ilmu dan mencari peluang. Sekarang acara sebagus ini sudah diatur dengan sempurna. Kalau tidak datang, rasanya tidak masuk akal."Mereka bilang ada urusan mendadak," ucap Daniel secara singkat dan tegas.Sierra dan Xander sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dengan tingkatan yang berbeda."Nggak datang?" Xander hampir tidak percaya. "Dengan alasan apa? Sok banget? Gara-gara tanda tangan perjanjian taruhan itu, terus ngambek dan sengaja nggak datang?"Sierra melirik Daniel. Wajah pria itu tenang dan dingin, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah mereka datang atau tidak. Namun, Daniel s

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 243

    Evans sangat memahami rasa jengkel yang tersembunyi di hati Alyssa.Baru saja mereka saling berebut kendali atas satu proyek pemerintah, hingga akhirnya harus menandatangani perjanjian taruhan. Hubungan kedua pihak jelas jauh dari kata bersahabat.Alyssa tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Edric dan bertanya, "Jam berapa? Nanti kami akan datang.""Jam 6 malam," jawab Edric, lalu dia beranjak pergi.Begitu dia pergi, Alyssa mengembuskan napas panjang.Evans yang memegang kemudi dengan satu tangan, berkata dengan nada berat, "Baru saja tanda tangan perjanjian taruhan dan suasananya sudah nggak enak, malah mengundang makan malam? Maksudnya apa?"Seolah-olah Daniel ingin menunjukkan kelapangan hatinya, seolah-olah proyek itu memang milik mereka.Pergi atau tidak, rasanya sama-sama bikin muak. Daniel memang selalu bertindak berlebihan."Orang bilang sekali jadi suami istri, seumur hidup tetap ada rasa," ucap Evans lirih. "Tapi dia ke kamu ...."Sama sekali tidak ada sedikit pun belas kasi

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 242

    Wajah pria itu tampak tenang. Entah sejak kapan dia datang, entah berapa banyak yang sempat dia dengar.Sierra sempat tertegun sejenak. "Daniel."Tatapan gelap Daniel tak menampakkan emosi apa pun. "Ada apa?"Reaksinya datar, seolah-olah tak mendengar percakapan barusan. Sekalipun dia mendengarnya, apa masalahnya? Toh tidak ada yang salah dengan percakapan mereka tadi.Sierra menekan bibirnya, menarik napas dalam-dalam. "Sekarang Alyssa punya SkyNine di belakang, jadi sikapnya keras. Kita sudah nggak bisa menyinggungnya lagi."Daniel menyelipkan satu tangan ke saku celana, memiringkan kepala sedikit. Bibirnya pun terangkat samar. "Untuk apa menyinggung dia?"Sierra terdiam. Saat menatap mata pria itu, dia tiba-tiba mengerti sesuatu. Benar juga, dengan posisi Alyssa sekarang, dia memang belum pantas menjadi lawan mereka."Yuk," kata Daniel.Kegembiraan melintas di wajah Sierra. Dia mengira Daniel kebetulan melewati toilet, tetapi ternyata datang untuk menjemputnya?Keduanya berjalan kel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status