Share

Bab 6

Author: Yuki Norin
Sierra tertawa. "Kalau begitu, aku harus jadi istri papamu dulu, baru bisa jadi mamamu. Kamu mau papamu menikah denganku?"

Rafatar menyahut, "Nanti aku suruh Papa sama Mama cerai, biar kamu jadi mamaku!"

Mendengar itu, Alyssa hanya mencibir sinis. Rafatar tentu tidak tahu kalau Sierra adalah ibu kandungnya dan Sierra yang meninggalkannya dulu.

Harus diakui, Sierra adalah wanita penuh perhitungan dan licik. Dia bisa mempertahankan kuliah dan kariernya, sekaligus tetap mempertahankan pria yang dia inginkan.

"Aku kira kamu benar-benar nggak akan datang ke rumah sakit." Suara seorang pria yang tenang dan menyindir terdengar dari belakang.

Alyssa menoleh dan melihat Daniel yang datang dengan mengenakan setelan jas hitam, tetap terlihat anggun dan dingin seperti biasanya. Dulu, pasti dia akan dengan senang hati menyambut dan berusaha menyenangkan pria ini. Namun, sekarang dia hanya bisa menatap pria itu sambil mengernyit.

Kalau saja bukan karena sikap dingin Daniel pada putri mereka, di kehidupan sebelumnya mana mungkin Ziona sampai menunggu ayahnya di malam bersalju, lalu meninggal karena demam tinggi yang berujung pneumonia!

Hari ini di TK, dia bahkan meninggalkan Ziona yang sedang demam, lalu membawa Rafatar pergi. Entah dia sadar atau tidak kalau Ziona juga sedang sakit. Kalau dia benar-benar peduli, mana mungkin tidak menyadarinya!

Melihat Alyssa yang basah kuyup, Daniel mengamati dari atas sampai bawah. "Setelah keluar dari rumah Keluarga Arthadika, penampilanmu malah jadi begitu menyedihkan."

"Rafatar ada di dalam. Masuk saja."

Alyssa menarik napas panjang, lalu menatap Daniel sambil tersenyum dingin. "Dia bukan anakku. Kenapa aku harus masuk melihatnya?"

Tanpa peduli bagaimana ekspresi Daniel berubah, Alyssa langsung berbalik pergi usai berbicara. Di kehidupan ini, dia tidak akan lagi berharap pria itu peduli pada anaknya, apalagi berharap suatu hari dia akan menoleh pada mereka.

Di kehidupan lampau, justru karena ketidakpedulian Daniel, Ziona kehilangan nyawa. Dia tidak akan mengulang kesalahan yang sama.

Pada saat yang sama, Sierra keluar dari ruang rawat dan melihat Alyssa yang berjalan pergi. "Kakak Ipar marah lagi padaku? Apa karena aku ada di sini, jadi dia nggak suka?"

Daniel menarik kembali pandangannya. "Cuma hal sepele."

"Dokter bilang pencernaan Rafa kurang baik, intoleransi laktosa bikin muntah dan diare. Terus ada alergi tungau dan debu yang memicu biduran parah. Hasil tes darah juga menunjukkan dia akhir-akhir ini berhenti mandi obat anti-alergi."

Sierra menatap Daniel. "Kalau Kakak Ipar nggak mau pulang, aku saja yang bantu Rafatar mandi obat."

Daniel tidak menolak.

....

Saat Alyssa kembali ke kamar, Ziona bertanya, "Papa datang ya?" Barusan dia mendengar suara ayahnya.

Alyssa melihat wajah penuh harap putrinya, dadanya seolah-olah ditusuk. Bagaimana dia harus menjelaskan kalau ayahnya datang untuk merawat Rafatar, bukan untuk menjenguk dirinya?

Dia duduk di sisi ranjang, suaranya lembut. "Mama tahu Zizi suka sama Papa, tapi Papa sibuk, jadi nggak sempat lihat kamu."

Ziona menunduk, jemari mungilnya menggenggam erat seprai. "Papa memang nggak suka sama aku, 'kan? Mau aku berusaha sekeras apa pun untuk menyenangkan Kakak dan Papa, mereka tetap nggak suka aku. Apa aku yang nggak cukup baik?"

Alyssa mengusap rambut putrinya. "Zizi sangat baik. Kamu nggak perlu bikin semua orang suka sama kamu. Orang lain juga nggak punya kewajiban buat suka sama kamu, termasuk ayah kandungmu."

"Biarpun ada orang yang benci kamu, kamu tetaplah dirimu. Kamu nggak perlu berubah hanya demi menyenangkan mereka."

Kalimat itu mungkin terlalu rumit untuk gadis kecil berusia empat tahun, tetapi Alyssa tidak ingin putrinya mengulang nasib tragis di kehidupan sebelumnya. Dia tidak mau Ziona terus menunggu kasih sayang seorang ayah yang tidak akan pernah datang.

Mata Ziona berkaca-kaca. Dia tidak sepenuhnya mengerti, tetapi hatinya tetap sakit. Apa suatu hari ayahnya akan kembali? Anak-anak lain punya ayah.

Air matanya jatuh deras. Dia terisak. "Tapi ... tapi Kakak bilang aku bukan anak Keluarga Arthadika. Dia juga bilang aku cuma anak haram .... Itu benar nggak, Ma?"

Hati Alyssa bergetar. "Jangan dengarkan omong kosongnya."

Tatapannya menjadi dingin. Bagaimana mungkin anak seusia Rafatar bisa bicara begitu kalau bukan ada orang dewasa yang sengaja membisikkan sesuatu di telinganya?

Dia sudah berkorban habis-habisan untuk Keluarga Arthadika, tetapi pada akhirnya malah harus menanggung fitnah. Bisa dibayangkan, betapa buruk dan busuknya pernikahan dan keluarga ini!

....

Setelah dirawat semalam, kondisi Ziona kembali stabil dan demamnya sudah turun. Saat turun dari ranjang untuk berjalan, kebetulan dia melihat Rafatar sedang main pesawat remot di lorong.

Ziona mendongak memperhatikan. Itu hadiah dari Sierra untuk kakaknya, kelihatan keren sekali.

Secara kebetulan, Rafatar juga melihat Ziona berdiri di sana dengan baju pasien. Dia langsung mengejek, "Ziona, dasar tukang ikut-ikutan! Aku sakit, kamu pun ikut-ikutan sakit!"

"Aku nggak begitu!"

Rafatar mendengus. "Sayang sekali, Papa sama sekali nggak peduli sama kamu."

Dia menunduk, mengarahkan pesawat mainannya ke arah Ziona. Melihat pesawat hampir menabrak, Alyssa yang baru datang dengan membawa sarapan langsung menggendong Ziona menjauh. Pesawat jatuh keras ke lantai.

Ziona terkejut dan menatap ibunya. "Mama ...."

Daniel tidak menyukai Ziona, bahkan tidak boleh memanggilnya "Papa". Di Keluarga Arthadika, yang dimanjakan hanya Rafatar. Itulah sebabnya Ziona menjadi sangat memperhatikan ekspresi semua orang.

Dia tahu selain ibunya, tidak ada yang menyukainya di keluarga itu. Dia juga sadar tidak akan pernah bisa mengalahkan Rafatar, jadi dia selalu berusaha menjadi anak yang pengertian.

Alyssa baru sadar dirinya gagal mendidik anaknya. Selama ini, dia mengira Ziona hanya sedikit pendiam, padahal di hadapannya Ziona selalu ceria.

"Zizi, mulai sekarang kalau ada yang berani gangguin kamu, kamu balas saja. Mama dukung kamu."

Melihat Alyssa datang, Rafatar memegang remot dengan tegang. Tatapan Alyssa padanya terasa menakutkan.

Alyssa menatap Rafatar. "Minta maaf sama Zizi."

"Aku ... aku nggak sengaja. Siapa suruh dia berdiri di situ!"

Tanpa Daniel dan Sierra, dia tidak berani melawan Alyssa. Ibunya ini sungguh menyebalkan, suka mengatur dan mengekang.

Namun, dia segera teringat ayahnya sudah mencampakkan Alyssa dan Ziona. Ada Sierra yang akan membelanya. Dia tidak perlu takut pada Alyssa yang kampungan ini!

Rafatar memberanikan dirinya dan membantah, "Kalau sampai pesawat buatan Bibi Sierra rusak, kalian berdua juga nggak bakal sanggup ganti!"

Alyssa melirik mainan di lantai dengan tatapan dingin. Hanya barang murahan, siapa pun bisa membuatnya kalau ada panduan. Dia tidak ingin berdebat dengan anak kecil, tetapi dia harus menegakkan keadilan untuk Ziona.

"Baiklah kalau nggak mau minta maaf." Alyssa menoleh ke putrinya. "Zizi, kamu boleh lakukan apa pun ke dia."

Selama ini, Alyssa selalu mengajarinya jangan memukul atau memaki, itu tidak sopan. Ziona agak ragu. Kalau hari ini dia melawan kakaknya, apakah ayahnya akan semakin membencinya?

Ziona teringat perkataan ibunya semalam, berani untuk dibenci. Jadi, dia pun melangkah ke arah Rafatar.

Rafatar mulai ketakutan.

Saat ini, Sierra kembali membawa air panas dan melihat semua kejadian. Dia segera melindungi Rafatar di belakangnya, lalu menatap Alyssa.

"Kenapa kamu galak banget sama Rafa? Dengan karaktermu seperti ini, apa kamu bisa mendidik anakmu dengan baik? Anak-anak cuma bercanda, kenapa dibesar-besarkan? Nanti Rafa ketakutan."

Daniel yang baru kembali dari membeli sarapan pun mendengar semua perkataan Sierra. Melihat Rafatar bersembunyi dengan tubuh gemetaran di belakang Sierra, alisnya berkerut rapat.

Alyssa mencibir. Ketika dia hendak berbicara, suara dingin dari belakang mendahului. "Kami nggak butuh kamu di sini. Bawa Zizi pulang."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 100

    Sierra menelepon Daniel untuk menceritakan kesulitannya saat ini."Aku cuma ingin masuk untuk belajar dan bertukar pengalaman. Waktu pertama kali ditolak masuk ke SkyNine Tech karena alasan Kak Alyssa, aku masih bisa terima. Tapi sekarang ... kalau Kak Alyssa sengaja melakukannya, bukankah itu terlalu nggak adil?"Di seberang sana, pria itu terdiam beberapa detik. Sepertinya dia sedang sibuk dengan sesuatu. Baru setelah beberapa saat, dia merespons datar, "Jangan khawatir, biar aku yang selesaikan."....Malam itu, Alyssa masih lembur. SkyNine Tech sedang meluncurkan sistem uji coba baru, data masih terus berjalan, sehingga dia belum juga pulang.Di rumah kontrakan.Zizi sendirian di rumah mengerjakan PR dengan patuh. Namun, yang dia kerjakan bukan PR TK biasa, melainkan soal-soal olimpiade matematika. Karena PR TK terlalu mudah baginya.Ketika bel pintu berbunyi, Zizi sempat tertegun. Dia meletakkan pensil dan berjalan ke pintu, tetapi tidak langsung membukanya. Sebaliknya, dia menole

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 99

    Alyssa menjelaskan secara singkat isi proyek pada Evans.Evans mendengarkan dengan saksama, lalu meletakkan sendoknya sambil tersenyum tipis, "Itu sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Dengan cara begitu, kamu memang nggak akan bisa menghubungi investor."Alyssa tentu tahu. Memang sulit sekali menjalin kontak langsung. Kalau mau, harus lewat jalur resmi dengan membuat janji ke perusahaan. Namun di sela-sela pekerjaannya, dia juga tidak ingin diam saja. Lebih banyak tahu tentu tidak ada salahnya."Aku lihat berita, bulan depan pemerintah provinsi akan mengadakan pertemuan pengusaha. Fokusnya membahas perencanaan dan inovasi untuk industri lama maupun baru. Kalau rencananya bagus, bisa dapat dukungan penuh dari pemerintah.""Aku ingin ikut, tapi jelas nggak bisa dapat undangan itu."Undangan pertemuan itu memang sangat sulit didapat. Sekalipun pengusaha sudah sangat berprestasi, belum tentu bisa masuk.Evans tersenyum kecil, "Itu memang mustahil untukmu saat ini. Jangan bua

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 98

    "Antar mereka turun gunung dulu," ucap Daniel akhirnya.Alyssa tentu paham, Daniel tidak mungkin menolak permintaan Sierra. Begitu Sierra sudah bicara, dia sudah pasti akan mengangguk menyetujui. Edric mengangguk pelan.Begitu masuk mobil, dia bertanya, "Nyonya, mau ke mana?"Alyssa bersandar di kursi dan berkata dengan suara lemah, "Ke rumah sakit terdekat."Edric sempat tertegun sejenak, tapi tidak berani banyak bertanya. Dia hanya menjalankan mobil menuju rumah sakit. Mobil Nikita yang mogok tadi, nantinya tinggal diserahkan saja pada pihak bengkel untuk ditarik.Alyssa tidak pernah menyulitkan dirinya sendiri. Kalau ada mobil untuk ditumpangi, tentu dia akan memilih naik. Bahkan Nikita sendiri juga tidak menyangka Alyssa akan langsung naik ke mobil tanpa ragu sedikit pun.....Setibanya di rumah sakit, Edric tentu menelpon Daniel untuk melaporkan bahwa dia sudah mengantar Alyssa dan Nikita sampai di sana.Di seberang, pria itu tidak menunjukkan reaksi besar, "Oke, aku mengerti."Do

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 97

    Keluar dari ruang teh, dada Nikita dipenuhi amarah yang menyesakkan. Hari ini mereka dipermalukan terang-terangan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas."Aku nggak nyangka Daniel bisa memperlakukanmu seperti itu. Andai aku tahu lebih awal, aku nggak akan pernah membiarkanmu melewati hari-hari pahit itu!"Wajah Alyssa semakin pucat, butiran keringat halus telah bermunculan di dahinya. Dia menggeleng dan berkata dengan suara lemah, "Nggak apa-apa, semua sudah berlalu."Manusia memang harus selalu menatap ke depan.Matahari siang begitu terik.Melihat kondisi putrinya yang tampak sangat lemah, Nikita merasa cemas. "Sepertinya kamu kena sengatan matahari, ya?"Alisnya berkerut, lalu berkata, "Tunggu di sini sebentar, Ibu ambil mobil. Kita ke rumah sakit." Mobil diparkir tak jauh dari sana, tetapi tetap harus melewati terik matahari.Alyssa hanya merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Dia bersandar di kusen pintu dan mengangguk pelan. Nikita pun

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 96

    "Benarkah?" Sierra tersenyum, "Kalau begitu, lain kali pasti kami akan mampir mendukung bisnis Pak Rizky."Fernando segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sierra langsung duduk menempel di samping Daniel.Barulah Rizky menoleh pada Nikita, "Mari, Bu Nikita, silakan duduk. Lalu yang ini adalah ...?" Dia menatap Alyssa, seakan menunggu perkenalan.Alyssa tersenyum tipis, "Halo, Pak Rizky. Saya sekretaris Bu Nikita, nama saya Alyssa."Rizky sempat terhenti, lalu menatapnya sekali lagi. Tadi Nikita jelas-jelas hendak memperkenalkan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Alyssa.Hal itu membuat Rizky sedikit lebih memperhatikannya. Dalam urusan bisnis, memang tidak pantas membicarakan ikatan keluarga. Apa pun kemampuan sebenarnya, sikap Alyssa yang tegas dan profesional itu sudah cukup mencuri perhatian.Setelah semua duduk, Sierra menyarankan agar kedua pihak langsung membicarakan rencana proyek bersama. Alyssa mengangguk setuju.Tiana hanya mencibir dingin. Menurutnya Alyssa dan Nikita

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 95

    Alyssa menundukkan mata menatap Sierra yang sedang menggandeng erat lengan Daniel. Sikap itu jelas-jelas seperti sedang menyatakan dengan bangga bahwa dialah wanita yang berdiri di sisi Daniel.Alyssa hanya terkekeh dingin. Baginya, wanita itu benar-benar menarik. Saat hanya ada mereka bertiga, Sierra memanggilnya dengan sebutan "Kak Alyssa", tetapi begitu berada di hadapan banyak orang, dia justru langsung berganti panggilan menjadi "Bu Alyssa".Permainan manipulatif seperti ini, Alyssa sudah terlalu paham.Wajah Daniel tetap setenang biasanya. Namun terhadap Sierra, sikapnya penuh dengan toleransi dan kelembutan.Nikita menatap pemandangan mesra itu, alisnya berkerut rapat dan wajahnya begitu kelam. Dia sangat memahami rasa sakit itu. Dia tak pernah menyangka kini putrinya juga harus mengalaminya.Baru saja Nikita hendak maju untuk bicara, Alyssa telah buru-buru menahannya. Alyssa berbisik di telinga ibunya, "Ingat tujuan kita datang hari ini. Jangan sampai terjadi konflik yang nggak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status