Share

Bab 5

Author: Yuki Norin
"Mulai sekarang, kalau ada urusan soal Rafatar, silakan hubungi ayahnya." Suara Alyssa tenang. "Aku bukan ibunya."

Guru itu mengernyit, merasa ini hanyalah pertengkaran suami istri. Dalam keadaan marah, sepertinya si ibu tidak ingin peduli pada anak.

"Bu, kondisi anak sekarang kritis. Ini bukan waktunya untuk marah. Tolong segera datang ya."

"Aku akan kirimkan nomor telepon ayahnya untukmu." Setelah berkata begitu, Alyssa langsung menutup telepon. Kemudian, dia segera meneruskan nomor Daniel ke guru.

Evans sudah berdiri dan menjauh saat melihat Alyssa mengangkat telepon.

Alyssa menatap Evans. Pria itu berdiri di dekat jendela sambil melihat pemandangan di bawah. Dia melangkah mendekat. "Terima kasih untuk hari ini."

"Sudah selesai telepon?"

Alyssa mengangguk.

Evans menatapnya dengan serius. "Alyssa, selamat datang kembali."

Alyssa tersenyum tipis. "Kalau begitu, doakan saja supaya CV-ku lolos."

Persyaratan di Pusat Riset Dirgantara sangat tinggi. Sudah lama dia tidak menyentuh industri ini. Dia belum tentu bisa lolos hanya dengan mengandalkan CV-nya.

Mendengar itu, Evans menggoda, "Kalau betul nggak lolos, aku bisa rekrut kamu jadi asistenku."

....

Ketika Daniel sampai di TK, hujan deras masih mengguyur. Di ruang medis, tubuh Rafatar penuh ruam merah. Anak itu menangis kencang. Sejak pagi dia sudah merasa gatal, lalu siang hari wajah dan sekujur badannya langsung penuh bintik merah.

Ziona mendengar kakaknya mengalami gatal-gatal dan merasa cemas. Ibunya bilang tubuh kakaknya memang khusus, jadi setiap malam harus berendam air obat. Kalau tidak, ruam akan muncul di seluruh tubuh.

Dia membawa payung kecil menuju ruang medis. Namun, angin terlalu kencang. Payung oleng ke kiri dan ke kanan, separuh tubuhnya menjadi basah kuyup.

Begitu sampai di ruang medis, Rafatar melihat Ziona datang. Wajahnya penuh amarah. "Kamu datang buat ketawain aku ya?"

"Mama bilang kamu harus berendam air obat biar nggak kena ruam. Kamu harus bilang ke dok ...."

"Diam kamu!" Rafatar langsung menyela. Dia mengambil cangkir di samping, lalu melemparkannya ke arah Ziona. "Jangan kepo! Aku nggak mau lihat kamu!"

Guru buru-buru menghentikan. "Rafatar, nggak boleh kasar sama adikmu."

"Dia bukan adikku! Semua orang bilang dia nggak ada hubungannya sama Keluarga Arthadika! Dia cuma anak haram!"

Ziona tertegun, berdiri kaku dengan mata berkaca-kaca. "Kalau kamu terus begini, Mama benar-benar nggak akan mau kamu lagi!"

"Aku yang nggak mau Mama, bukan Mama yang nggak mau aku! Lebih tepatnya, aku sama papa sama-sama nggak mau kalian!"

Ziona gemetar menahan amarah. Dia datang karena khawatir, tetapi malah dimarahi kakaknya. Dia menggigit bibir erat-erat, tak berkata apa pun lagi. Sementara itu, guru hanya bisa melerai.

lama kemudian, Daniel masuk ke ruang medis.

Ziona menunggu cukup lama di sana. Tubuhnya dingin karena basah. Dia berdiri di sudut. Begitu melihat ayahnya datang, wajahnya berbinar. "Pa ...."

Namun, dia tiba-tiba terdiam. Dia sadar kalau Daniel tidak suka dipanggil seperti itu olehnya.

Rafatar yang melihat Daniel langsung menangis lebih keras, suaranya penuh keluhan. Dia segera turun dari ranjang dan berlari ke hadapan Daniel. Ekspresinya terlihat sangat sedih. "Papa, aku sekarang jelek sekali! Badanku sakit dan gatal!"

Wajah dan tubuhnya penuh ruam merah. Kalau Sierra melihatnya, pasti dia akan merasa jijik.

Guru menjelaskan, “Rafatar hari ini juga sudah beberapa kali diare.”

Melihat tubuh anaknya dipenuhi ruam, hati Daniel terasa pedih. Dia membungkuk dan menggendong Rafatar, suaranya lembut. "Nggak apa-apa, Papa sudah datang. Sekarang Papa bawa kamu ke rumah sakit."

Ziona hanya bisa menatap kakaknya bersikap manja pada ayahnya, sedangkan ayahnya dengan lembut memeluk dan menenangkan. Hatinya terasa pilu.

Dia membuka mulut, ingin memanggil sekali lagi. Namun, di detik berikutnya, Daniel sudah menggendong Rafatar keluar dari ruang medis, seolah-olah sama sekali tak melihat dirinya.

Ziona menatap punggung ayahnya yang menjauh bersama kakaknya, lalu terisak. "Bu Guru, aku kedinginan ...."

....

Daniel menggendong Rafatar menuju mobil. Sekretaris mengikuti dari belakang. "Pak Daniel, mau sekalian lihat nona kecil juga?"

Rafatar menempel erat di dada ayahnya. "Papa, aku sakit ...."

Wajah Daniel tetap datar, suaranya dingin. "Masih ada guru di TK, jadi untuk apa lihat dia?"

Si sekretaris pun terdiam. Memang kondisi Rafatar lebih penting saat ini.

Tidak lama setelah berpisah dengan Evans, Alyssa kembali menerima telepon dari guru. "Bu, Ziona kehujanan. Dia masuk angin dan demam tinggi."

Tubuh Alyssa seketika menegang, jantungnya berdegup kencang. Di kehidupan sebelumnya, Ziona meninggal karena demam tinggi yang berkembang menjadi pneumonia.

Di kehidupan ini, dia sudah menggugat cerai dan membawa Ziona pergi dari Keluarga Arthadika. Apakah itu tetap tidak bisa mengubah nasib anaknya?

Mendengar kata "demam tinggi", tubuhnya bergetar hebat. Dia bahkan tidak ingat bagaimana bisa berlari menerobos hujan menuju TK.

Saat melihat Ziona, tubuh kecil itu meringkuk di ranjang ruang medis.

"Mama ...." Wajah mungilnya merah karena panas, suaranya lemah. "Maaf, aku dengar Kakak sakit, jadi aku mau ke ruang medis lihat dia. Di jalan aku kehujanan."

"Anak bodoh, ngapain minta maaf?" Mata Alyssa basah. "Lain kali jangan urusin Rafatar lagi ya?"

Dia tahu Ziona selalu berusaha menyenangkan Rafatar dan Daniel, berharap ayahnya bersedia menyayanginya.

Alyssa bisa meninggalkan Daniel dengan tegas, tetapi tidak bisa melarang anaknya mengharapkan kasih sayang seorang ayah.

"Tadi Paman datang bawa Kakak ke rumah sakit." Nada Ziona agak kecewa.

Alyssa paham, yang putrinya harapkan sebenarnya hanyalah sekilas perhatian Daniel. Cukup satu kalimat darinya, Ziona bisa bahagia semalaman.

Hatinya seolah-olah dicengkeram erat. Dia memeluk erat putrinya. "Sayang, Mama bawa kamu ke rumah sakit ya."

Di Rumah Sakit Anak Kota Uttar, Alyssa menjelaskan pada dokter kalau tubuh Ziona memang lemah. Di kehidupan sebelumnya, karena menunggu Daniel dan Rafatar, dia sering makan makanan dingin sehingga berdampak pada kesehatannya.

Sejak hari pertama kehidupan kembali, Alyssa langsung memberi nutrisi tambahan pada Ziona. Akan tetapi, tubuh kurus itu tidak bisa pulih hanya dalam satu atau dua hari.

Setelah pemeriksaan, dokter bilang ini hanya demam karena masuk angin, cukup diberi obat penurun panas dan dipantau. Namun, Alyssa tidak mau ambil risiko. "Dokter, rawat inap saja. Aku nggak tenang kalau bawa dia pulang."

Meskipun dirinya basah kuyup karena berlari ke TK, dia mengurus semua administrasi rawat inap, lalu menidurkan Ziona di kamar pasien.

Saat hendak mengambil obat, dia melewati kamar VIP. Dari dalam, terdengar suara Rafatar yang penuh ketidakpuasan.

"Semua gara-gara Mama. Dia nggak kasih aku mandi susu, jadinya penyakitku kambuh lagi. Bibi Sierra, kamu mau jadi mama baruku nggak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ros
Knpa ga nikah aja sm si Siera , kan mama nya Si fatar…. Kerja dan hidup mandiri aja … ga ysah oeduli sm yrusan suami mu. Surat perjanjian cerai hrs dilapirkan ke kantor cerai. Makanya kerja , jd bs byr pengacara. Afau cari teman yg pengacara. Jgn bikin susah hidup.
goodnovel comment avatar
Rina Dwi
ini sih JOJO kawe..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 247

    Alyssa menyilangkan kedua tangannya di dada, lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya dengan tatapan mengejek. "Katakan saja terus terang, kamu cuma takut kesayanganmu bakal kalah, 'kan?"Begitu ucapannya selesai, dia langsung berbalik dan pergi tanpa ragu sedikit pun.....Begitu tiba di kantor SkyNine Tech, Evans menghampiri dengan wajah serius. Dia meletakkan tablet di meja kerja Alyssa. Tampilan layarnya menunjukkan halaman berita. "Ada masalah."Alyssa tertegun sejenak. "Masalah apa?"Dia segera mengambil tablet itu dan membacanya. Ternyata perusahaan mitra yang mereka ajak makan malam kemarin, setelah berpesta sampai larut malam dan tampak sudah sepakat bekerja sama, justru langsung menandatangani kontrak dengan Meganova begitu meninggalkan tempat pertemuan.Padahal saat makan malam, pihak mitra memberi kesan sangat tertarik bekerja sama. Lagi pula, proyek yang sedang mereka garap adalah proyek besar, langsung terkait dengan kerja sama pemerintah dan melibatkan perusahaan b

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 246

    Malam terasa panjang dan sulit dilewati. Rasa rindu seorang anak pada kasih sayang ayahnya selalu menjadi luka yang tak bisa disembuhkan oleh seorang ibu.Meskipun Alyssa sudah berkali-kali berkata kepada Ziona dengan nada tegas bahwa mulai sekarang mereka tidak akan punya hubungan apa pun lagi dengan Daniel, hati seorang anak kecil tidak mungkin bisa melepaskan semudah itu.Daniel tetaplah ayahnya. Kenapa dia tidak boleh memanggilnya "Papa"?Sejak kecil Ziona sudah tumbuh dengan pemahaman yang tertanam dalam-dalam tentang siapa ayahnya. Kalau sekarang Alyssa mengatakan bahwa Daniel bukan ayah kandungnya, Ziona pasti akan terluka.Sama seperti saat ini, ketika dia terlihat seolah-olah sudah menerima kenyataan bahwa mereka pindah keluar dari rumah itu, di dalam hatinya dia tetap sedih setiap kali melihat keluarga itu pergi berlibur bersama.Mungkin di pikirannya, Ziona bertanya-tanya, kenapa ayahnya selalu menyayangi Rafatar, tetapi tidak pernah sayang padanya dan ibunya?Perasaan seper

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 245

    "Mm." Evans mengusap pelipisnya yang berdenyut sakit. "Ada urusan mendadak, jadi sudah pergi."Tangan Alyssa yang memegang sup pereda alkohol menegang sedikit. Tatapannya tampak agak kosong, pikirannya berantakan. Dia berusaha keras menenangkan diri agar tetap sadar."Jadi ... soal kerja samanya gimana? Pihak sana tertarik nggak?"Evans mengangguk. "Sepertinya hampir pasti. Besok aku bakal datang langsung ke kantor mereka lagi."Hari ini Alyssa minum jauh lebih banyak dari biasanya. Seluruh tubuhnya terasa tidak nyaman. Dia seolah-olah kehabisan tenaga, bahkan kepala pun terasa berat.Evans memanggil sopir pengganti dan memastikan Alyssa diantar pulang dengan selamat. Saat dia tiba di rumah, waktu baru menunjukkan pukul 8.30 malam.Ziona melihat ibunya pulang dengan tubuh yang berbau alkohol kuat dan wajah yang tampak menahan sakit. Kata-kata yang ingin dia ucapkan langsung tertelan kembali di tenggorokannya.Ziona buru-buru mendekat. "Mama ...," katanya pelan sambil berdiri di sisi so

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 244

    Mendengar itu, Sierra tersenyum. "Mana mungkin mereka nggak datang? Kesempatan kayak begini seharusnya mereka berebut buat hadir.""Bagaimanapun juga, EraNet itu pemain papan atas di industri. Sekadar datang buat tukar pengetahuan dan diskusi teknologi saja sudah cukup bikin mereka belajar lama."Sebelumnya, bukankah mereka hampir ikut semua konferensi industri? Toh tujuannya hanya untuk menambah ilmu dan mencari peluang. Sekarang acara sebagus ini sudah diatur dengan sempurna. Kalau tidak datang, rasanya tidak masuk akal."Mereka bilang ada urusan mendadak," ucap Daniel secara singkat dan tegas.Sierra dan Xander sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut dengan tingkatan yang berbeda."Nggak datang?" Xander hampir tidak percaya. "Dengan alasan apa? Sok banget? Gara-gara tanda tangan perjanjian taruhan itu, terus ngambek dan sengaja nggak datang?"Sierra melirik Daniel. Wajah pria itu tenang dan dingin, seolah-olah sama sekali tidak peduli apakah mereka datang atau tidak. Namun, Daniel s

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 243

    Evans sangat memahami rasa jengkel yang tersembunyi di hati Alyssa.Baru saja mereka saling berebut kendali atas satu proyek pemerintah, hingga akhirnya harus menandatangani perjanjian taruhan. Hubungan kedua pihak jelas jauh dari kata bersahabat.Alyssa tidak menjawab, hanya menoleh ke arah Edric dan bertanya, "Jam berapa? Nanti kami akan datang.""Jam 6 malam," jawab Edric, lalu dia beranjak pergi.Begitu dia pergi, Alyssa mengembuskan napas panjang.Evans yang memegang kemudi dengan satu tangan, berkata dengan nada berat, "Baru saja tanda tangan perjanjian taruhan dan suasananya sudah nggak enak, malah mengundang makan malam? Maksudnya apa?"Seolah-olah Daniel ingin menunjukkan kelapangan hatinya, seolah-olah proyek itu memang milik mereka.Pergi atau tidak, rasanya sama-sama bikin muak. Daniel memang selalu bertindak berlebihan."Orang bilang sekali jadi suami istri, seumur hidup tetap ada rasa," ucap Evans lirih. "Tapi dia ke kamu ...."Sama sekali tidak ada sedikit pun belas kasi

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 242

    Wajah pria itu tampak tenang. Entah sejak kapan dia datang, entah berapa banyak yang sempat dia dengar.Sierra sempat tertegun sejenak. "Daniel."Tatapan gelap Daniel tak menampakkan emosi apa pun. "Ada apa?"Reaksinya datar, seolah-olah tak mendengar percakapan barusan. Sekalipun dia mendengarnya, apa masalahnya? Toh tidak ada yang salah dengan percakapan mereka tadi.Sierra menekan bibirnya, menarik napas dalam-dalam. "Sekarang Alyssa punya SkyNine di belakang, jadi sikapnya keras. Kita sudah nggak bisa menyinggungnya lagi."Daniel menyelipkan satu tangan ke saku celana, memiringkan kepala sedikit. Bibirnya pun terangkat samar. "Untuk apa menyinggung dia?"Sierra terdiam. Saat menatap mata pria itu, dia tiba-tiba mengerti sesuatu. Benar juga, dengan posisi Alyssa sekarang, dia memang belum pantas menjadi lawan mereka."Yuk," kata Daniel.Kegembiraan melintas di wajah Sierra. Dia mengira Daniel kebetulan melewati toilet, tetapi ternyata datang untuk menjemputnya?Keduanya berjalan kel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status